Showing posts with label Minat baca. Show all posts
Showing posts with label Minat baca. Show all posts

Saturday, 11 April 2020

MENUMBUHKAN MINAT BACA PELAJAR


Tolak ukur keberhasilan Indek Pembangunan Manusia (IPM) merujuk pada tingkat ketrampilan membaca. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Hasil tes yang dilakukan oleh Trends in International Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50 negara di dunia terhadap para siswa kelas II SLTP, menunjukkan prestasi siswa-siswa Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan bidang matematika dengan nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467. Sedangkan hasil tes bidang ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat ke 36 dengan nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasional 474.  Rendahnya minat baca disebabkan pola kebiasaan yang telah menjadi budaya. Selain itu, kemajuan teknologi pun dinilai menghambat minat baca dikalangan pelajar. Perang tarif layanan bicara antar operator seluler semakin menyuburkan budaya tutur dikalangan pelajar. Menghadapi masalah rendahnya minat baca tersebut maka  H.A.R Tilaar (1999 : 381) dalam Athailah Baderi (2005) menyatakan bahwa : ” Untuk mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota masyarakat kita” .
Mengatasi permasalahan tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Patut disadari bahwa membaca mempunyai keterkaitan erat dengan pendidikan. Sepantasnya usaha mengikis rendahnya minat baca dimulai dari lingkup sekolah. Karena sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai. Hal tersebut sejalan dengan  manifesto IFLA yaitu : “The School Library in teaching and learning for all”. Selanjutnya manifesto ini menyatakan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas pendidikan, dan diwajibkan untuk mengembangkan strategi, kebijakan dan rencana yang sejalan dengan dasar-dasar manifesto. Diharapkan manifesto ini menjadi pijakan bagi sekolah untuk berimprovisasi dalam pola pembelajaran yang mampu merangsang pelajar untuk gemar membaca.

PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MEMBACA
Membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Proses ini akan menemui hambatan jika guru dan murid sama-sama melalaikan aktivitas baca. Sebab membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Selain itu, membaca merupakan bagian dari bahasa sedangkan bahasa adalah ketrampilan. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti melatih ketrampilan berpikir” (Tarigan, 1980: 1, 1981: 2, Dawson (et.all), 1963: 27).
Langkah-langkah Literasi informasi di sekolah.
Identifikasi          : menentukan topic/subyek; mengidentifikasi kata kunci; merencanakan penelusuran.
Eksplorasi            : menemukan informasi yang tepat guna.
Seleksi                  : memilih informasi yang relevan memutuskan mana informasi biasa, sulit, mudah.
Organisasi           : menyortir informasi; membedakan antara fakta, opini dan fiksi.
Penciptaan         : menuliskan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Presentasi           : Latihan mempresentasikan hasil penemuan.
Penilaian              : menerima masukan dari orang lain.
Penerapan          : menggunakan pengetahuan baru dalam berbagai situasi.
Sumber : Seminar APISI. Jawa Pos. Minggu 15 April 2007

MODEL PENGEMBANGAN MINAT BACA
Rendahnya motivasi baca pelajar dan strategi pembelajaran yang tidak tepat menjadi hambatan proses pengajaran. Hal pertama muncul akibat persepsi yang salah tentang membaca. Membaca identik dengan aktivitas individu yang membosankan. Menilik kondisi tersebut maka guru bidang studi Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah menengah dapat memanfaatkan KBK untuk merangsang dan meningkatkan ketrampilan membaca para pelajar. Strategi pembelajaran yang sesuai untuk memotivasi pelajar untuk gemar membaca adalah pendekatan pembelajaran kelompok.
Ide pembentukan kelompok belajar (KEJAR) ini berdasar atas sifat manusia yang mahluk sosial. Manusia saling membutuhkan satu dengan lainnya untuk mencukupi kebutuhannya. Demikian pula dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru akan menghadapi berbagai jenis sifat, karakter, kemampuan serta minat siswa-siswi yang berbeda. KBM menjadi semakin tidak ideal jika melihat rasio antara guru dan siwa-siswi yang tidak berimbang. Kelompok belajar merupakan strategi guru untuk mengelola KBM secara efektif. Pengelompokkan anggota Kelompok Belajar berdasar atas kesamaan minat dan kemampuan. Setelah kelompok belajar terbentuk maka guru menerapkan pembelajaran tematik dengan memberikan serangkaian tugas secara kontinyu, terarah dan terukur. Tugas tersebut dapat berupa permasalahan lintas bidang studi yang tengah terjadi dilingkungan sekitar siswa. Hal tersebut dimaksudkan memotivasi kelompok belajar untuk menemukan akar permasalahan dan solusinya melalui penelusuran pada sumber-sumber informasi dan diskusi. Diharapkan dalam proses tersebut terjadi dinamika kelompok yang merangsang anggota-anggotanya untuk berpikir kritis dan melahirkan ide-ide inovatif. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: A.Surjadi: 1989)

Peran pemimpin ( guru ) dalam proses tersebut sebagai berikut :
1.       Membagi kelompok kedalam sub-sub kelompok dan mengarahkan mereka kepada sumber-sumber material.
2.       Membantu menentukan bidang-bidang perhatian yang berhubungan dengan masalah atau isyu itu yang dapat menolong kelompok untuk memahami masalah itu lebih baik atau untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengannya.
3.       Menjelaskan kepada sub-sub kelompok tentang penyelesaian tugas-tugas mereka.
4.       Mempersilahkan sub-sub kelompok untuk melaporkan tahap penyelesaian tugas mereka.
5.       Menyarankan tindak lanjut, penelitian lebih lanjut atau cara untuk memanfaatkan pengalaman sebagai dasar kegiatan dimasa depan.
6.       Mengevaluasi kelompok belajar.
Peran anggota kelompok belajar sebagai berikut :
1.       Mendengarkan baik-baik penjelasan tentang proyek penugasan yang akan dikerjakan secara berkelompok
2.       Ikut secara aktif mengerjakan tugas yang dipercayakan atau yang mereka pilih itu dengan mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
3.       Melaporkan penemuan-penemuan daripada tugas-tugas yang telah diselesaikan.
4.       Ikut menanggapi penemuan-penemuan kelompok lain.
Bentuk umpan balik dari penugasan tersebut adalah presentasi dari masing-masing kelompok kedalam forum kelas sehingga terjadi interaksi antara kelompok belajar satu dengan lainnya dan kelompok belajar dengan guru.  Dari hasil umpan balik tersebut maka guru dapat memberikan penilaian seberapa jauh efektivitas penyampaian sebuah materi masing-masing kelompok.  Hasil yang ingin di capai dari pembentukan kelompok belajar adalah terjadinya sebuah iklim kompetisi yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi.

SIMPULAN
Rendahnya minat baca telah menjadi budaya dikalangan pelajar. Padahal membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Untuk mengubahnya maka perlu sebuah terobosan. Adapun pola pembelajaran yang relevan permasalahan ini adalah pembentukan Kelompok Belajar. Tujuannya adalah membentuk sebuah iklim kompetisi yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi. Namun pola pembelajaran tersebut kurang efektif tanpa adanya sumber bahan ajar. Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berperan mendukung efektivitas KBM sebagaimana isi manifesto IFLA. Peran perpustakaan sekolah merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, diarahkan pada membimbing siswa dalam mencari informasi yang dibutuhkan agar siswa tidak terjebak dalam hutan literasi informasi perlu mulai diterapkan di perpustakaan sekolah di Indonesia karena kemampuan anak dalam mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari, menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya kepada orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan seumur hidup. Kemampuan tersebut akan mempermudah para pelajar meningkatkan pengetahuannya baik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun pada saat ia bekerja. Dengan terintegrasinya pendidik, peserta didik dan sumber belajar dalam proses pembelajaran yang interaktif maka diharapkan minat dan motivasi pelajar untuk belajar akan bertambah. Dan pada akhirnya  bermuara pada kebiasaaan gemar membaca.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka cipta.
Sutirjo; Mamik, Sri Istuti. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004. Malang. Bayu media.
Surjadi, a.(1989) Membuat Siswa Aktif Belajar: 65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok.Bandung. Penerbit mandar maju.
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Menulis: Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung. Angksa.

 

MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK



Budaya lihat dan dengar yang mengakar pada masyarakat merupakan dampak lemahnya pembinaan minat baca sejak usia dini. Maraknya tayangan TV yang memuat adegan kekerasan menjadi "suguhan" tidak sehat bagi anak-anak Tayangan kartun, Tom & Jerry,  maupun tayangan action, Smack Down, dapat  berpengaruh pada perkembangan mental dan emosi anak. Sikap anak yang mulai suka melakukan tindakan kekerasan disebabkan anak melihat dan menirukan adegan kekerasan pada tayangan TV. Perkembangan kognitif anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa ukuran kapasitas dan fungsi khusus otak anak tumbuh, kemampuannya untuk mengingat banyak hal dengan lebih detail untuk waktu yang lebih lama.
Tanggungjawab orang tua adalah melindungi putera-puterinya dari segala hal yang berpotensi mengganggu perkembangan fisik dan psikisnya. Orang tua dapat mengurangi ketergantungan anak terhadap TV dengan meluangkan waktu beraktifitas bersama anak. Kegiatan olah raga, menggambar rekreasi atau membaca bersama dapat menjadi alternatif pilihan aktivitas anak. Orang tua hendaknya mengenalkan kegiatan membaca dalam kontek "mengenalkan huruf" kepada putra-putrinya. Sebab Islam mengajarkan bahwa kunci ilmu pengetahuan adalah membaca. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS.Al'Alaq ayat 1 yakni pada lafadz Iqro atau " Bacalah ".  Allah Swt mengajarkan pengetahuan kepada manusia melalui Kalam. Esensi kegiatan membaca adalah menyerap manfaat dari materi yang dibaca. Membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk interaksi pada proses belajar.
Kegiatan membaca mempunyai beragam manfaat. Orang yang terbiasa membaca buku dapat terhindar dari kerusakan otak dimasa tua. Selain itu, kegiatan membaca mampu merangsang pertumbuhan sel-sel baru jaringan otak pada masa pertumbuhan. Hal ini berdasar riset terakhir tentang otak. Membaca dapat menambah kata-kata dan pengetahuan akan ragam ungkapan kreatif, membaca dapat pula memicu imajinasi dan kreatifitas anak.
Sering kali orang tua kebingungan menemukan cara untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Sebab orang tua belum sepenuhnya memahami fase-fase perkembangan anak-anak sehingga usaha mereka menumbuhkan minat baca tidak berjalan secara efektif. Dan makalah ini membahas tentang aspek psikologis anak kaitannya dengan menumbuhkan minat baca.
Mengenal ciri-ciri perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun.
Papalia dan Odd ( 1987 ) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap:
1.       Masa Prenatal, yaitu : diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2.       Masa Bayi dan Tatih, yaitu : saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi. Dan selepas 18 bulan, bayi mulai belajar berjalan dan dinamakan sebagai masa tatih.
3.       Masa kanak-kanak pertama, yaitu : rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal dengan masa pra-sekolah.
4.       Masa kanak-kanak kedua, yaitu : rentang usia 6-12 tahun yang dikenal sebagai masa sekolah.
5.       Masa Remaja, yaitu : rentang usia 12- 18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua-nya.
Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun memegang peran penting diantara lima tahap tersebut diatas. Masa tersebut disebut juga masa pertumbuhan dan masa pembelajaran. Sebab pada usia tersebut, anak-anak mengalami perkembangan kemampuan fisik, mental dan intelektual yang signifikan. Sehingga masa tersebut merupakan waktu yang baik untuk menanamkan nilai-nilai ataupun pengetahuan. Namun metode yang digunakan hendaknya menggunakan pendekatan yang non-formal ( tidak mengacu pada kurikulum) karena rentang usia tersebut anak-anak masih menikmati masa bermain. Idealnya,  pendekatan dilakukan melalui pengenalan obyek tiga dimensi, semisal : puzzle. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian Sue Moskowitz dalam Reni Akbar-Hawadi ( 2001) terhadap sejumlah anak yang diajar membaca pada waktu dini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut tidak mampu mempertahankan kelebihan-kelebihan yang mereka peroleh dari teman sekelasnya yang tidak dapat membaca sebelum cukup umur.
Ciri-ciri perkembangan anak usia 3-6 tahun.
Ada tiga ciri yang menandai perkembangan anak-anak pada usia 3-6 tahun. Ketiganya meliputi :
1.       Perkembangan Fisik: Pada rentang ini, anak-anak mengalami perkembangan yang meliputi : tinggi dan berat badan yang bertambah, otot-otot yang semakin kuat, tanggalnya gigi susu dan berganti dengan gigi tetap. Serta kapasitas otak yang berkembang menjadi 75 % berat orang dewasa.
2.       Perkembangan motorik                : Keterampilan motorik, semisal : berjalan, berlari maupun aktivitas koordinasi antar organ tubuh mengalami perkembangan pesat pada rentang usia ini. Kemampuan keseimbangan anak untuk mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan turut mengalami perkembangan. Sehingga mereka dapat memanipulasi objek-objek kecil.
3.       Perkembangan intelektual : Rasa ingin tahu yang besar terlihat pada usia 3-6 tahun. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal yang baru. Oleh sebab itu maka dikenal istilah Questioning Age. Sebab pada usia 3 tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia 6 tahun.
Memupuk minat baca pada anak.
Perkembangan motorik yang pesat pada usia 3-6 tahun merupakan faktor yang signifikan untuk anak belajar  membaca, mengenal macam-macam bentuk dan huruf. Pada fase ini dikenal istilah Semiotics Function yakni: kemampuan anak usia 2-4 tahun dalam membuat dan mengenali simbol atau objek yang ada. Disarankan pada anak usia 3 tahun, dilakukan usaha pemenuhan rasa keingintahuan dan memenuhi hasrat penjelajahannya akan lingkungan sekitarnya dengan memberikan rangsangan. Bentuk rangsangan berupa ketersediaan alat bantu pembelajaran dan mentoring. Alat bantu pembelajaran dapat dibuat sendiri dari benda-benda disekeliling kita. Kita dapat menggunting gambar-gambar yang menarik pada majalah bekas lalu menempelkannya pada kertas kosong serta memberikan nama pada gambar tersebut. Sedangkan mentoring berlangsung dengan memberikan instruksi atau informasi awal tentang makna gambar tersebut dan memandu anak agar dapat memahami benda yang dimaksud. Mentoring dilakukan berulang-ulang untuk melatih fungsi memori pada anak.
 Namun proses diatas merupakan salah satu aspek saja dari kegiatan membaca. Seyogyanya, kegiatan membaca diajarkan secara komprehensif agar mendapatkan hasil yang  maksimal. Secara teoritis, kegiatan membaca menurut Budiharti (1983) mengutip pendapat Gray (dalam Dalman, 1974) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu:
1.       Pengenalan kata-kata : kegiatan ini menekankan pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol, istilahnya decoding.
2.       Pengertian: Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang  terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
3.       Reaksi                : Diharapkan  ada reaksi terhadap yang dibaca.
4.       Penggabungan : Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman si pembaca dimasa lalu.
Perlu diperhatikan pula bahwa untuk menarik perhatian anak agar menaruh perhatian  dan penghargaan terhadap buku maka pada masa kanak-kanak awal  ini, anak dilatih tentang bagaimana cara memegang buku, membuka halaman, mengenal gambar dan mengembalikan buku pada tempatnya. ( Pakasi, 1990 dalam Budiharti, 1983).
 Tetapi penerapan teori tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Sebab anak-anak cenderung melakukan penolakan terhadap hal-hal yang bersifat baku dan intruksional. Untuk mengatasinya maka para orang tua hendaknya merujuk pada metode Hooper. Mengutip Hooper " Pekerjaan anak-anak adalah bermain. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan ”. Apa pun yang ingin kita berikan dan menurut kita penting untuk dipelajari oleh anak-anak kita termasuk usaha kita untuk mengenalkan buku dan cara membacanya harus disampaikan dalam konteks bermain. Ada enam langkah untuk menumbuhkan minat baca pada anak yang patut disimak:
1. Pertama             :
Pilihlah bahan bacaan yang menarik bagi anak anda dan bacakanlah cerita tiap hari mengenai apa yang ingin disampaikan buku tersebut. Orang tua dapat memilihkan buku cerita bergambar yang bercerita tentang kisah-kisah religi, fabel ataupun pengetahuan. Sehingga sejak kecil secara tidak langsung mereka mengenal lingkungan sekitarnya.
2.Kedua  :
Mencoba menghubungkan indra dengan aktivitas membaca. Jika bayi anda bisa melihat menyentuh, merasakan serta mendengarkan dan melihat kata maka dia pun sudah bisa melakukan aktivitas membaca. Misalnya: berikanlah sebuah jeruk pada anak anda. Mintalah dia untuk menyentuh, merasakan, membaui dan memakannya. Lalu, namai sesuatu yang baru dimakannya dengan mengeja J-E-R-U-K dan ajak putera anda untuk melakukannya berulang-ulang. Maka anak anda akan merekam semua itu. Dan  dia telah melakukan aktivitas membaca.
3.Ketiga  :
Membantu anak anda menamai benda yang bisa dia lihat. Sesekali ajak anak anda melakukan tadabbur alam ke kebun binatang. Biarkan anak anda mengenali benda sekeliling yang dianggap menarik baginya.Apabila dia telah terfokus pada suatu benda dan dia kesulitan mengidentifikasinya, Bantulah dia menemukan padanan nama yang sesuai terhadap benda tersebut.
4. Keempat           :
 Memberikan nama kepada apa saja yang dapat dilakukan oleh anak. Semisal: Jika anak anda sedang menggambar namun dia tidak mengetahui nama aktivitas yang dia lakukan, Maka ambillah selembar kertas, gambar posisi dia sedang menggambar dan tulislah aktivitas yang sedang dia lakukan.Beritahu dia tentang aktivitasnya berdasarkan gambar tersebut dan biarkan dia untuk menyimpan informasi tersebut.
5.Kelima               :
Mengenalkan kegiatan membaca dengan permainan fonetik.Buatlah kotak yang berisi nama benda dan padanan kata pada beberapa bahasa.Namun hendaknya struktur nama       benda tersebut sederhana dan dengan kombinasi huruf vokal yang pendek. Ajaklah putera anda untuk bermain tebakan dengan kotak yang telah anda buat tadi.
6. Keenam          :
Mengajak anak anda bermain menggunakan kata kunci. Permainan ini menggunakan 450 kata yang sering digunakan dan 3 set kartu yang berisi unsur kata tersebut. Orang                tua menunjukkan satu yang tebal dan anak-anak mencoba menemukan pasangan kata diantara kartu mereka. Anak yang dapat menyelesaikan permainan tersebut maka dialah pemenangnya.
PENUTUP
Menumbuhkan minat baca pada anak merupakan pekerjaan menantang. Kita dituntut memahami fase perkembangan anak untuk menentukan metode apa yang cocok bagi mereka untuk menyukai aktivitas baca. Dan fase yang paling optimal ialah pada rentang usia 3-6 tahun karena aktivitas motorik dan intelejensia anak mengalami perkembangan yang signifikan. Metode bermain merupakan pendekatan ideal bagi rentang usia tersebut.
Selain itu, kegiatan membaca dapat dikenalkan melalui mendongeng  sebab merupakan cara yang efektif untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Selain itu, mendongeng dapat membentuk kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Anak  merasa dicintai karena orang tua mau meluangkan waktu untuk menemani dan berbagi cerita dengan mereka. Dengan tumbuhnya minat baca sejak usia dini diharapkan akan muncul generasi penerus yang berkualitas, berwawasan luas dan berakhlul karimah. Setelah membaca artikel ini tergerakkah anda sebagai orang tua untuk membentuk generasi yang berkualitas? Tunggu apa lagi, Pergilah perpustakaan, pinjam setumpuk buku dan mulailah membaca bersama anak anda. Sekian.
Daftar Pustaka.
Akbar-Hawadi, Reni. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia, 2001.



