Perpustakaan memiliki dua fungsi
yang menonjol yakni: dokumentasi dan informasi. Perwujudan dari fungsi
dokumentasi perpustakaan adalah aktivitas pengumpulan, mengorganisasikan danpenyimpanan
sumber-sumber pengetahuan baik dalam media tercetak maupun non cetak.Pendokumentasian
berbagai sumber informasi tersebut bertujuan melestarikan pengetahuan sehingga
generasi sekarang masih dapat mengakses pengetahuan tersebut.Selanjutnya,
manifestasi fungi informasi adalahkegiatan penyebarluasan pengetahuan kepada
para pemustaka melalui promosi perpustakaan, penyebaran paket informs maupun
penyuluhan sehingga pengetahuan para pemustaka bertambah. Kedua fungsi tersebut
merupakanperwujudan perpustakaan sebagai organisasi pembelajaran seumur hidup (long lifelearning organization) dengan
cara menjaga kebersinambungan transfer pengetahuandari generasi ke generasi dalam masyarakat
informasi (information society).
Pada satu sisi, perkembangan
teknologi informasi mendorong terjadinya kompetisi yang ketat bagi para
penyedia jasa infomasi konvensional maupun modern.Dinamika tersebut menyeret
perpustakaan kedalam persaingan bisnis yang kompetitif.Beberapa competitor
global bagi perpustakaan adalah Google dan Wikipedia.Kedua penyedia jasa
informasi milik swasta tersebut berhasil merebut beberapa segmen pengguna jasa
informasi perpustakaan.Para pengguna Google dan Wikipedia mempertimbangkan
kecepatan waktu dan akurasi pencarian yang dimiliki oleh fitur kedua portal
tersebut.Tentunya perpustakaan perlu meningkatkan daya saingnya agar tetap
bertahan di tengah ketatnya persaingan penyedia informasi di era global seperti
saat ini.
Sedangkan pada sisi yang lain,
pustakawan selaku manajer dan navigator informasi terlihat mengalami kesulitan
beradaptasi dengan perubahan yang cepat tersebut. Bahkan proses transfer
pengetahuan antara pustakawan senior dengan koleganya pun seringkali sulit
dilaksanakan oleh beberapa sebab. Teridentifikasi dua jenis faktor penghambat
proses transfer pengetahuan:
1. Pertama,hambatan
eksternal berupa keterbatasan waktu dan fasilitas. Seringkala para pustakawan
yang bekerja diinstansi pemerintahan mengeluh tidak memiliki waktu yang cukup
untuk mengembangkan pengetahuannya karena pustakawan tersebut terjebak dalam
rutinitas administratif. Keterbatasan waktu tersebutmenghambat pustakawan untuk
belajar hal baru ataupun memperoleh pengalaman dari kegiatan kepustakawanan
lainnya. Selanjutnya,keterbatasan fasilitas berupa terbatasnya akses internet atau
terbatasnya jumlah komputer atau sarana kerja lainnya turut menghambat pustakawan
mengakses pengetahuan lainnya.
2.
Kedua, faktor internal yang menghambat pustakawan adalah keengganan
pustakawan untuk berbagi pengetahuan dengan koleganya. Dampaknya adalah terjadi
kesenjangan informasi antara pustakawan senior denganpustakawan juniornya. Pendapat
ahli dibidang manajemen pengetahuan (knowledge
management) menguatkan hal tersebut. Dhanavandan, S & Uma, V (2014) mengidentifikasi
tiga hambatan dalam pengelolaan pengetahuan yang meliputi: subjektivitas
pengetahuan tacit, keusangan sumber informasidan keengganan staf ahli yang
berpengalaman (expert staffs)
melakukan transfer pengetahuan (knowledge
sharing). Keenggan tersebut didasari oleh kekhawatiran terancamnya posisi para
pustakawan senior jika mereka membagikan pengetahuannya kepada kolega juniornya.
Baik
hambatan eksternal dan internal lambatnya proses transfer pengetahuan antar
para pustakawan dan mereka kesulitan beradaptasi dengan perubahan teknologi
informasi yang berkembang secara dinamis.
Mencermati fenomena ketatnya
persaingan antar penyedia jasa informasi, berkembangnya teknologi dan lambatnya
pustakawan beradaptasi dengan perubahan maka perlu dikaji tentang pentingnya
memanfaatkan teknologi sebagai sarana mendorongberkembangnya budaya berbagi
pengetahuan (knowledge sharing) antar
pustakawan sehingga pustakawan dapat adaptif terhadap perubahan dan
perpustakaan dapat menigkatkan daya saing layanannya dengan indikator kecepatan
waktu dan akurasi layanansehingga perpustakaan mampu bertransformasi sebagai
organisasi pembelajar.
