Pramuka atau kependekan dari Praja Muda Karana merupakan organisasi pembentukan karakter. Keanggotaan pramuka untuk segala umur tanpa membedakan SARA. Pramuka pun menjadi wadah untuk belajar demokrasi, cinta alam dan sesama. Tak mengherankan jika pramuka semakin lekat di hati.
Mengembalikan ingatan ke era 90-an, saat penulis mengenyam pendidikan dasarnya di SDN Kampung Dalem 1, Tulungagung. Sekolah tersebut memiliki Gugus Depan (Gudep) ter-aktif pada masa itu. Latihan mingguan dan Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) rutin di gelar bagi pramuka penggalang. Tidak mengherankan sebab Alm Pak Bintoro salah satu pengajar di sekolah tersebut merupakan andalan Kwartir Ranting Kecamatan Tulung Agung. Sosoknya yang tegas dan kebapakan menjadi magnet bagi anak didiknya untuk ikut aktif berkegiatan di Gudep tersebut. Penulis pun turut aktif berkegiatan pramuka tingkat penggalang saat kelas V dan VI dan di penghujung studi, penulis berkesempatan mengikuti Lomba Tingkat Regu Pramuka Penggaang (LT II) Kwartir Ranting Tulungagung. Lomba tersebut diselenggarakan selama 2 hari mulai 11-12 Februari 1993 di bantaran Sungai Ngrowo Kelurahan Kutoanyar Kabupaten Tulungagung. Mengikuti kegiatan tersebut sungguh berkesan, melatih kekompakan membangun tenda dan menghias lingkungan sekitar tenda, berlatih kemandirian melalui memasak, merapikan tenda dan mandi sendiri.Namun yang paling berkesan adalah giat mountering, kelompok kami dituntut menjelajahi rute yang telah ditentukan dan dituntut menahlukkan tantangan disetiap pos yang telah ditentukan. Seingat penulis, tantangan pos ke-3 sangat menantang, yakni: tebak aroma. Kakak pembina yang berjaga dipos tersebut menyuruh menutup mata dengan hasduk selanjutnya kami disuruh menebak jenis benda melalui indera penciuman. Paling teringat adalah aroma menyengat seperti udang dengan aroma khas dan pada saat itu kami menebaknya sebagai kaos kaki busuk, ternyata benda yang dimaksud adalah terasi. Setelah merampungkan rentetan giat selama LT II tersebut, kami diganjar piagam penghargaa bernomor: 09/OA/R.I/1993 tertanggal 13 Februari 1993 dengan tertanda Kak D Suryoto selaku Ketua Kwartir Ranting Kecamatan Tulungagung. Walaupun regu kami tidak menjuarai lomba tersebut, namun kami bahagia karena mampu melatih kemandirian dan kesolidan tim. Hal tersebut menjadi pelahajaran berharga yang dirasakan besar manfaatnya dikehidupan bermasyarakat seperti saat ini.
Melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, penulis memutuskan bergabung dan aktif di Gudep SMPN 1 Tulungagung disebabkan kenangan manis berpramuka di jenjang pendidikan dasar. Pengalaman pramuka penggalang di Gudep tersebut lebih seru mungkin disebabkan jiwa petualangan yang terpupuk akibat masa pubertas serta dipengaruhi komik berjudul 'Lima Sekawan' karangan Enid Bolton. Pada masa orientasi, para calon anggota pramuka diajak menjelajah ke Candi Dadi, sebuah peninggalan masa kerajaan yang terletak diatas bukit dan lokasinya berjarak sekitar 20 kilometer dari sekolah kami. Jarak tersebut kami tempuh dengan bersepeda. Walaupun capek namun hati riang sebab kami bisa berbincang sembari naik sepeda beriringan berbanjar 2. Demikian halnya dengan giat naik bukit. Pada tahun kedua, setelah menuntaskan Syarat Kecapakan Umum (SKU) Penggalang Rakit dan menyelesaikan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) maka penulis terpilih mengikuti seleksi Jambore Nasional Penggalang Tahun 1996 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta. Mendengar kata Jakarta seolah penulis seolah terhipnotis 'WOW'. Mengunjungi ibukota negara merupakan impian bagi anak kampung seperti penulis pada masa itu. Berbekal restu orang tua dan usaha disertai doa, rangkaian tes dilalui dengan lancar dan penulis terpilih menjadi anggota kontingen Kwartir Cabang Kabupaten Tulung Agung. Kontingen Kwarcab Tulungagung berangkat menuju Buper Cibubur menggunakan kereta api dan turun distasiun Matraman serta melanjutkan kelokasi giat menggunakan carteran angkutan umum. Perasaan takjub menyelimuti saat mengikuti upacara pembukaan JAMNAS 96 yang dibuka secara resmi oleh HM.Soeharto, Presiden RI ke-2 kala itu. Setiap giat yang diikuti sangat berkesan karena bertemu teman baru dan mengenal budaya baru serta memperoleh ilmu baru. Pengalaman berkesan selama JAMNAS adalah mengikuti Joy Sailing ke Pulau Pramuka menggunakan kapal Landing Ship Tank (LST) dari Kolinlamil. Baru pertama kalinya penulis merasakan mabuk laut, namun para awak kapal yang ramah dan baik hati meringankan derita mabuk laut. Setelah giat JAMNAS selesai maka setiap peserta dianugerahi medali (TISKA) dan Piagam penghargaan atas peran sertanya mengikuti Jambore Nasional Tahun 1996 di Bumi Perkemahan Wiladatika, Cibubur pada tanggal 26 Juni sampa dengan 4 Juli 1996 dan ditandatangai Letjen (Purn) H.Himawan Soetanto selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka kala itu. Jambore Nasional mengajarkan bahwa Pramuka menjadi wadah memperluas persahabatan untuk saling mengenal budaya sehingga menumbuhan toleransi.
Sayangnya selepas jenjang penggalang, penulis kurang aktif berpramuka disebabkan kesibukan sekolah, berkerja dan berkeluarga. Walaupun sempat aktif berpramuka namu tidak intens. Pada tahun 2011, penulis aktif sebagai instruktur Saka Wanabhakti kota Kupang dengan krida Binawana. Penulis mencoba berbagi pengetahuan seputar aspek silvikultur disesuaikan tupoksi penulis di Balai Litbang Kehutanan Kupang. Namun aktivitas tersebut terhenti disebabkan penulis melanjutkan studi diAdelaide dan selepas studi mengalami mutasi kerja ke luar Pulau.
Melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, penulis memutuskan bergabung dan aktif di Gudep SMPN 1 Tulungagung disebabkan kenangan manis berpramuka di jenjang pendidikan dasar. Pengalaman pramuka penggalang di Gudep tersebut lebih seru mungkin disebabkan jiwa petualangan yang terpupuk akibat masa pubertas serta dipengaruhi komik berjudul 'Lima Sekawan' karangan Enid Bolton. Pada masa orientasi, para calon anggota pramuka diajak menjelajah ke Candi Dadi, sebuah peninggalan masa kerajaan yang terletak diatas bukit dan lokasinya berjarak sekitar 20 kilometer dari sekolah kami. Jarak tersebut kami tempuh dengan bersepeda. Walaupun capek namun hati riang sebab kami bisa berbincang sembari naik sepeda beriringan berbanjar 2. Demikian halnya dengan giat naik bukit. Pada tahun kedua, setelah menuntaskan Syarat Kecapakan Umum (SKU) Penggalang Rakit dan menyelesaikan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) maka penulis terpilih mengikuti seleksi Jambore Nasional Penggalang Tahun 1996 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta. Mendengar kata Jakarta seolah penulis seolah terhipnotis 'WOW'. Mengunjungi ibukota negara merupakan impian bagi anak kampung seperti penulis pada masa itu. Berbekal restu orang tua dan usaha disertai doa, rangkaian tes dilalui dengan lancar dan penulis terpilih menjadi anggota kontingen Kwartir Cabang Kabupaten Tulung Agung. Kontingen Kwarcab Tulungagung berangkat menuju Buper Cibubur menggunakan kereta api dan turun distasiun Matraman serta melanjutkan kelokasi giat menggunakan carteran angkutan umum. Perasaan takjub menyelimuti saat mengikuti upacara pembukaan JAMNAS 96 yang dibuka secara resmi oleh HM.Soeharto, Presiden RI ke-2 kala itu. Setiap giat yang diikuti sangat berkesan karena bertemu teman baru dan mengenal budaya baru serta memperoleh ilmu baru. Pengalaman berkesan selama JAMNAS adalah mengikuti Joy Sailing ke Pulau Pramuka menggunakan kapal Landing Ship Tank (LST) dari Kolinlamil. Baru pertama kalinya penulis merasakan mabuk laut, namun para awak kapal yang ramah dan baik hati meringankan derita mabuk laut. Setelah giat JAMNAS selesai maka setiap peserta dianugerahi medali (TISKA) dan Piagam penghargaan atas peran sertanya mengikuti Jambore Nasional Tahun 1996 di Bumi Perkemahan Wiladatika, Cibubur pada tanggal 26 Juni sampa dengan 4 Juli 1996 dan ditandatangai Letjen (Purn) H.Himawan Soetanto selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka kala itu. Jambore Nasional mengajarkan bahwa Pramuka menjadi wadah memperluas persahabatan untuk saling mengenal budaya sehingga menumbuhan toleransi.
Sayangnya selepas jenjang penggalang, penulis kurang aktif berpramuka disebabkan kesibukan sekolah, berkerja dan berkeluarga. Walaupun sempat aktif berpramuka namu tidak intens. Pada tahun 2011, penulis aktif sebagai instruktur Saka Wanabhakti kota Kupang dengan krida Binawana. Penulis mencoba berbagi pengetahuan seputar aspek silvikultur disesuaikan tupoksi penulis di Balai Litbang Kehutanan Kupang. Namun aktivitas tersebut terhenti disebabkan penulis melanjutkan studi diAdelaide dan selepas studi mengalami mutasi kerja ke luar Pulau.
Pada tahun 2019, penulis mendapatkan kesempatan berbagi pengetahuan di Perkemahan Bhakti Saka Wanabhakti dan Lingkungan Nasional di Buper Cibubur. Namun aktivitas on-off tersebut belum meningggalkan kesan mendalam seperti masa aktif dan intens giat pramuka tingkat penggalang. Semoga suatu waktu, penulis dapat kesempatan aktif dan intens berpramuka disebabkan banyak manfaat baik langsung maupun tidak yang diperoleh melalui Gerakan Pramuka
1 comments:
Salam pramuka kak, pramuka merupakan kawah candradimuka untuk membentuk karakter generasi muda sebagai calon penerus bangsa kak. Semoga bisa aktif kembali pramuka kak.
Post a Comment