Monday, 30 March 2020

SMART (Spesific, Measurable, Achieveable, Reliable, Timely) Membaca



                Membaca merupakan kunci keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa mahasiswa yang meluangkan waktu secara teratur untuk membaca mempunyai wawasan yang lebih luas. Perkembangan ilmu pengetahuan bergerak secara dinamis. Pada dekade 90-an, kita menganggap jagung hanya sebagai tanaman penghasil karbohidrat dan bahan campuran makanan ternak saja. Namun berdasarkan hasil penelitian para ahli biokimia yang menyatakan bahwa jagung dapat diproses menjadi bio-etanol atau bahan energi alternatif. Temuan tersebut merangsang petani di Benua Amerika untuk mengganti komoditas pertanian mereka (berupa: kedelai) dengan tanaman jagung. Indonesia sebagai negara pengimpor kedelai,  tidak mengantisipasi hal tersebut. Sehingga memicu terjadinya krisis  kedelai di Indonesia. Alhasil harga tempe melonjak hampir 100%. Hikmah dari peristiwa tersebut adalah tanpa adanya usaha proaktif untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan maka tingkat intelektualitas civitas akademika akan semakin tertinggal. Hal yang kontradiktif dengan  metode pembelajaran pada perguruan tinggi telah didesain sedemikian rupa sehingga mahasiswa mampu secara mandiri mempelajari modul-modul pembelajaran baik yang bersumber dari diktat maupun sumber informasi lain.
Kenyataannya aspek pendidikan kita masih mengejar kuantitas saja. Indikasinya terlihat dari banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum terserap dunia kerja. Hal tersebut menunjukkan lemahnya penguasaan bidang keilmuan para lulusan dengan kualifikasi yang diinginkan dunia kerja. Penyebab lemahnya penguasaan bidang keilmuan para alumnus perguruan tinggi jika ditelusuri akan bermuara pada pola belajar mereka selama kuliah. Tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah SKS ( sistem kebut semalam) menjelang ujian semester. Dan tujuan dari sistem tersebut bukannya pemahaman tetapi sebatas mencapai standar nilai kelulusan. Idealnya, untuk menumbuhkan pemahaman terhadap suatu bidang tertentu memerlukan proses yang panjang. Kita harus senantiasa melatih memori otak kita untuk  mencari, menyimpan dan menyampaikan kembali suatu informasi secara berulang-ulang. Kondisi tersebut bisa dicapai dengan membiasakan diri kita untuk membaca segala hal dan dari berbagai sumber informasi.
Membaca bukanlah prioritas utama bagi sebagian besar mahasiswa. Penyebab rendahnya minat baca mahasiswa terjadi atas berbagai faktor. Alasan klasik bagi sebagian besar mahasiswa untuk tidak membaca buku  secara teratur adalah ketiadaaan bahan bacaan. Dengan biaya hidup yang pas-pasan mereka enggan menyisihkan kiriman dari orang tua mereka untuk membeli buku. Ironisnya, mereka mampu menyisihkan uang Rp.20.000,- per-bulan untuk sekedar membeli pulsa.  Selain itu, Isi buku-buku yang beredar saat ini kurang mampu membangkitkan rasa keingin tahuan mahasiswa. Gaya penulisan yang monoton serta maraknya edisi cetak ulang tanpa disertai pembaharuan informasi menjadikan buku tidak enak dibaca.  Hal tersebut menjadikan membaca sebagai aktivitas yang membosankan.
Kondisi itu akan berbalik arah ketika para mahasiswa menginjak semester akhir untuk persiapan skripsi. Mereka pun berbondong-bondong meyibukkan diri dengan tumpukan buku. Fenomena tersebut sejalan dengan teori Dawson dan Bamman (1960: 133-147) yang mengatakan bahwa : “Seseorang  dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya “. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dicarikan solusi atas rendahnya minat baca khususnya bagi mahasiswa. Persepsi dibenak mahasiswa bahwa membaca merupakan aktivitas yang membosankan dapat dikikis jika kita menggunakan pendekatan yang tepat.