Penulisan makalah ini bertujuan membahas konsep transfer pengetahuan, pentingnya
transfer pengetahuan, tahapan dalam pembudayaan transfer pengetahuan dan
mendeskripsikan pemanfaatan teknologi What App Group sebagai saranaberbagi
pengetahuanantar pustakawan di perpustakaan RI Ardi Koesoema, Sekretariat Badan
Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Memahami Istilah
Pengetahuan, Jenis dan Proses Transfernya
Istilah
pengetahuan telah dikenal luas oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat
memahami istilah tersebut sebagai kemampuan panca indera mengenali sesuatu hal
yang baru.Namun beberapa ahli mendefinisikan pengetahuan sebagai kemampuan manusia
memberikan nilai tambah terhadap informasi yang terinteranalisasi dalam dirinya.
MenurutNonaka (1994) dan Huber (1999) dalam (Alavi & .Leidner, 1999), pengetahuan merupakan
proses internalisasi dan penambahan nilai (add
value) unsur kedalam diri guna meningkatkan kemampuan diri untuk melakukan
tindakan secara efektif.
Pengetahuan
dibedakan menjadi dua jenis, yakni: pengetahuan berwujud (eksplisit) dan pengetahuan tak berwujud (tacit).Perbedaan kedua jenis pengetahuan tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
- Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang kasat mata. Pengetahuan tersebut dapat ditangkap panca indera manusia (indera penglihatan, pendengaran maupun indera peraba). Pengetahuan eksplisit merupakan kemampuan manusia memperoleh informasi dari sumber lain, selanjutnya informasi tersebut diolah kembali dengan mengkombinasikannya dengan pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh orang tersebut. Setelah itu, pengetahuan baru tersebut disimpan dan disebarluaskan melalui media cetak(buku, buletin, jurnal) dan media elektronik(CD, kaset, video)
- Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan tak kasat mata.Pengetahuan tersebut tersimpan didalam pikiran (otak) manusia. Pengetahuan tacit tersebut diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, penugasan dalam periode waktu yang lama. Kombinasi ketiga aspek tersebut menghasilkan pengetahuan tacit. Setiap manusia memiliki pengetahuan tacit yang berbeda-beda sesuai kemampuan daya analisis otak untuk menyerap dan manganalisis informasi baru. Pada umumnya, proses ekstraksi pengetahuan tacit sulit dilakukan karena sifatnya yang laten. Faktor yang menentukan dalam penyebarluasan pengetahuan taict adalah adanya kemauan pemilik pengetahuan tacit untuk membagikan pengetahuannyakepada orang lain secara sukarela.
Perbedaan
jenis pengetahuan dibedakan berdasarkan jenis media pembawanya dan metode
ekstraksi pengetahuan tersebut.Pngetahuan eksplisit berkembang dinamis
disebabkan oleh aksestabilitas media penyimpanan dan distribusi serta proaktifnya
para aktor pemilik pengetahuan.Sedangkan, pengetahuan tacit berkembang lambat
disebabkan oleh sulitnya mengakses media penyimpanannya dan resistensi pemilik
pengetahuan tacit untuk membagikan keilmuannya kepada orang lain.
Proses
transfer pengetahuan memiliki kesamaan denganmodel komunikasi antar pribadi.
Pada prosesnya, transfer pengetahuanmelibatkan beberapa entitas, meliputi:
pengirim (sender)-pesan (messages) -media (transmittor) -penerima (receiver).
Entitas tersebut dijelaskan sebagai berikut:
- Pengirim merupakan aktor yang memiliki informasi dan aktor tersebut membagikan pengetahuannya kepada aktor lainnya.
- Pesan merupakan idea/gagasan yang dipertukarkan dalam bentuk simbol tertentu
- Media merupakan sarana pembawa pesan yang memiliki format tercetak dan elektronik.
- Penerima merupakan aktor yang memperoleh informasi dan kemanfaatan dari informasi tersebut. Penerima dapat memberikan umpan balik ke pengirim pesan.
Apabila interaksi antara pengirim dan penerima
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan maka proses tersebut berubah
menjadi kebiasaan komunikasi. Selanjutnya budaya berbagi pengetahuan dimaknai
sebagi interaksi antar para aktor komunikasi yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan dengan tujuan menambah wawasan/pengetahuan.
Pentingnya Berbagi Pengetahuan
Seberapa
pentingkah berbagi pengetahuan (knowledge
sharing) bagi pustakawan dan perpustakaan?Penjelasan dibawah ini akan
menjawab pertanyaan tersebut.
- Berbagi pengetahuan akan meningkatkan daya saing perpustakaan melalui efisiensi pengembangan sumberdaya manusia. Semisal, sebuah perpustakaan memiliki seorang atau beberapa pustakawan yang memiliki keahlian khusus. Perpustakaan tersebut dapat mendayagunakan sumbedaya berkualitas tersebut sebagai mentor bagi pustakawan lainnya dalam konteks pengembangan sumber daya manusia. Diharapkan berbagi pengetahuan melalui mekanisme mentorship akan meningkatkan kompetensi dan profesionalitas pustakawan lainnya dan dapat mengurangi biaya pengembangan sumberdaya manusia (memangkas biaya perjalanan mengikuti pendidikan, latihan, seminar maupun workshop).
- Berbagi pengetahuan akan meningkatkan nilai tambah pada suatu produk atau jasa layanan. Apabila terbuka dialog antar pustakawan maka mereka akan mudah memecahkan suatu masalah dengan cara membandingkan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan mengatasi masalah terkait.Semisal seorang pustakawan dibagian sirkulasi mengeluhkan minimnya jumlah peminjaman buku baru. Setelah para pustakawan berdiskusi menganalisa penyebab minimnya peminjam buku baru adalah kurang masifnya promosi buku kepada para pemustaka maka para pustakawan dapat bersinergi merumuskan strategi promosi dengan berinovasi menggunakan media sosial dan membentuk diskusi buku interaktif. Hal-hal tersebut merupakan wujud manfaat berbagi pengetahuan dalam berinovasi. Menurut Wang (2006) dalam Maryam et. all (2010), penerapan konsep Total Quality Management (TQM) pada perpustakaan, akan mendorong perubahan perilakuorganisasi untuk lebih inovatif guna meningkatkan performa organisasi. Perubahan tersebut dapat dicapai melalui benchmarking dan transfer pengetahuan. Diharapkan, praktek saling berbagi pengetahuan antar pustakawan mendorong para pustakawan tersebut untuk berinovasi guna meningkatkan mutu produk atau jasa layanan.
Kedua ulasan diatas memperkuat argumententang
pentingya berbagi pengetahuan bagi pustakawan dan perpustakaan.Berbagi
pengetahuan memberikan manfaat berupa tercapainya efisiensi dan efektitvitas organisasi
serta mendorong pustakawan menjadi lebih inovatif.
Pemanfaatan Teknologi Menunjang
Budaya Berbagi Pengetahuan
Pengembangan budaya berbagi pengetahuan antar
pustakawan perlu mempertimbangkan aspek filosofi dan teknis.Landasan filosofi
berbagi pengetahuan adalah fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Setiap
manusia tidak mampu hidup sendiri karena mereka membutuhkan bantuan oranglain
dalam kehidupannya. Manusia juga memperoleh pengetahuan baru dari manusia
lainnya.Sehingga manusia perlu berinteraksi, bersinergi dan berkolaborasi
dengan manusia lainnya guna menambah wawasan, pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan diri serta menambah pengalaman.Interaksi tersebut perlu dilakukan secara
intens, konsisten dan berkesinambungan serta perlu ada konsensus bersama agar
menjadi budaya baru yang positif. Selanjutnya landasan filosofi tersebut perlu mempertimbangkan
beberapa poin sebagai berikut:
- Membangun kesadaran kolektif antar anggota grup bahwa berbagi pengetahuan menjadi kebutuhan bersama antar anggota.
- Membangun kepercayaan setara (mutual thrust) antar anggota kelompok.
- Mengembangkan infrastruktur yang bersifat interaktif dan partisipatif guna mendorong para anggota untuk saling berbagi pengetahuan.
- Mengembangkan komunikasi empatik antar anggota guna mengikat emosi para anggota.
- Merumuskan konsensus terkait etika komunikasi.
- Memilih teknologi yang sederhana, efisien dan efektif.
