Monday, 30 March 2020

SMART (Spesific, Measurable, Achieveable, Reliable, Timely) Membaca



                Membaca merupakan kunci keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa mahasiswa yang meluangkan waktu secara teratur untuk membaca mempunyai wawasan yang lebih luas. Perkembangan ilmu pengetahuan bergerak secara dinamis. Pada dekade 90-an, kita menganggap jagung hanya sebagai tanaman penghasil karbohidrat dan bahan campuran makanan ternak saja. Namun berdasarkan hasil penelitian para ahli biokimia yang menyatakan bahwa jagung dapat diproses menjadi bio-etanol atau bahan energi alternatif. Temuan tersebut merangsang petani di Benua Amerika untuk mengganti komoditas pertanian mereka (berupa: kedelai) dengan tanaman jagung. Indonesia sebagai negara pengimpor kedelai,  tidak mengantisipasi hal tersebut. Sehingga memicu terjadinya krisis  kedelai di Indonesia. Alhasil harga tempe melonjak hampir 100%. Hikmah dari peristiwa tersebut adalah tanpa adanya usaha proaktif untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan maka tingkat intelektualitas civitas akademika akan semakin tertinggal. Hal yang kontradiktif dengan  metode pembelajaran pada perguruan tinggi telah didesain sedemikian rupa sehingga mahasiswa mampu secara mandiri mempelajari modul-modul pembelajaran baik yang bersumber dari diktat maupun sumber informasi lain.
Kenyataannya aspek pendidikan kita masih mengejar kuantitas saja. Indikasinya terlihat dari banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum terserap dunia kerja. Hal tersebut menunjukkan lemahnya penguasaan bidang keilmuan para lulusan dengan kualifikasi yang diinginkan dunia kerja. Penyebab lemahnya penguasaan bidang keilmuan para alumnus perguruan tinggi jika ditelusuri akan bermuara pada pola belajar mereka selama kuliah. Tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah SKS ( sistem kebut semalam) menjelang ujian semester. Dan tujuan dari sistem tersebut bukannya pemahaman tetapi sebatas mencapai standar nilai kelulusan. Idealnya, untuk menumbuhkan pemahaman terhadap suatu bidang tertentu memerlukan proses yang panjang. Kita harus senantiasa melatih memori otak kita untuk  mencari, menyimpan dan menyampaikan kembali suatu informasi secara berulang-ulang. Kondisi tersebut bisa dicapai dengan membiasakan diri kita untuk membaca segala hal dan dari berbagai sumber informasi.
Membaca bukanlah prioritas utama bagi sebagian besar mahasiswa. Penyebab rendahnya minat baca mahasiswa terjadi atas berbagai faktor. Alasan klasik bagi sebagian besar mahasiswa untuk tidak membaca buku  secara teratur adalah ketiadaaan bahan bacaan. Dengan biaya hidup yang pas-pasan mereka enggan menyisihkan kiriman dari orang tua mereka untuk membeli buku. Ironisnya, mereka mampu menyisihkan uang Rp.20.000,- per-bulan untuk sekedar membeli pulsa.  Selain itu, Isi buku-buku yang beredar saat ini kurang mampu membangkitkan rasa keingin tahuan mahasiswa. Gaya penulisan yang monoton serta maraknya edisi cetak ulang tanpa disertai pembaharuan informasi menjadikan buku tidak enak dibaca.  Hal tersebut menjadikan membaca sebagai aktivitas yang membosankan.
Kondisi itu akan berbalik arah ketika para mahasiswa menginjak semester akhir untuk persiapan skripsi. Mereka pun berbondong-bondong meyibukkan diri dengan tumpukan buku. Fenomena tersebut sejalan dengan teori Dawson dan Bamman (1960: 133-147) yang mengatakan bahwa : “Seseorang  dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya “. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dicarikan solusi atas rendahnya minat baca khususnya bagi mahasiswa. Persepsi dibenak mahasiswa bahwa membaca merupakan aktivitas yang membosankan dapat dikikis jika kita menggunakan pendekatan yang tepat.

Membaca dan Manfaatnya ?
Membaca merupakan proses kognitif. Wikipedia menjabarkan membaca sebagai proses komunikasi tak langsung untuk menyampaikan informasi dan ide dengan menerjemahkan simbol-simbol tertentu. Simbol – simbol tersebut dirubah dari bentuk tercetak menggunakan morfem, sematik dan sintaksis menjadi sebuah bahasa lisan. Membaca merupakan metode yang efektif untuk mengakses informasi secara akurat. Sebab informasi lisan berpotensi bias jika rantai penyampaiannya begitu panjang sehingga tidak mudah menelusuri sumber informasinya. Sedangkan informasi tercetak pada umumnya berasal dari sumber primer sehingga informasinya akurat. Manfaat lainnya adalah melatih kepekaan otak. Memori otak manusia membutuhkan rangsangan repetisi (pengulangan) untuk menyimpan atau menemu balik sebuah informasi. Pemahaman akan muncul jika kita membaca secara berulang-ulang. Otak diibaratkan pisau yang semakin tajam jika diasah dan  begitupun sebaliknya. Dan bahan bacaan berupa: feature, novel, cerita pendek dapat melatih kepekaan otak. Pada saat kita membaca feature, novel atau cerita pendek maka otak kita mencoba mengimajinasikan  alur cerita dari bahan bacaan tersebut.

Tipologi Membaca.
Membaca merupakan keterampilan yang dibedakan atas beberapa jenjang. Penjenjangan tersebut berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Kemampuan tersebut dibedakan menjadi 3 type membaca, yakni:

1. Membaca dasar merupakan kemampuan mengeja kata dan merangkaikanya menjadi sebuah kalimat yang bermakna. Kemampuan ini diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Indikator penguasaannya terlihat pada kelancaran membaca serta kemampuan membaca dalam hati (subvocalized).
2. Membaca inspeksional merupakan kemampuan membaca secara sekilas dan sistematis diselingi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui isi dari bacaan tersebut. Pada tahap ini kita belajar membuat catatan kaki yang akan membantu kita dalam memperdalam isi bacaan. Kecepatan membaca pada tingkat ini  bergantung pada kebutuhan serta bahan bacaan yang dihadapi. Sebagai ilustrasi, kecepatan membaca inspeksional berkisar pada 1000 kpm. Kecepatan tersebut menyesuaikan dengan tujuan membaca, yaitu: mengenal bahan yang akan dibaca, mencari jawaban atas pertanyaan tertentu dan mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari bacaan. Strategi yang lazim digunakan pada tipe ini adalah melalui tehnik skimming dan scanning. Maksudnya, kita tidak perlu membaca keseluruhan bahan bacaan untuk mengetahui isi bacaan tersebut. Namun kita dapat mengidentifikasi isi bacaan dengan melihat bagian bagian seperti: daftar isi, prakata, kata-kata kunci serta daftar pustaka. 
3.  Membaca analitis merupakan kemampuan mencerna bacaan sehingga mampu menyarikan serta memaparkan kembali maupun mengkritisi bacaan. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan memahami isi bacaan, menguji sumber penulisan serta berusaha berinteraksi (secara imajiner) dengan penulis. Selanjutnya kita dapat memutuskan apakah kita menerima ataupun sebaliknya menolak ide penulis dalam bahan bacaan tersebut. Kemampuan membaca analisis sudah sepantasnya dimiliki oleh mahasiswa. Karena sistem pendidikan tinggi menuntut para mahasiswa berpikir kritis. Dengan cara mencurahkan pikiran serta mengambil sikap terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.

SMART ( Specific, Measurable, Achieveable, Relibale, Timely) Membaca
SMART merupakan konsep manajemen yang diadopsi dan diadaptasikan menyesuaikan dengan kebutuhan membaca. Konsep ini terdiri atas 5 buah langkah yang saling memiliki keterkaitan. Konsep SMART tersebut disesuaikan menjadi kiat-kiat membaca secara efektif dan efisien. Penjabarannya sebagai berikut:
1.       Spesific dengan cara memfokuskan tujuan.
Langkah pertama adalah memfokuskan tujuan membaca. Kita telah mengenal berbagai jenis tipologi membaca. Kesemuanya mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kita tinggal menyesuaikan kebutuhan kita dengan tipe membaca yang sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan di awal. Asumsikan diri kita adalah  seorang mahasiswa yang dituntut berpikiran kritis. Namun kita menyadari bahwa kita lemah dalam hal kemampuan berpikir analitis. Kita pun berkeinginan merubah hal tersebut. Berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut maka kelemahan itu dapat diatasi dengan berlatih membaca analisa. Selama proses up grading tersebut kita harus konsisten dengan tujuan awal tersebut. Fokus pada tujuan merupakan salah satu kunci keberhasilan. 
2.       Measurable dengan cara menetapkan target.
Berikutnya, kita menetapkan target. Sebuah program up grading membaca harus mempunyai target yang terukur. Hal ini bertujuan mengukur kemampuan kita untuk membaca dalam jangka waktu tertentu. Target harus terukur baik dari jumlah buku yang akan dibaca maupun alokasi waktu. Target tersebut seyogyanya tidak memberatkan kita. Mulailah dari yang terkecil dan termudah. Selanjutnya disiplinkan diri untuk berusaha mencapai target tersebut.


3.       Achieveable dengan cara membuat catatan harian.
Selama kita proses up grading membaca, bisa saja aktivitas tersebut terbentur dengan aktivitas lain sehingga menganggu kelancaran proses membaca. Seringkali kejadian yang muncul secara tiba-tiba dapat membuyarkan konsentrasi kita. Mengakibatkan kita lupa terhadap apa yang telah kita kerjakan. Memori manusia dapat  diantisipasi dengan membuat catatan-catatan kecil. Catatan tersebut memuat informasi tentang judul, pengarang dan nomor halaman dari buku yang telah dibaca hari itu. Dan catatan tersebut dapat diletakkan/ ditempel pada tempat yang mudah terjangkau.
4.       Reliable dengan cara membuat daftar buku bacaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang dinamis menuntut mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan akademiknya dengan menambah referensi. Walaupun mahasiswa telah mendapat silabus dalam mencari referensi tambahan. Namun mereka kesulitan dalam menemukan bahan bacaan yang relevan dengan bidang keilmuannya. Mahasiswa perlu menginventarisir kebutuhan mereka dan selanjutnya membuat daftar buku yang hendak dibaca. Materi dari daftar tersebut dapat bersumber dari dosen, teman kuliah maupun resensi pada surat kabar. Daftar ini memudahkan mahasiswa  menelusur buku yang topiknya sedang trend sekaligus membangkitkan antusiasme membaca.
5.       Timely  dengan cara membuat jadwal rutin untuk membaca.
Dalam sehari kita memiliki waktu 24 jam. Namun kegiatan porsi waktu terbesar dihabiskan untuk istirahat dan kegiatan tidak produktif lainnya. Sebaiknya kita menyusun jadwal yang mengakomodasi kebutuhan secara proporsional. Dan membaca kita masukkan sebagai kebutuhan. Kalaupun kita mengalami kesulitan mengatur jadwal membaca maka kita dapat membaca buku disela-sela kesibukan. Beberapa buku bacaan dapat diselipkan kedalam tas kuliah. Sehingga waktu yang kurang produktif, semisal: menunggu bis atau dalam perjalanan menuju tempat kuliah, dapat kita gunakan untuk membaca buku. Patut disadari bahwa meluangkan waktu untuk membaca akan sulit terlaksana jika kita tidak berkomitmen untuk rutin membaca pada setiap kesempatan
Metode membaca SMART harus tetap dijaga kontinuitasnya dengan cara membuat kelompok diskusi. Hal tersebut dilakukan agar tercipta sebuah interaksi yang menyenangkan. Kondisi tersebut mutlak tercipta karena membaca merupakan bentuk komunikasi searah antara buku dengan pembaca. Sifat monoton dapat menyebabkan kebosanan bagi pembaca untuk membaca. Kelompok tersebut dibentuk berdasarkan kesamaan  jurusan ataupun mata kuliah yang tengah ditempuh. Diskusi merupakan media interaktif bertukar informasi  untuk pengkayaan materi sekaligus penyegar ingatan kita. Agar kelompok diskusi dapat berjalan efektif maka perlu kesepakatan bersama tentang waktu, tempat, kajian terhadap topik tertentu pada tiap pertemuan serta penugasan kepada anggota untuk membuat resume dari buku yang tengah dikaji sebagai bahan diskusi. Dengan kelompok diskusi yang terpola maka membaca menjadi sebuah aktivitas yang menarik.  
Selain itu, kunjungan secara rutin ke perpustakaan perlu dilakukan guna menjaga stamina baca ditunjang ketersediaan bacaan yang memadai. Sebab faktor pendorong bagi setiap orang untuk membaca adalah keingintahuan. Dan JK rowling  dengan buku Harry Potter-nya berhasil merangsang rasa keingintahuan pembacanya. Keberhasilan tersebut tak lepas dari alur cerita yang kuat, strategi promosi yang jitu serta kejelian pemilihan tema cerita.  Kesemuanya diramu secara tepat sehingga mejadi daya tarik yang mampu membangkitkan keingintahuan pembacanya. Namun faktor tersebut akan tidak berarti apa-apa jika tidak ditunjang ketersediaan buku. Perpustakaan dengan koleksi ribuan buku laksana lautan ilmu akan memanjakan ‘rasa keingintahuan’ para pengunjungnya dalam menelusur informasi. Hal tersebut tak lepas dari fungsi perpustakaan sebagai lembaga dokumentasi dan informasi yang bertugas menyimpan, mengolah dan menyebarkan informasi. 

