Penelitian
bermula ketika muncul pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana sebuah
permasalahan terjadi. Kegiatan penelitian mencakup pengamatan, pengkajian
maupun pengujian terhadap suatu objek penelitian. Dan para peneliti membutuhan
landasan teori untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan merujuk pada
berbagai sumber informasi. Peneliti dituntut lebih proaktif dalam melakukan
rujukan pada sumber litelatur. Hal tersebut dipengaruhi oleh aspek paro hidup
sebuah bidang ilmu. Paro hidup menunjukkan kecepatan pertumbuhan litelatur
sehingga semakin muda paro hidup sebuah bidang ilmu maka semakin cepat
perkembangan bidang ilmu tersebut. Sebagai contoh ialah paro hidup ilmu
biomedis hanyalah 3.0 tahun sedangkan geografis 16.0 tahun, berarti bahwa
pertumbuhan litelatur ilmu Biomedis jauh lebih cepat daripada litelatur bidang Geografis (Sulistyo-Basuki: 2004).
Sehingga terjadi kecenderungan pada peneliti untuk merujuk pada majalah ilmiah
yang memuat infomasi yang aktual.
Perkembangan
jurnal cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Ilmuwan Derek Prince mencatat
bahwa pada tahun 1950 jurnal yang terbit sebanyak 100.000 judul dan meningkat
menjadi 1000.000 judul pada tahun 2000. Hal tersebut menunjukkan bahwa jurnal
merupakan media publikasi yang efektif bagi para peneliti dan stake holdernya
sehingga permintaannya terus bertambah. Namun terjadi ketimpangan antara
peneliti dari negara maju dan negara
berkembang dalam memberikan kontribusi karya intelektualnya pada jurnal-jurnal
internasional. Ditilik dari produktivitasnya, peneliti Amerika Serikat
menempati urutan pertama dalam menulis artikel ilmiah pada jurnal internasional
dengan prosentase 30,817 %. Sedangkan produktivitas peneliti di Singapura,
Malaysia dan Indonesia masing-masing 0,17 %; 0,062% dan 0,012% (Gibbs; 1995).
Rendahnya produktivitas peneliti, khususnya di Indonesia dipengaruhi oleh:
keterbatasan akses informasi karena faktor geografis dan tingginya biaya
operasional berlangganan jurnal yang berdampak pada minimnya jumlah jurnal
ilmiah yang dilanggan.
Namun
kendala tersebut coba diatasi oleh sejumlah pengelola jurnal ilmiah
internasional dengan mengeluarkan jurnal ilmiah versi elektronik atau lebih
dikenal dengan istilah e-jurnal. Makalah ini akan mengupas lebih jauh tentang
apa itu e-jurnal, metode pemanfaatannya dan hambatan serta tantangan
pemanfaatan e-jurnal bagi penelitian. Diharapkan para peneliti maupun pekerja
informasi mendapatkan wawasan tentang e-jurnal.
Definisi dari e- jurnal
E-jurnal
masih dipersepsikan secara beragam. Sebab, e-jurnal merupakan sesuatu yang
relatif baru di Indonesia. Agar terdapat pemahaman bersama maka Prita Wulandari
dari perpustakaan Nasional memberikan pengertian e-jurnal sebagai berikut: ” E-jurnal merupakan data-data atau informasi
yang tampilannya dibuat seperti buku kemudian direkam secara elektronik agar
dapat dijalankan di komputer”. E jurnal didesiminasikan dalam format CD Rom
dan format file.doc maupun .pdf. Sehingga pengguna dapat memanfaatkannya dengan
program yang kompatibel dengan format tersebut. Selain itu, e-jurnal dapat
diakses pengguna melalui internet. Tercatat lembaga seperti DIALOG, WILSON dan
Silverplatter merupakan penyedia jasa e-jurnal diinternet. Perangkat keras yang
diperlukan untuk menjalankan proram tersebut adalah seperangkat komputer yang
dilengkapi CD Reader, modem dan alat komunikasi yang menghubungkan antara
komputer dengan internet.
Perbandingan antara jurnal konvensional dan e-jurnal.