Beranjak ke tahap operasional, teknologi
merupakan aspek krusial dalam menunjang pembudayaan berbagi
pengetahuan.Teknologi merupakan jembatan atas segala perbedaan baik yang
menyangkut perbedaan preferensi, geografis dan waktu.Menimbang poin-poin ketiga
dan kelima maka teknologi Whats App Grup (WAG) dapat dijadikan media
menjembatani para pustakawan berbagi pengetahuan.Perpustakaan RI Ardi Kusuma
yang merupakan instansi penyedia jasa informasi ilmiah dibidang kehutanan dan
intansi pembina pustakawan kehutanan telah mendayagunakan WAG sebagai forum
komunikasi antar pustakawan kehutanan yang bertugas di kantor pusat dan unit
pelaksana teknis seluruh Indonesia untuk membudayakan berbagi pengetahuan.
Whats App Grup Pustakawan Badan Litbang dan Inovasi (WAGPBLI) dibentuk sejak
Juli 2018 dan beranggotakan 25 orang pustakawan dari beragam jenjang jabatan,
Pendidikan, pelatihan, pengalaman dan penugasan. WAG tersebut merupakan tindak
lanjut dari konsolidasi pustakawan lingkup BLI yang salah satu outputnya adalah
perlu dibentuk forum komunikasi antar pustakawan yang bersifat partisipatif. Keberadaan WAGPBLI diharapkan mampu mendorong pustakawan
tersebut untuk senantiasa menambah pengetahuan dan berinovasi guna meningkatkan
performa perpustakaan RI Ardi Kusuma.
Pemilihan aplikasi WAG tersebut berdasarkan
sifatnya yang partisipatif, mudah digunakan dan gratis.Whats app merupakan
aplikasi pihak ketiga yang dapat diunduh secara gratis di playstore.Aplikasi
tersebut dapat digunakan pada hampir semua handphone berbasis android.Aplikasi
Whats App memiliki fitur-fitur yang komplet. Pengguna aplikasi tersebut dapat
berkomunikasi suara melalui fitur telepon maupun berkomunikasi text melalui
fitur chat. Bahkan, para pengguna Whats App dapat melampirkan file berupa
dokumen, suara rekaman, gambar maupun video.
Selanjutnya adalah pemilihan konten, seluruh
anggota WAGPBLI bertindak sebagai administrator.Hal tersebut memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi pustakawan yang bertugas di daerah UPT daerah
dan pustakawan yang bertugas dipusat untuk saling berkomunikassi secara dua
arah.Tujuannya adalah memotivasi para pustakawan untuk berbagi pengalaman dan
pengetahuan seputar permasalahan dan solusi pengumpulan angka kredit
pustakawan, informasi terkait pengembangan diri pustakawan (seminar, workshop)
maupun membangun jejaring informasi terkait koleksi dan layanan informasi.Beberapa
scren shoot percakapan WAGPBLI dibawah ini cukup mewakili transfer pengetahuan
di lingkup perpustakaan RI Ardi Kusuma.
|
|
|
Walaupun proses transfer pengetahuan para
pustakawan di Perpustakaan RI Ardi Kusuma masih bersifat sederhana, namun telah
terlihat semangat berbagi pengetahuan antar pustakawan lingkup BLI. Isi percakapan
substantif seputar tema perpustaakaan dan kepustakawanan yang dikemas dalam
bahasa informal dalam WAGBLI cukup mencairkan suasana antar anggota grup.
Bahkan keberadaan WAGPBLI cukup bermanfaat bagi para anggotanya untuk mengatasi
kesenjangan informasi antara pustakawan yang betugas di kantor pusat dan
pustakawan yang bertugas di daerah. Mengingat selama ini, pustakawan di daerah
seringkali tertinggal informasi penting jika mengandalkan informasi melalui
surat pemberitahuan resmi disebabkan letak geografis.
Peningkatan Daya Saing Perpustakaan
Meningkatnya
pengetahuan yang dimiliki oleh para pustakawan akanturut meningkatkan kualitas
output kinerja pustakawan tersebut. Semisal: pustakawan yang sebelumnya
mengerjakan segala sesuatunya secara manualakan menyebabkan rendahnya
produktivitasnya. Pustakawan tersebut akan membutuhkan waktu relatif lama
sehingga pekerjaan pustakawan tersebut tidak efisien secara waktu.Padahal
kecepatan dan ketepatan merupakan aspek penting bagi organisasi untuk bertahan
di era kompetisi seperti saat ini.Suatu perpustakaan yang adaptif terhadap
perubahan akan memprioritskan pengembangan sumberdaya manusia sebagai aspek
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Membudayakan berbagi pengetahuan antar
pustakawan khususnya pengetahuan terkait teknologi akan menjadikan para
pustakawannya ‘melek teknologi’ sehingga pustakawan dapat memperbaiki
produktivitas kerja dan kualitas layanan perpustakaan.tersebut Peningkatan produktivitas
dan kualitas layanan berdampak pada peningkatan daya saing organisasi. Hasil sebuah
studi yang dilakukan oleh Hadagali, G,
Krishnamurthy, D, Pattar, M & Kumbar (2012) yang menyatakan bahwa ‘Pengelolaan
pengetahuan yang baik akan meningkatkan daya saing layanan perpustakaan’. Budaya
berbagi pengetahuan antar pustakawan bermuara pada peningkatan daya saing
organisasi perpusdokinfo ditengah ketatnya persaingan industri jasa penyedia
informasi seperti saat ini.