Penutup
Kemampuan membaca masyarakat di Indonesia rendah. Padahal membaca merupakan ukuran bagi  indeks pembangunan manusia pada suatu negara. Laporan UNDP  tahun 2003 dalam “Human Development Report 2003” menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Rendahnya minat baca tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain : tekanan ekonomi yang menyebabkan terbatasnya akses terhadap ketersediaan bahan bacaan; mengakarnya budaya tutur serta rendahnya ‘sensivitas’ terhadap hal-hal yang baru. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berdampak pada rendahnya daya saing sumberdaya manusia Indonesia dibandingkan negara lain pasca pemberlakuan AFTA.
Guna membentuk manusia unggul dan berdaya saing tinggi, maka kita harus mengadakan perubahan sikap dan perilaku budaya dari tidak suka membaca menjadi masyarakat membaca (reading society). Menurut Gleen Doman (1991 : 19) dalam Athaillah Baderi (2005) menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut mempelopori usaha ini. Namun kecenderungan yang terjadi dikalangan mahasiswa adalah mereka tergerak membaca  jika ada motif tertentu. Hal tersebut dikuatkan teori Dawson dan Bamman (1960: 133-147). Perlu sebuah terobosan dalam melatih dan membangkitkan minat baca para mahasiswa. Konsep SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Reliable dan Timely) merupakan strategi jitu membangkitkan minat baca mahasiswa. Kelima aspek tersebut cukup mengakomodir kebutuhan mereka serta menjadikannya sarana berlatih guna membiasakan diri membaca secara efektif. Sekian.

Daftar Pustaka
Baderi, Athaillah. Orasi ilmiah dan pengukuhan pustakawan utama : Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Suatu Kelembagaan Nasional Wacana  Ke Arah  Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat Membaca. Jakarta. Perpustakaan Nasional. 2005
Dawson, Mildred A. dan Henry A.Bamman. 1960. Fundamentals of Basic Reading Instruction. New York: Longmans, Green and Co.
http.// EzineArticles.com/?xpert=Kevin_Eikenberry ; tanggal 30 November 2007.
htttp.//jammie Little field pada charity guide.org. ; tanggal 3 Januari 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki; tanggal 6 F

0 comments: