Showing posts with label Seri pustakawan traveller. Show all posts
Showing posts with label Seri pustakawan traveller. Show all posts

Sunday, 12 April 2020

Pengalaman Mendaki Plawangan Gunung Rinjani

Kilas balik ke tahun 2006, sebuah pengalaman yang mengubah mentalku.Pada saat itu, penulis mengikuti program magang sebagai CPNS pada Departemen Kehutanan di Taman Nasional Gunung Rinjani, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian sekitar 4,200 meter diatas permukaan laut. Langsung saja ke kisah pendakian. Bagi penulis, seumur-umur belum pernah punya keinginan, kesempatan, pengalaman dan kemampuan mendaki gunung. Selama kuliah, hanya mampu mencapai lantai II ruang kuliah di fakultas FISIP salah satu universitas negeri di Surabaya. Nah pada saat magang, penulis dapat giliran jaga di pos Senaru. Pada saat itu, jalurang pendakian sengaja ditutup untuk umum mengingat musim hujan sehingga untuk mengurangi resiko kecelakaan. Namun penutupan jalur pendakian tersebut digunakan oleh para petugas Ranger dan PEH untuk melakukan pemeliharaan jalur pendakian. Mengingat tugas negara maka penulis tidak bisa mengelak untuk ikut serta kegiatan tersebut. Tak ada briefing khusus sih dari pimpinan regu, namun menurut beberapa kawan dan senior maka penulis persiapkan perlengkapan pribadi secukupnya. 
Tibalah di hari-H. Jalur pendakian dari pos Senaru menuju Pos 1 Buyut Ngangkang relatif landai. Kalaupun ada tanjakan itu pun masih bisa ditolerir oleh tubuh. Setelah perjalanan santai maka rombongan kami tiba di Buyut Ngangkang. Aroma mistis segera menyelimuti. Walaopun masih pagi (sekitar pukul 9 pagi),  tajuk pepohonan yang tinggi dan lebat membuat efek pencahayaan relatif temaram. Selain itu posisi 3 phon tua ibarat 'kaki ngangkang'. Sekejap keluar kata candaan yang tak pantas dan tiba-tiba senior mengingatkan agar menjaga perkataan dan tingkah laku dihutan sebab dihutan juga dihuni mahluk tak kasat mata. Percaya atau tidak mungkin juga ketelodeoran. Sesaat setelah rehat di pos I tersebut, penulis mendapat tugas untuk menebas ranting yang menghalangi jalur pendakian. Tiba-tiba ayunan parang tersebut memantul dan mengenai jari tengah kanan kiri. Darah pun mengucur, untungnya pimpinan rombongan yang berpengalaman memberikan pertolongan pertama dan pendarahan dapat dikurangi
Selepas beristirahat di pos I, rombongan melanjutkan perjalanan ke pos II dengan target sebelum makan siang. Jalanan pun mulai menanjak dan berkelok-kelok. Keringat pun membasahi kaos dan nafas ngos-ngosan. Beberapa kali penulis berhenti mengambil nafas untuk mengurangi kelelahan serta rasa nyeri pada jari yang kena parang di pos I. Pada saat itu, muncullah pertentangan batin, yakni: antara melanjutkan pendakian atau berhenti dan kembali ke pos Senaru. Perasaaan campur aduk antara perasaaan dan logika menggelayuti. Namun hati kecil senantiasa menyemangati agar menepis dan mengalahkan rasa putus asa. Setelah sekian jam perjalanan, sayup-sayup terlihat pos II. Menjaga kecepatan langkah yang konstan dan akhirnya sampai juga di pos II. Walaupun telat dari target, namun penulis  bersyukur sampai di pos II dan rombongan beristirahat dan menyiapkan menu makan siang, berupa: Pie. Hemh, menu sederhana tapi special. Pie tersebut terbuat dari campuran tepung terigu dan telur yang diencerkan dengan susu serta diberi bumbu gula dan garam. Selanjutnya, adonan tersebut dituang tipis-tipis atas teflon. Lembaran-lembaran pie hangat nan gurih tersebut merupakan makanan terenak yang penulis makan disepanjang pendakian ini. he he. Selesai irtirahat, kami melakukan perbaikan jalur pendakian dengan memasang batang bambu untuk menahan erosi dijalur pendakian.
Selfie di Plawangan Senaru. Sumber; Dokumen Pribadi
Melanjutkan ke pos terakhir yang terletak beberapa meter di bawah Plawangan Senaru. "Plawangan' bermakna pintu, para pendaki yang melalui jalur Senaru akan melewati plawangan ini sebelum turun ke segara anakan dan melanjutkan pendakian ke puncak Rinjani. Semakin menuju puncak, ternyata jenis tanamannnya mulai berganti dari tanaman berkayu ke tanaman ilalang dan rerumputan sehingga pemandangannya pun semakin bagus. Penulis juga menemui beberapa titik bunga edelweis 'bunga sepanjang masa' selama melakukan pendakian ke plawangan Senaru. Dengan sisa-sisa tenaga dan semangat, penulis memotivasi diri agar mampu menyelesaikan etape terakhir dari pemeliharaa jalur pendakian Senaru ini. Well, ternyata ketahanan fisik dapat dimanipulasi dengan memberikan pompaan semangat positif kedalam diri. Hal tersebut menjadi pelajaran berharga dalam pendakian ini. Sesampainya di etape akhir tersebut, penulis melampiaskan kegembiraan dengan berteriak kegirangan dan melakukan beberapa foto selfie. 'Yes, I did it' (RAH)



Friday, 1 December 2017

AGLC video animasi behind scene

Dear sobat pustaka, 
Setelah sekian lama vakum dari aktivitas tulis menulis di blog, ijinkanlah saya berbagi sekelumit pengalaman pribadi selama menimba ilmu di negara Kanguru. Kali ini,  saya hendak bercerita tentang pengalaman magang di perpustakaan salah satu universitas tehnik ternama di Adelaide, South Australia.
Pada medio Juli 2016, saya berkesempatan magang di UniSA Lib kampus City West. Saya mendapatkan sebuah project untuk membuat video tutorial animasi sebagai media pendidikan literasi bagi mahasiswa tingkat 1 Fakultas Hukum UniSA. Tentunya saya tidak sendirian mengerjakan project tersebut. Beruntung, saya memiliki teammate yang dapat dihandalkan dan dia bernama Maryam, seorang mahasiswa internasional asal Oman. Well, kembali ke awal mula project tersebut.  Pada hari yang telah ditentukan, saya bangun lebih pagi dan bergegas berangkat dari flat ke perpustakaan lebih awal agar tidak telat datang. Walaupun jalanan dan transportasi publik di Adelaide relatif aman dari kemacetan dan nyaman, tapi saya tidak mau mengecewakan Ms Pam selaku project leadear yang telah mengagendakan sebuah briefing penting pagi itu. Asal tahu saja, jam karet adalah hal tabu dalam 'Western Culture'. Jadi saya harus datang 'tepat waktu'.
'Brrrr'...sapuan angin pagi yang menerpa wajah saya, cukup membuat ku terjaga dari rasa kantuk begitu keluar dari pintu bus G10. Lalu, aku berjalan dengan tergopoh-gopoh guna melawan rasa dinginnya musim winter yang cukup menusuk tulang. Tak kurang 5 menit berjalan dari halte bus maka sampailah aku didepan pintu gerbang perpustakaan UniSA City West. Ketika aku coba naik ke lantai 7, namun kartu aksesku ditolak. Selanjutnya, aku bergegas menuju ke pos security dan ku kemukakan hajatku ke petugas keamanan. Akhirnya, aku mendapat akses ke lantai tersebut setelah petugas tersebut menghubungi Ms. Pam. Begitu keluar dari pintu lift, seorang wanita paruh baya dengan busana kantor yang 'chic' menyapa dengan hangat. Sapaan yang hangat tersebut mencairkan rasa canggungku.
Pertemuan awal begitu penting karena Ms Pam menjelaskan berbagai hal terkait project tersebut. Mulai latar belakang pembuatan video animasi, kontak person anggota tim yang terlibat, spesifikasi produk bahkan standar evakuasi ketika kondisi darurat pun dijelaskan secara runtut. Well, I appreciate that. Garis besarnya, aku dan Maryam dituntut untuk bikin sebuah video animasi yang interaktif berdurasi tidak lebih dari 3 menit, informasinya singkat padat dan jelas. Selanjutnya, video tersebut dapat di share di media sosial. Hal tersulit adalah bagaimana mengemas informasi tentang tata cara sitiran Australian Guide To Legal Citation 3 Edition menjadi informasi yang ringan, menyenangkan dan mengesankan. Ms Pam memberikan beberapa jilid AGLC yang tebelnya minta ampyuun. OMG batinku berteriak dan 'beberapa detik' otakku sempet blackout karena pengaruh sindrom inferior complex. Untungnya, aku mengambil alih keadaan.
Sobat pustaka, bekerja dilingkungan kerja internasional merupakan hal baru bagiku. Perlu diketahui tantanganya adalah komunikasi antar budaya (language barries), budaya kerja (adat timut vs adat barat), kompetensi teknis. Nah mengatasi tantangan tersebut, aku ngajak dialog intensif dengan Maryam. kami coba mengenali potensi diri dan mengelaborasi ide. Beruntung, kami berdua saling terbuka dengan ide baru dan saling berkomitmen untuk menyelesaikan projet tepat waktu. Rencananya, video akan dilaunch pada tanggal 31 Oktober 2016. Berdasarkan diskusi yang kami lakukan, aku mengambil peran sebagi copy writer dan Maryam sebagai video designer. Kami berdua memutuskan video animasi softwarenya 'Powtoon'. Pertimbangannya adalah tersedia versi gratis dan mudah digunakan. Kami berdua menikmati proses pembuatan video animasi tersebut dan tak terasa 13 minggu berlalu dengan cepat.
Eng..ing..eng...Hari yang ditentukan untuk launching video telah tiba. Ms Pam telah mengorganisir sebuah pertemuan internal yang dihadiri oleh Kepala perpustakaan UniSA beserta para stafnya serta Dean of Law Faculty beserta para dosennya. Sempet 'nervous bingits' (meminjam istilah kidz jaman now) menghadiri forum tersebut. Untungnya, Maryam berhasil meyakinkan bahwa 'What we did is the best video we make'. Akhirnya video diputar menit demi menit berlalu dan aku coba sapukan pandanganku ke wajah para audience. Terlihat wajah-wajah yang begitu menikmati. Dipenghujung forum, terdapat satu kalimat yang membuat hatiku membuncah, yakni: 'well done team'.
Well sobat pustaka, pelajaran dari kisahku selama bekerja dilingkungan internasional adalah:
1. Disiplin waktu.
2. Hormati dan hargai budaya orang lain.
3. Terbuka dengan hal yang baru.
Terakhir dan terpenting adalah komitmen antar anggota tim. Sekian dulu yach sobat. Nti kita sambung lagi cerita lain. Semoga menginspirasi. Salam.