Penutup
Dinamika
perkembangan teknologi informasi mendorong perpustakaan bertransformasi menjadi
organisasi pembelajar (learning
organization).Perpustakaan perlu meningkatkandaya saingnya agar mampu
berkompetesi dengan penyedia jasa informasi global. Salah satu carapeningkatan
daya saing adalah pengembangan kualitas sumber daya manusianya, Berbagi
pengetahuan (knowledge sharing) perlu
dijadikan budaya organisasi perpustakaan sebab berbagi pengetahuan mampu
mengurangi kesenjangan informasi antara pustakawan yang memiliki keahlian
khusus (expert staff) dan koleganya. Namun
terdapat tiga hambatan dalam mengestrak pengetahuan tacit dari para pemilik pengetahuan, yakni: subjektivitas
pengetahuan tacit, keusangan informasi dan keengganan berbagi pengetahuan.
Perpustakaan
RI Ardi Kusuma Badan Litbang Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(BLI KLHK), selaku pembina pustakawan kehutanan bernisiatif menggunakan Whats
App Grup (WAG) sebagai media berbagi pengetahuan antar pustakawan kehutanan.Pemilih
aplikasi tersebut mempertimbangkan ketersediaan fitur yang interaktif,
efiseiensi dan efektivitas.Keberadaan WAGPLI berdampak positif bagi peningkatan
pengetahuan seputar jabatan kepustakawanan, informasi seminar/workshop bagi
pustakawan.Selain itu, para pustakawan kehutanan merasa nyaman bertukar pendapat
dan gagasan menggunakan WAGBLI.Diperlukan kesinambungan dalam merawat motivasi
para pustakawan tersebut dalam berbagi pengetahuan. Diharapkan bertambahnya pengetahuan
pustakawan kehutanan akan meningkatkan produktivitas dan kualitas layanan sehingga
daya saing perpustakaan RI Ardi Kusuma pun turut meningkat.
Saran
Perpustakaan lain dapat pula mengembangkan
tradisi berbagi pengetahuan antar pustakawannya dengan mempertimbangkan
beberapa point berikut antara lain:
- Membangun kesadaran kolektif antar anggota grup bahwa berbagi pengetahuan menjadi kebutuhan bersama antar anggota.
- Membangun kepercayaan setara (mutual thrust) antar anggota kelompok.
- Mengembangkan infrastruktur yang bersifat interaktif dan partisipatif guna mendorong para anggota untuk saling berbagi pengetahuan.
- Mengembangkan komunikasi empatik antar anggota guna mengikat emosi para anggota.
- Merumuskan konsensus terkait etika komunikasi.
- Memilih teknologi yang sederhana, efisien dan efektif.
- Whats App Grup dapat dijadikan alternative teknologi sebagai wadah berbagi pengetahuan dengan mempertimbangkan ketersediaan fitur-fiturnya yang interaktif.
Semoga uraian dalam makalah ini bermanfaat
dalam rangka pengembangan pengelolaan pengetahuan di perpustakaan. Sekian
Daftar Pustaka
Alavi, M., & .Leidner, D. E. 1999. Knowledge Management
Systems: Issues, Challenges, And Benefit. Communications of the Association
for Information Systems, pp. 1-37.
Dhanavandan, S &
Uma, V 2014, ‘Role of knowledge management
system in libraries on web environment: Issues and challenges’, e-Library Science Research
Journal, vol.2, no.11, pp.1-7.
Hadagali, G, Krishnamurthy, D, Pattar, M &Kumbar, D 2012, 'Knowledge management in
libraries: A new perspective for the library professionals in the competitive world', International
Journal of Information Dissemination and Technology, vol. 2, no. 1,
pp. 34.
Maryam
Sarrafzadeh Bill Martin Afsaneh Hazeri 2010, ‘Knowledge management and its
potential applicability for libraries”, Library management, vol 31 Iss 3 pp 198-212
0 comments:
Post a Comment