Membaca dan Manfaatnya ?
Membaca merupakan proses kognitif. Wikipedia menjabarkan membaca sebagai proses komunikasi tak langsung untuk menyampaikan informasi dan ide dengan menerjemahkan simbol-simbol tertentu. Simbol – simbol tersebut dirubah dari bentuk tercetak menggunakan morfem, sematik dan sintaksis menjadi sebuah bahasa lisan. Membaca merupakan metode yang efektif untuk mengakses informasi secara akurat. Sebab informasi lisan berpotensi bias jika rantai penyampaiannya begitu panjang sehingga tidak mudah menelusuri sumber informasinya. Sedangkan informasi tercetak pada umumnya berasal dari sumber primer sehingga informasinya akurat. Manfaat lainnya adalah melatih kepekaan otak. Memori otak manusia membutuhkan rangsangan repetisi (pengulangan) untuk menyimpan atau menemu balik sebuah informasi. Pemahaman akan muncul jika kita membaca secara berulang-ulang. Otak diibaratkan pisau yang semakin tajam jika diasah dan  begitupun sebaliknya. Dan bahan bacaan berupa: feature, novel, cerita pendek dapat melatih kepekaan otak. Pada saat kita membaca feature, novel atau cerita pendek maka otak kita mencoba mengimajinasikan  alur cerita dari bahan bacaan tersebut.

Tipologi Membaca.
Membaca merupakan keterampilan yang dibedakan atas beberapa jenjang. Penjenjangan tersebut berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Kemampuan tersebut dibedakan menjadi 3 type membaca, yakni:

1. Membaca dasar merupakan kemampuan mengeja kata dan merangkaikanya menjadi sebuah kalimat yang bermakna. Kemampuan ini diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Indikator penguasaannya terlihat pada kelancaran membaca serta kemampuan membaca dalam hati (subvocalized).
2. Membaca inspeksional merupakan kemampuan membaca secara sekilas dan sistematis diselingi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui isi dari bacaan tersebut. Pada tahap ini kita belajar membuat catatan kaki yang akan membantu kita dalam memperdalam isi bacaan. Kecepatan membaca pada tingkat ini  bergantung pada kebutuhan serta bahan bacaan yang dihadapi. Sebagai ilustrasi, kecepatan membaca inspeksional berkisar pada 1000 kpm. Kecepatan tersebut menyesuaikan dengan tujuan membaca, yaitu: mengenal bahan yang akan dibaca, mencari jawaban atas pertanyaan tertentu dan mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari bacaan. Strategi yang lazim digunakan pada tipe ini adalah melalui tehnik skimming dan scanning. Maksudnya, kita tidak perlu membaca keseluruhan bahan bacaan untuk mengetahui isi bacaan tersebut. Namun kita dapat mengidentifikasi isi bacaan dengan melihat bagian bagian seperti: daftar isi, prakata, kata-kata kunci serta daftar pustaka. 
3.  Membaca analitis merupakan kemampuan mencerna bacaan sehingga mampu menyarikan serta memaparkan kembali maupun mengkritisi bacaan. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan memahami isi bacaan, menguji sumber penulisan serta berusaha berinteraksi (secara imajiner) dengan penulis. Selanjutnya kita dapat memutuskan apakah kita menerima ataupun sebaliknya menolak ide penulis dalam bahan bacaan tersebut. Kemampuan membaca analisis sudah sepantasnya dimiliki oleh mahasiswa. Karena sistem pendidikan tinggi menuntut para mahasiswa berpikir kritis. Dengan cara mencurahkan pikiran serta mengambil sikap terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.

SMART ( Specific, Measurable, Achieveable, Relibale, Timely) Membaca
SMART merupakan konsep manajemen yang diadopsi dan diadaptasikan menyesuaikan dengan kebutuhan membaca. Konsep ini terdiri atas 5 buah langkah yang saling memiliki keterkaitan. Konsep SMART tersebut disesuaikan menjadi kiat-kiat membaca secara efektif dan efisien. Penjabarannya sebagai berikut:
1.       Spesific dengan cara memfokuskan tujuan.
Langkah pertama adalah memfokuskan tujuan membaca. Kita telah mengenal berbagai jenis tipologi membaca. Kesemuanya mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kita tinggal menyesuaikan kebutuhan kita dengan tipe membaca yang sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan di awal. Asumsikan diri kita adalah  seorang mahasiswa yang dituntut berpikiran kritis. Namun kita menyadari bahwa kita lemah dalam hal kemampuan berpikir analitis. Kita pun berkeinginan merubah hal tersebut. Berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut maka kelemahan itu dapat diatasi dengan berlatih membaca analisa. Selama proses up grading tersebut kita harus konsisten dengan tujuan awal tersebut. Fokus pada tujuan merupakan salah satu kunci keberhasilan. 
2.       Measurable dengan cara menetapkan target.
Berikutnya, kita menetapkan target. Sebuah program up grading membaca harus mempunyai target yang terukur. Hal ini bertujuan mengukur kemampuan kita untuk membaca dalam jangka waktu tertentu. Target harus terukur baik dari jumlah buku yang akan dibaca maupun alokasi waktu. Target tersebut seyogyanya tidak memberatkan kita. Mulailah dari yang terkecil dan termudah. Selanjutnya disiplinkan diri untuk berusaha mencapai target tersebut.


3.       Achieveable dengan cara membuat catatan harian.
Selama kita proses up grading membaca, bisa saja aktivitas tersebut terbentur dengan aktivitas lain sehingga menganggu kelancaran proses membaca. Seringkali kejadian yang muncul secara tiba-tiba dapat membuyarkan konsentrasi kita. Mengakibatkan kita lupa terhadap apa yang telah kita kerjakan. Memori manusia dapat  diantisipasi dengan membuat catatan-catatan kecil. Catatan tersebut memuat informasi tentang judul, pengarang dan nomor halaman dari buku yang telah dibaca hari itu. Dan catatan tersebut dapat diletakkan/ ditempel pada tempat yang mudah terjangkau.
4.       Reliable dengan cara membuat daftar buku bacaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang dinamis menuntut mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan akademiknya dengan menambah referensi. Walaupun mahasiswa telah mendapat silabus dalam mencari referensi tambahan. Namun mereka kesulitan dalam menemukan bahan bacaan yang relevan dengan bidang keilmuannya. Mahasiswa perlu menginventarisir kebutuhan mereka dan selanjutnya membuat daftar buku yang hendak dibaca. Materi dari daftar tersebut dapat bersumber dari dosen, teman kuliah maupun resensi pada surat kabar. Daftar ini memudahkan mahasiswa  menelusur buku yang topiknya sedang trend sekaligus membangkitkan antusiasme membaca.
5.       Timely  dengan cara membuat jadwal rutin untuk membaca.
Dalam sehari kita memiliki waktu 24 jam. Namun kegiatan porsi waktu terbesar dihabiskan untuk istirahat dan kegiatan tidak produktif lainnya. Sebaiknya kita menyusun jadwal yang mengakomodasi kebutuhan secara proporsional. Dan membaca kita masukkan sebagai kebutuhan. Kalaupun kita mengalami kesulitan mengatur jadwal membaca maka kita dapat membaca buku disela-sela kesibukan. Beberapa buku bacaan dapat diselipkan kedalam tas kuliah. Sehingga waktu yang kurang produktif, semisal: menunggu bis atau dalam perjalanan menuju tempat kuliah, dapat kita gunakan untuk membaca buku. Patut disadari bahwa meluangkan waktu untuk membaca akan sulit terlaksana jika kita tidak berkomitmen untuk rutin membaca pada setiap kesempatan
Metode membaca SMART harus tetap dijaga kontinuitasnya dengan cara membuat kelompok diskusi. Hal tersebut dilakukan agar tercipta sebuah interaksi yang menyenangkan. Kondisi tersebut mutlak tercipta karena membaca merupakan bentuk komunikasi searah antara buku dengan pembaca. Sifat monoton dapat menyebabkan kebosanan bagi pembaca untuk membaca. Kelompok tersebut dibentuk berdasarkan kesamaan  jurusan ataupun mata kuliah yang tengah ditempuh. Diskusi merupakan media interaktif bertukar informasi  untuk pengkayaan materi sekaligus penyegar ingatan kita. Agar kelompok diskusi dapat berjalan efektif maka perlu kesepakatan bersama tentang waktu, tempat, kajian terhadap topik tertentu pada tiap pertemuan serta penugasan kepada anggota untuk membuat resume dari buku yang tengah dikaji sebagai bahan diskusi. Dengan kelompok diskusi yang terpola maka membaca menjadi sebuah aktivitas yang menarik.  
Selain itu, kunjungan secara rutin ke perpustakaan perlu dilakukan guna menjaga stamina baca ditunjang ketersediaan bacaan yang memadai. Sebab faktor pendorong bagi setiap orang untuk membaca adalah keingintahuan. Dan JK rowling  dengan buku Harry Potter-nya berhasil merangsang rasa keingintahuan pembacanya. Keberhasilan tersebut tak lepas dari alur cerita yang kuat, strategi promosi yang jitu serta kejelian pemilihan tema cerita.  Kesemuanya diramu secara tepat sehingga mejadi daya tarik yang mampu membangkitkan keingintahuan pembacanya. Namun faktor tersebut akan tidak berarti apa-apa jika tidak ditunjang ketersediaan buku. Perpustakaan dengan koleksi ribuan buku laksana lautan ilmu akan memanjakan ‘rasa keingintahuan’ para pengunjungnya dalam menelusur informasi. Hal tersebut tak lepas dari fungsi perpustakaan sebagai lembaga dokumentasi dan informasi yang bertugas menyimpan, mengolah dan menyebarkan informasi. 

Penutup
Kemampuan membaca masyarakat di Indonesia rendah. Padahal membaca merupakan ukuran bagi  indeks pembangunan manusia pada suatu negara. Laporan UNDP  tahun 2003 dalam “Human Development Report 2003” menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Rendahnya minat baca tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain : tekanan ekonomi yang menyebabkan terbatasnya akses terhadap ketersediaan bahan bacaan; mengakarnya budaya tutur serta rendahnya ‘sensivitas’ terhadap hal-hal yang baru. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berdampak pada rendahnya daya saing sumberdaya manusia Indonesia dibandingkan negara lain pasca pemberlakuan AFTA.
Guna membentuk manusia unggul dan berdaya saing tinggi, maka kita harus mengadakan perubahan sikap dan perilaku budaya dari tidak suka membaca menjadi masyarakat membaca (reading society). Menurut Gleen Doman (1991 : 19) dalam Athaillah Baderi (2005) menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut mempelopori usaha ini. Namun kecenderungan yang terjadi dikalangan mahasiswa adalah mereka tergerak membaca  jika ada motif tertentu. Hal tersebut dikuatkan teori Dawson dan Bamman (1960: 133-147). Perlu sebuah terobosan dalam melatih dan membangkitkan minat baca para mahasiswa. Konsep SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Reliable dan Timely) merupakan strategi jitu membangkitkan minat baca mahasiswa. Kelima aspek tersebut cukup mengakomodir kebutuhan mereka serta menjadikannya sarana berlatih guna membiasakan diri membaca secara efektif. Sekian.

Daftar Pustaka
Baderi, Athaillah. Orasi ilmiah dan pengukuhan pustakawan utama : Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Suatu Kelembagaan Nasional Wacana  Ke Arah  Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat Membaca. Jakarta. Perpustakaan Nasional. 2005
Dawson, Mildred A. dan Henry A.Bamman. 1960. Fundamentals of Basic Reading Instruction. New York: Longmans, Green and Co.
http.// EzineArticles.com/?xpert=Kevin_Eikenberry ; tanggal 30 November 2007.
htttp.//jammie Little field pada charity guide.org. ; tanggal 3 Januari 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki; tanggal 6 F