TEROPONGNTT, KUPANG — Perpustakaan harus bekerja keras dan inovatif dalam pengembangan literasi informasi kepada masyarakat. Sebagai lembaga pengelola informasi, Perpustakaan juga dapat mengadopsi Konsep ATM (amati, tiru dan modifikasi), sebuah program pengembangan literasi yang telah sukses diterapkan di Adelaide-Australia Selatan dalam pengembangan informasi berbasis komunitas.
Demikian Pustakawan Berprestasi Terbaik NTT Tahun 2013, Rattapinusa Haresariu Handisa, SSos, M.IM dari Balai Litbang LHK Kupang saat membawakan materi pada kegiatan seminar tentang Peranan Ikatan Pustakawan Indonesia dalam Pengembangan Literasi Informasi, di Ballroom Hotel Swiss Bellin Kupang Rabu (2/8/2017).
Demikian Pustakawan Berprestasi Terbaik NTT Tahun 2013, Rattapinusa Haresariu Handisa, SSos, M.IM dari Balai Litbang LHK Kupang saat membawakan materi pada kegiatan seminar tentang Peranan Ikatan Pustakawan Indonesia dalam Pengembangan Literasi Informasi, di Ballroom Hotel Swiss Bellin Kupang Rabu (2/8/2017).
Menurut Rattapinusa Haresariu Handisa, SSos, M.IM, perkembangan teknologi informasi mendorong terbentuknya masyarakat informasi, namun pemerataan akses informasi terkendala dengan keterbatasan infrastruktur dan keterbatasan literasi informasi. Pengembangan literasi infotmasi pada masyarakat NTT memerlukan kerja keras.
Bentang wilayah yang didominasi oleh perairan dan topografi dominan pengunungan, kata Rattapinusa, menjadi kendala pembangunan infrastruktur telekomunikasi, karena membutuhkan investasi yang besar.
Meski demikian, kata Rattapinusa, keterbatasan tidak boleh menyurutkan niat perpustakaan, pustakawan dan organisasi profesi kepustakawan, untuk berkontribusi bagi pengembangan Literasi Informasi di NTT.
Keragaman struktur social, kata Rattapinusa, melahirkan upaya pengentasan “Buta Informasi” (Illiteracy Information) . Dimana Literasi Informasi terkait erat dengan, kemampuan identifikasi, penentuan lokasi dan evaluasi informasi serta penggunaan yang tepat.
Perpustakaan, kata Rattapinusa, harus bekerja keras dan inovatif dalam pengembangan literasi informasi kepada masyarakat. Sebagai lembaga pengelola informasi, perpustakaan dapat mengadopsi Konsep ATM (amati, tiru dan modifikasi), sebuah program pengembangan literasi yang telah sukses di Adelaide -Australia Selatan dalam pengembangan informasi berbasis komunitas.
Layanan Perpustakaan Kunjungan bagi masyarakat miskin di pinggiran kota, layanan perpustakaan ke rumah ibadat/silang layan dan layanan terpadu perpustakaan sekolah yang sudah dijalankan, termasuk layanan mobil perpustakaan keliling, kata Rattapinusa, berlaku hingga ke pelosok daerah dan motor pintar ke murid TK di Kota Kupang dan sekitarnya, termasuk Kegiatan Story Telling bagi anak anak.
Panitia Penyelenggara seminar Peranan Ikatan Pustakawan Indonesia dalam Pengembangan Literasi Informasi, Jitron Poek, SSos mengatakan, tujuan kegiatan untuk peningkatan pemahaman peranan Ikatan Pustakawan Indonesia(IPI) NTT dalam pengembangan Literasi dan manfaat bagi perpustakaan dan pustakawan denga manfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan pustakawan. (roy)
Sumber berita : http://www.teropongntt.com/perpustakaan-harus-bekerja-keras-dan-inovatif-dalam-pengembangan-literasi-informasi/
0 comments:
Post a Comment