Tuesday, 26 April 2016

MENGURANGI KETERGANTUNGAN ANAK PADA TV



(Photo crdit to http://nazcigdem.deviantart.com/art/TV-addiction-188951403)







Jeng, anakku sekarang sulit sekali disuruh makan apalagi belajar. Dia betah berlama-lama menonton acara TV kesayangannya. Sampai-sampai dia lupa waktu”  keluh bu Rini. “ Iya bu, sekarang tayangan TV semakin beragam sehingga mempengaruhi jiwa anak-anak kita. Contohnya putraku dan adiknya suka sekali bermain gulat sampai bertengkar. Yach, semenjak mereka sama-sama menyukai tayangan Smack down” timpal Bu Andi. Itulah sekelumit percakapan ibu-ibu warga kompleks perumahan suatu ketika.  Kekhawatiran mereka cukup beralasan sebab pengaruh negative tayangan TV telah  merubah perilaku anak-anak mereka. Hal tersebut senada dengan pendapat psikolog Nanik setyawati, “ Anak menjadi kurang kooperatif, kurang peka terhadap orang lain, konsentrasi mendengarkan dan membaca menjadi kurang.” (Media Indonesia: 02/12/2006), menanggapi kebiasaan menonton TV pada anak yang berpengaruh pada perkembangan jiwa mereka. Sedangkan bagi anak berusia kurang dari  empat tahun, apabila terlalu banyak menonton TV maka akan mengakibatkan anak tersebut sulit membedakan dunia nyata dan fantasi , ungkap psikolog RSUP Tirtonegoro Klaten itu. Sudah sepantasnya kita sebagai orang tua melindungi anak dari pengaruh negative tayangan TV.
            Permasalahannya adalah: Bagaimanakah kita dapat mengurangi ketergantungan anak pada TV ?. Patut disadari bahwa sejak penciptaanya, TV memiliki daya magnet yang sangat besar sehingga mampu mempengaruhi pemirsanya untuk melakukan hal yang sama seperti adegan yang ditontonnya. Ada sebuah teori belajar social dari  A Bandura dan RH Wlaters (1963) mengungkapkan manusia belajar bukan saja dari pengalaman, melainkan dari peniruan, menguatkan bahwa belajar meniru lebih efektif menggunakan media TV. Kondisi tersebut mempunyai pengaruh kuat pada anak-anak sebab mereka memiliki  sensor diri yang lemah. Berdasarkan hal tersebut maka kita dapat merumuskan beberapa tindakan yang dapat mengurangi tingkat ketergantungan anak pada TV. Tindakan tersebut antara lain:
1.                  Buatlah jadwal bagi anak untuk menonton TV dan dampingi mereka:
            Menjamurnya stasiun TV dengan beragam acara hiburan yang semakin variatif ibarat racun bagi anak anda. Membiarkan mereka memilih sendiri tayangan TV dapat membuat anak anda menjadi kecanduan TV. Maka aturlah jadwal secara selektif berkenaan dengan waktu tayang, materi yang ditayangkan dan manfaat yang didapat dari tayangan tersebut.  Namun ada juga tayangan TV yang baik bagi perkembangan jiwa anak yakni: Acara BOLANG (Bocah Petualang) yang mengajarkan anak-anak tentang kepedulian terhadap lingkungan dan sesama. Waktu tayangnya pun tidak mengganggu aktivitas belajar anak.  Dampingilah mereka ketika menonton TV.  Sebab mereka selalu kritis terhadap hal-hal baru dan berusaha  mencari jawaban atas keingintahuan mereka. Ketika anda mendampingi mereka menonoton TV dan mereka menanyakan sesuatu maka anda dapt memberikan jawan yang tepat atas pertanyaan mereka.

2.                  Tanamkan minat baca sedini mungkin.
            Usia 3- 12 tahun adalah masa-masa ketika anak mempunyai rasa keingintahuan yang besar. Untuk memenuhi rasa keingintahuannya, mereka coba mengakses berbagai sumber informasi dan salah satunya ialah TV. Namun  TV memiliki tayangan beragam yang bertujuan meraup berbagai segmen pasar. Pada umumnya anak-anak menyerap informasi dari TV secara mentah sehingga berdampak buruk bagi perkembangan jiwa mereka. Salah satu cara memenuhi rasa keingin tahuan mereka adalah memperkenalkan buku. Jadikan buku sebagai sahabat anak anda sebab buku memuat informasi yang terfokus pada subjek tertentu. Dan buku yang bertema petualangan, dongeng, fabel merupakan subjek yang cocok untuk merangsang keingintahuan  sekaligus menumbuhkan minat  baca mereka.

3.                  Kenalkan anak pada lingkungan sekitarnya.
            Anak begitu betah menonton TV selama berjam-jam dapat disebabkan mereka kurang bersosialisasi dengan anggota keluarga lainnya, teman sebaya maupun lingkungan sekitar. Anak merasa terkucilkan oleh lingkungan sekitarnya sehingga akan membentuk pribadi yang individualistis dan egois jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama. Suatu waktu ajaklah anak anda sekedar bermain bola pada sore hari atau ajaklah ke kebun binatang untuk memperkenalkan mereka terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan bersosialisasi dilingkungan sekitarnya merupakan cara yang ampuh untuk menambah kegiatannya sekaligus mengalihkan perhatiaannya dari TV.



4.                  Kembangkan potensi diri anak melalui kegiatan yang positif.
            Apabila anak-anak anda suka menggambar karakter-karakter film kartun yang disukainya, atau dia suka bernyanyi layaknya artis kenamaan  bahkan suka bergaya bak peragawati. Nah kesemuanya itu merupakan potensi dari anak anda. Dan andapun tinggal memolesnya dengan memasukkan anak anda kedalam sanggar lukis, atau asah kemampuan vokalnya dengan mengikutkannya pada bina vokalia. Apbila ada lomba peragaan busana maka anda tak salah untuk mengikutkannya. Dengan kesibukan barunya,  perhatian anak sedikit-demi sedikit terhadap TV akan berkurang dan mereka akan lebih antusias dengan kesibukan dan teman baru di sanggar lukis maupun di bina vokalia.

            Keempat tips tadi hanyalah sebagian kecil dari usaha yang dapat dilakukan orang tua untuk mengurangi ketergantungan anak pada TV.  Kunci keberhasilan dari usaha itu adalah kenalilah potensi dan karakter anak lalu kembangkan metode yang interaktif dan kreatif yang mampu menarik perhatian anak untuk mengikutinya. Dan tak kalah pentingnya adalah sikap pantang menyerah dari orang tua untuk terus mencoba. Akhirnya, selamat mencoba dan berkreasi. Sekian   

0 comments: