Monday, 30 March 2020

Pemanfaatan Semantik Web Pada Perpustakaan : Isu Interoperabilitas Dan Solusinya


Perkembangan teknologi informasi berubah secara pesat dalam kurun lima dasawarsa terakhir. Teknologi Pra-web dikembangkan sebagai alternatif metode berkomunikasi pada tahun 1960 dan teknologi tersebut terus dikembangkan menjadi teknologi web 1.0. Namun website 1.0 tersebut kurang populer bagi netizen karena fitur-fiturnya tidak interaktif. Pada era 90-an, konsep pengembangan website mempertimbangkan aspek interaktivitas sehingga teknologi web 2.0 mendorong para netizen berperan aktif dalam berbagai proyek kolaboratif. Selanjutnya, teknologi web 2.0 terus berkembang dan teknologi website saat ini mencapai versi 3.0 atau lebih dikenal dengan istilah semantik web (Miller 2014, hal.388).
Teknologi semantik web mengadopsi  model hubungan antar entitas, yakni: semantik mampu menghubungkan berbagai entitas datum yang saling memiliki keterkaitan. Ilustrasinya sebagai berikut: sebuah perpustakaan membagikan informasi dalam format text/gambar/video melalui website berbasis semantik. Selanjutnya, netizen atau pemustaka yang berafiliasi ke perpustakaan tersebut dapat menambahkan metadata berupa tag pada yang diunggah oleh perpustakaan tersebut. Mesin pencari (search engine) berbasis semantik akan mendeteksi dan mencocokkan tag tersebut dengan kata kunci pencarian sehingga tingkat keakurasian selama proses temu balik informasi berbasis semantik akan meningkat.
Meskipun teknologi semantik web memberikan berbagai manfaat bagi perpustakaan dan para netizen. Namun terdapat aspek teknis berpotensi menghambat penggunaan teknologi semantik web pada layanan perpustakaan. Makalai ini bertujuan membahas keunggulan semantik web dan tantangannya. Makalah ini turut merekomendasikan solusi bagi tantangan tersebut.

Keunggulan Teknologi Semantik Web
Model hubungan antar entitas pada semantik web meningkatkan keakurasian proses temu balik informasi. Hart, Hogan, Umbrich dan Decker (2008, hal. 2) menyatakan bahwa model dokumen sentris (document-centric) pada web tradisional hanya mampu mencocokkan antara frasa yang identik pada sebuah dokumen dengan kata kunci pada mesin pencarian. Sebaliknya, model hubungan entitas (entity-centric) pada semantik web memiliki interkonekvitas dengan berbagai entitas varian informasi, seperti: orang, tempat dan berita. Model tersebut tidak hanya mencocokkan frasa pencarian yang identik dalam sebuah dokumen tetapi mengalisis keterkaitan hubungan antara frasa tersebut dengan informasi lain yang terkait. Proses temu-balik informasi berbasis semantik akan menghasilkan informasi yang akurat dan efektif. Semakin jelas bahwa model hubungan entitas merupakan basis pencarian informasi secara cerdas karena model tersebut menganalisis informasi yang relevan dengan kata kunci pencarian.
Peningkatan aspek keamanan merupakan kelebihan lain dari semantik web. Menurut Berners-Lee, Hendler dan Lassila (2001, hal.  31), semantik web menyediakan fitur tanda tangan digital (digital signature) dalam perangkat lunak agen. Fitur ini akan mengenkripsi blok data yang tidak dilengkapi dengan sumber yang terpercaya tertentu. Fitur ini akan memungkinkan pengguna untuk memverifikasi data sebelum mereka mengakses informasi dari isi web lain. Hasilnya, fitur keamanan pada semantik web akan melindungi netizen dari situs-situs yang tidak dipercaya.

Tantangan Penggunaan Teknologi Semantik Web.
Pemanfataan semantik web akan menghadapi beberapa tantangan. Menurut Benjamin, Contreras, Chorcho dan Gomez-Perez (2002, hal 5-10), tantangan semantik web akan mencakup berbagai bidang, seperti: ketersediaan konten web semantik, pengembangan ontologi, skalabilitas, multilinguality, visualisasi dan stabilitas bahasa web semantik. Tantangan-tantangan tersebut akan menghambat penggunaan semantik web.
Namun salah satu isu yang menonjol adalah interoperabilitas metadata pada semantik web. Prosedur kerja teknologi semantik melibatkan dua elemen penting, yakni: struktur onkologi dan bahasa program eXtensive Markup Language (XML). Struktur ontologi berfungsi sebagai alat pemandu bagi mesin pencari untuk mengambil informasi secara akurat dan XML merupakan alat pengunduh metadata. Walaupun XML mampu bekerja pada multiplatform dan mampu menggambarkan objek menggunakan tag. Namun kelemahan XML adalah ketidakmampuan untuk menemukan hubungan antara entitas. RDF Schema mengatasi kelemahan ini dengan menggunakan bahasa ontologi (Bygstad, Ghinea, & Klæboe 2009, hal 974-975). Meskipun semantik web memiliki kemampuan untuk terhubung data dengan menggunakan skrip bahasa XML, metadata pada semantik web memiliki format yang bervariasi. Selain itu, model eksklusif menciptakan kesulitan untuk bertukar data. Akibatnya, model yang eksklusif akan menghambat proses interoperabilitas pada semantik web (Stan dan Maret 2012, hal.6),

Solusi bagi Interoperabilitas Semantic Web
Tantangan interoperabilitas dapat diselesaikan dengan memperluas metadata namespace Resource Description Framework (RDF). Metadata dapat ditambahkan ke dalam HTML 5, XHTML dan isi XML dengan menggunakan atribut RDF sehingga RDF dapat menghubungkan berbagai jenis metadata (Miller 2014, hal.298)..

SIMPULAN
Salah satu perubahan signifikan pada teknologi website adalah perubahan platform website yang bersifat HTML statis ke HTML dinamis. Perubahan platform tersebut meningkatkan keakuratan hasil pencarian informasi karena website semantik menggunakan model hubungan entitas dengan bahasa program XML. Keunggulan model adalah peningkatan keakurasian pencarian informasi dan peningkatan keamanan data.  Walaupun semantik web memiliki beberapa keunggulan, tetapi teknologi tersebut menghadapi tantantangan berupa interoperabilitas. Adapun solusi interoperabilitas adalah memperluas ruang nama metadata pada RDF dan RDF akan menghubungkan berbagai format metadata sehingga teknologi semantik dapat bertukar data lintas platform.

DAFTAR PUSTAKA
Benjamins, R. and Contreras, Jesús and Corcho, Oscar and Gómez-Pérez, A 2002,”The six challenges of the Semantik Web”. In Horrocks & Hendler (ed.), Refered proceedings of the First International Semantik Web Conference, ISWC2002, Springer Verlag, pp. 1-15.

Berners-Lee, T, Hendler, J and Lassila, O 2001,"The semantik web." Scientific American Magazine. vol. 284 no. 5 pp.28-37.

Bygstad, B, Ghinea, G & Klæboe, G 2009, “'Organisational challenges of the semantik web in digital libraries: a Norwegian case study”', Online Information Review, vol. 33, no. 5, pp. 973-985.

Harth, A, Hogan, A, Umbrich, J, Decker, S & Ireland, SF 2008,”Building a Semantik Web Search Engine: Challenges and Solutions”, Refered proceedings of the 3rd XTech Conference, Science Foundation Ireland, pp. 1-14.

Miller, JB. 2014,”Chapter 12 XML Primer”. In the Library and Information Science Text Series: Internet Technologies and information services 2nd. Santa Barbara, Libraries Unlimited.

Miller, JB. 2014,”Chapter 16 Libraries and the internet: Learning from the past, exploring the future”. In the Library and Information Science Text Series: Internet Technologies and information services 2nd. Santa Barbara, Libraries Unlimited.

Stan, J and Maret, P 2012,”Semantik metadata management in web 2.0”. In  Akerkar, Dumitru & Burdescu (ed.), Refered proceeding of International Conference on Web Intelligence, Mining and Semantiks (WIMS), June 2012, Romania. Association for Computing Machinery, pp.1-6.

0 comments: