Indonesia masih berjuang meningkatkan indeks kegemaran membaca. Salah satu strateginya adalah menyediakan sumber-sumber bahan bacaan sehingga mendorong munculnya kegemaran membaca. Sementara itu, Pondok pesantren (Ponpes) merupakan lembaga pendidikan informal yang berperan penting mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari rahim ponpes bermunculan pemimpin informal baik dibidang keagamaan maupun tokoh masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan maka ponpes perlu diperhatikan sarana penunjang belajar belajarnya, salah satunya adalah koleksi perpustakaan pondok pesantren. Berlatar hal tersebutlah, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) mendorong peningkatan kegemaran membaca para santri melalui bantuan buku. Salah satu ponpes yang beruntung menerima bantuan tersebut adalah Ponpes El Fatta yang terletak di daerah Kayu Putih, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Ponpes El Fatta tersebut mendidik para santri yang sebagian besar berstatus mahasisw sebagai kader pemimpin yang memiliki wawasan keagamaan, kebangsaan dan dibekali pengetahuan ilmiah. Dipimpin oleh Hidayat Mustafit, Lc, MA, ponpes El Fatta senantiasa berbenah dalam menyempurnakan kurikulum dan sarana prasarananya. Salah satu programnya adalah peningkatan pengelolaan perpustakaan khusus lembaga pendidikan keagamaan. Keterbatasan anggaan tidak mengecilkan semangat pengelola ponpes untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan. Berbekal secuil informasi, maka pengurus ponpes memberanikan diri mengajukan proposal bantuan buku kepada PNRI.
Gayung pun bersambut, setelah melalui berbagai proses baik pendataan dan verifikasi maka perwakilan PNRI memberikan bantuan buku kepada Ponpes El Fatta sebagai sarana penunjang pendidikan bagi 80 oran santrinya. Secara simbolis, serah terima bantuan tersebut dilakukan oleh pimpinan ponpes dan perwakilan PNRI bertempat di kayu putih Kupang pada tanggal 7 Juni 2021. Hibah buku tersebut akan bermakna sekali bagi para penuntut ilmu di ponpes El Fatta sebab para santri akan kembali kedaerah asalnya selepas membekali diri dengan ilmu agama dan pengetahuan umum guna membangun daerahnya masing-masing. Bantuan buku tersebut akan menambah wawasan dan keilmuan bagi para santri tersebut. Cuplikan berita diatas tentu memotivasi bagi pengelola ponpes lainnya khususnya yang bertugas mengelola perpustakaan ponpes untuk mendapatkan hibah buku. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, syarat dan proses permintaan hibah buku disajikan sebagai berikut:
1. Pengelola ponpes mengajukan surat resmi dilampiri proposal permohonan hibah buku ditujukan kepada : Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi.
Sekretariat Utama Perpustakaan Nasional
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi
Jl. Salemba Raya 28A Jakarta Pusat
Telp. 021-3922669,3922749,3922855,3923116 (operator)
Faks. 021-3103554
Sejatinya tidak ada format baku permohonan hibah buku. Namun sistematika prososal tersebut setidaknya memuat komponen sebagai berikut:
1.1 Latar berlakang berisi kondisi pemohon hibah, urgensi dan manfaat yang akan diterima jika memperoleh hibah.
1.2 Tujuan : guna meningkatkan minat baca, indeks literasi dan meningkatkan daya saing SDM
1.3 Gambaran umum calon penerima hibah: sejarah ponpes, struktur pengelola ponpes, alamat, demografi santri, sarana dan prasarana yang dimiliki saat ini. Kondisi perpustakaan
1.4 Jenis sumber informasi yang dibutuhkan dan jumlahlah
1.5 Penutup disertai nomor kontak person
Berikut contoh surat resmi dan proposal dapat didownload pada link berikut: https://cutt.ly/qnEg21r (Mohon file tersebut tidak disalahgunakan)
2. Selanjutnya pihak PNRI akan melakukan verifikasi dan validasi data. Jika proposal permohonan hibahnya lolos tahap verifikasi maka akan diagendakan jadwal serah terima buku.
Jadi, syarat dan proses permohonan hibah buku dari PNRI tidaklah terlalu rumit. Namun diperlukan kesabaran dan doa agar proosal tersebut dapat lolos tahap verifikasi. Semoga artikel ini bermanfaat
0 comments:
Post a Comment