Sebagai
varian baru, e-jurnal masih berada dibawah bayang-bayang dari jurnal
konvensional. Sebab masih banyak peneliti yang belum menggunakannya karena
masih awam. Padahal e-jurnal memiliki kelebihan jika dibandingkan jurnal versi
konvensional. Hasil perbandingan keduanya
dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Sumber: Arif Rifai Dwiyanto; 2006
Metode mengakses e- jurnal.
Cara
mengakses e-journal relatif mudah dilakukan sebab penggunaannya tidak
memerlukan kompetensi tehnis tertentu. Ada dua metode
dalam mengakses e-jurnal yakni:
1. Secara online dari Internet dengan jalan menggunakan mesin pencari
( Google
atau Yahoo). Apabila kita belum mengetahui alamat jurnal akan kita tuju maka
masukkanlah kata kunci yang relevan dengan nama e-jurnal yang kita tuju. Namun
alangkah baiknya jika kita memiliki direktori e-jurnal. Semisal kita ingin
mengakses jurnal yang beralamat: www.tfljournal.org maka
masukkan nama tersebut pada kolom yang tersedia pada mesin pencari lalu klik
Ok. Maka akan tampil homepage dari e-jurnal tersebut seperti bawah ini
(Gambar 1.
Tampilan homepage e-jurnal)
Atau, Informasi ilmiah
lainnya dapat diakses secara on line
melalui sebuah forum yang terpusat pada suatu topik tertentu yang memungkinkan
para pengguna dapat mengirimkan pertanyaan, jawaban, berita baru, komentar atau
membaca kiriman dari anggota lainnya. Forum tersebut diistilahkan sebagai News
Group dan forum ini dapat diakses melalui news reader, yakni: suatu aplikasi
pada PC yang berinteraksi dengan server berita. News reader berjalan pada
jaringan penyedia akses yang kita gunakan. Server-server berita mengedarkan
pesan-pesan newsgroup diantara pengguna melalui e-mail internet dengan
mengunakan kepala surat khusus yang menandakan bahwa file-file tersebut adalah
artikel newsgroup. Nama newsgroup terdiri atas sederetan kata atau singkatan
yang dipisahkan oleh tanda titik. Kata pertama menunjukkan area subyek luas
dari newsgroup yang bersangkutan, setiap kata yang berada disebelah kanan
menunjukkan semakin spesifik topik yang bersangkutan. Semisal:
misc,forsale.computer.pc-spesific.system. Sedangkan topik topik news group yang
berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan antara lain:
Sci. Aeronautics
Sci.bio.ecology
Sci.agriculture
2. Metode
Sharing content beberapa jaringan kerjasama perpustakaan PULSE – Public
University Link System of East Java, Warintek – Kementerian Riset dan Teknologi
Indonesia, DLN – Indonesia Digital Library Network, APTIK-NetFPPTI. Penjabaran
dari metode sharing content adalah beberapa lembaga yang bergerak dalam bidang
penelitian saling menjalin hubungan bekerjasama berbagi informasi dan salah
satu dari lembaga-lembaga diatas bertindak sebagai moderator. Selanjutnya
kelompok tersebut atau diistilahkan sebagai cluster melanggan e-jurnal dan
moderator bertugas mengatur pendistribusiannya kepada anggota cluster. Metode
ini merupakan sistem tertutup.
Hambatan Pemanfaatan e-jurnal.
Kemudahan dalam mengakses e- jurnal dan berbagai
kelebihan yang dimilikinya, tidak serta merta menjadikan e-jurnal sebagai
sumber rujukan favorit bagi peneliti. Ada berbagai faktor yang menjadi kendala
dalam pemanfaatan e-jurnal bagi penelitian. Faktor-faktor tersebut
diidentifikasikan sebagai berikut:
- Keraguan peneliti untuk mencantumkan e-jurnal sebagai sumber rujukan bagi karya tulisnya. Hal tersebut terkait kultur dalam dunia penelitian yang menekankan aspek orisinalitas dan keilmiahan atas suatu karya ilmiah. Sedangkan e-jurnal terbagi atas 2 kategori yakni: a.) e-jurnal yang proses penerbitannya telah melalui beberapa tahapan (Peer to peer review) lazimnya jurnal konvensional. Jadi informasi e-jurnal tersebut dapat dipertanggungjawabkan atas penggunaan ciptanya. E-jurnal jenis ini menekankan aspek orisinalitas sekaligus keilmiahan b.) E-jurnal yang proses penerbitannya tidak selalu melalui peer to peer review yang diistilahkan sebagai Grey literature E-jurnal jenis ini pada mulanya merupakan publikasi yang terbatas penyebarannya dan salah satu penyebabnya adalah mahalnya biaya cetak. Saat ini dengan tersedianya media internet, biaya ‘cetak’ dan distribusi menjadi sangat murah. Murahnya biaya, membuat grey literature bertambah dengan sangat pesat. Grey literature merupakan salah satu sumber informasi yang penting, karena walaupun terkadang kurang mengikuti kaidah ilmiah (not scholarly), tetapi literatur tersebut diproduksi oleh peneliti, praktisi atau lembaga pada ahli bidangnya (Oktavian, Yuan: 2005). Pada umumnya, grey literature diproduksi lebih cepat, memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi, dan memiliki informasi lebih detail dibandingkan literatur lain. Kualitas grey literature salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam pengadaan, penyebarluasan dan penggunaan grey literature kepada pemakai. Salah satu kriteria satu publikasi berkualitas atau tidak adalah apakah publikasi ini melalui proses peer review atau tidak. Pada beberapa lembaga seperti World Bank, FAO, CIFOR dan Forest Trends, penerbitan grey literature biasanya sudah melalui proses peer review. Grey litelatur lebih menekankan pada aspek fleksibilitas dan aktualitas. Terkadang peneliti masih kesulitan membedakan antara kedua jenis e-jurnal ini. Sehingga peneliti tidak berani mengambil resiko dengan mencantumkan e-jurnal sebagai salah satu sumber rujukkannya.
- Penguasaan Teknologi Informasi. Standar pendidikan yang tinggi dan seleksi yang ketat terhadap profesi peneliti belum menjadi jaminan kemampuan para peneliti dalam mendayagunakan sumber-sumber informasi yang berbasis teknologi informasi. Sindrom Gagap teknologi sebagian besar menjangkiti peneliti yang beraliran konservatif. Artinya: yang mensakralkan sumber informasi konvensional (baca: buku teks) sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal tersebut bertolak belakang dengan realita saat ini yang mana telah terjadi daur informasi yang dinamis. Dan sumber informasi berbasis teknologi informasi memuat informasi update. Sehingga sindrom gaptek hendaknya sedikit demi sedikit mulai dikikis dengan cara belajar pengoperasian internet.
Penutup
Sebagai
sesuatu yang relatif baru di Indonesia, wajar saja e-jurnal memunculkan
beranggapan tanggapan dari ilmuwan kita. Namun apabila kita bandingkan dengan
jurnal konvensional maka masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Sehingga jalan tengahnya ialah dengan menempatkan
keduanya sejajar sesuia porsinya dan sebisa mungkin peneliti mengkombinasikan
keduanya. Sebab e-jurnal lebih menonjol disisi aktualita informasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
munculnya e-jurnal bukanlah sekedar fenomena saja melainkan sebagai sebuah
evolusi informasi ilmiah yang bersinergi dengan teknologi informasi.
Daftar Pustaka:
Dwiyanto,
Arif Rifai. Kontribusi
Jaringan Kerjasama Perpustakaan dalam Penyediaan dan Pendistribusian eBook
dan eJournal serta Pemanfaatannya . Seminar Pemanfaatan e-jurnal dan
e-book bagi penelitian. Bogor, 28 Juli 2006.
Oktavian, Yuan. Layanan Grey
literature di Perpustakaan CIFOR.
Seminar Pemanfaatan e-jurnal dan e-book bagi penelitian. Bogor, 28 Juli 2006
Wulandari,
Prita. pengenalan e-book dan e-journal.
Seminar Pemanfaatan e-jurnal dan e-book bagi penelitian. Bogor, 28 Juli 2006.
0 comments:
Post a Comment