Membaca merupakan kunci keberhasilan
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Sebuah studi di Amerika menunjukkan
bahwa mahasiswa yang meluangkan waktu secara teratur untuk membaca mempunyai
wawasan yang lebih luas. Perkembangan ilmu pengetahuan bergerak secara dinamis.
Pada dekade 90-an, kita menganggap jagung hanya sebagai tanaman penghasil
karbohidrat dan bahan campuran makanan ternak saja. Namun berdasarkan hasil
penelitian para ahli biokimia yang menyatakan bahwa jagung dapat diproses
menjadi bio-etanol atau bahan energi alternatif. Temuan tersebut merangsang
petani di Benua Amerika untuk mengganti komoditas pertanian mereka (berupa:
kedelai) dengan tanaman jagung. Indonesia sebagai negara pengimpor kedelai, tidak mengantisipasi hal tersebut. Sehingga
memicu terjadinya krisis kedelai di
Indonesia. Alhasil harga tempe melonjak hampir 100%. Hikmah dari peristiwa
tersebut adalah tanpa adanya usaha proaktif untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan maka tingkat intelektualitas civitas akademika akan semakin
tertinggal. Hal yang kontradiktif dengan
metode pembelajaran pada perguruan tinggi telah didesain sedemikian rupa
sehingga mahasiswa mampu secara mandiri mempelajari modul-modul pembelajaran
baik yang bersumber dari diktat maupun sumber informasi lain.
Kenyataannya
aspek pendidikan kita masih mengejar kuantitas saja. Indikasinya terlihat dari
banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum terserap dunia kerja. Hal
tersebut menunjukkan lemahnya penguasaan bidang keilmuan para lulusan dengan
kualifikasi yang diinginkan dunia kerja. Penyebab lemahnya penguasaan bidang
keilmuan para alumnus perguruan tinggi jika ditelusuri akan bermuara pada pola
belajar mereka selama kuliah. Tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah SKS
( sistem kebut semalam) menjelang
ujian semester. Dan tujuan dari sistem tersebut bukannya pemahaman tetapi
sebatas mencapai standar nilai kelulusan. Idealnya, untuk menumbuhkan pemahaman
terhadap suatu bidang tertentu memerlukan proses yang panjang. Kita harus
senantiasa melatih memori otak kita untuk
mencari, menyimpan dan menyampaikan kembali suatu informasi secara
berulang-ulang. Kondisi tersebut bisa dicapai dengan membiasakan diri kita
untuk membaca segala hal dan dari berbagai sumber informasi.
Membaca bukanlah prioritas utama
bagi sebagian besar mahasiswa. Penyebab rendahnya minat baca mahasiswa terjadi
atas berbagai faktor. Alasan klasik bagi sebagian besar mahasiswa untuk tidak
membaca buku secara teratur adalah
ketiadaaan bahan bacaan. Dengan biaya hidup yang pas-pasan mereka enggan
menyisihkan kiriman dari orang tua mereka untuk membeli buku. Ironisnya, mereka
mampu menyisihkan uang Rp.20.000,- per-bulan untuk sekedar membeli pulsa. Selain itu, Isi buku-buku yang beredar saat
ini kurang mampu membangkitkan rasa keingin tahuan mahasiswa. Gaya penulisan
yang monoton serta maraknya edisi cetak ulang tanpa disertai pembaharuan
informasi menjadikan buku tidak enak dibaca. Hal tersebut menjadikan membaca sebagai
aktivitas yang membosankan.
Kondisi itu akan
berbalik arah ketika para mahasiswa menginjak semester akhir untuk persiapan
skripsi. Mereka pun berbondong-bondong meyibukkan diri dengan tumpukan buku.
Fenomena tersebut sejalan dengan teori Dawson dan
Bamman (1960: 133-147) yang mengatakan bahwa : “Seseorang dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat
bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara
penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya “. Berdasarkan teori
tersebut maka dapat dicarikan solusi atas rendahnya minat baca khususnya bagi
mahasiswa. Persepsi dibenak mahasiswa bahwa membaca merupakan aktivitas yang
membosankan dapat dikikis jika kita menggunakan pendekatan yang tepat.
Membaca dan Manfaatnya
?
Membaca merupakan proses kognitif.
Wikipedia menjabarkan membaca sebagai proses komunikasi tak langsung untuk
menyampaikan informasi dan ide dengan menerjemahkan simbol-simbol tertentu.
Simbol – simbol tersebut dirubah dari bentuk tercetak menggunakan morfem,
sematik dan sintaksis menjadi sebuah bahasa lisan. Membaca merupakan metode
yang efektif untuk mengakses informasi secara akurat. Sebab informasi lisan
berpotensi bias jika rantai penyampaiannya begitu panjang sehingga tidak mudah
menelusuri sumber informasinya. Sedangkan informasi tercetak pada umumnya berasal dari sumber primer sehingga informasinya akurat.
Manfaat lainnya adalah melatih kepekaan otak. Memori otak manusia membutuhkan
rangsangan repetisi (pengulangan) untuk menyimpan atau menemu balik sebuah
informasi. Pemahaman akan muncul jika kita membaca secara berulang-ulang. Otak
diibaratkan pisau yang semakin tajam jika diasah dan begitupun sebaliknya. Dan bahan bacaan berupa:
feature, novel, cerita pendek dapat melatih kepekaan otak. Pada saat kita
membaca feature, novel atau cerita pendek maka otak kita mencoba
mengimajinasikan alur cerita dari bahan
bacaan tersebut.
Tipologi Membaca.
Membaca merupakan keterampilan yang dibedakan atas beberapa
jenjang. Penjenjangan tersebut berdasarkan kemampuan masing-masing individu.
Kemampuan tersebut dibedakan menjadi 3 type membaca, yakni:
1. Membaca
dasar merupakan kemampuan mengeja kata dan merangkaikanya menjadi sebuah
kalimat yang bermakna. Kemampuan ini diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah
dasar. Indikator penguasaannya terlihat pada kelancaran membaca serta kemampuan
membaca dalam hati (subvocalized).
2. Membaca
inspeksional merupakan kemampuan membaca secara sekilas dan sistematis
diselingi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui isi dari bacaan
tersebut. Pada tahap ini kita belajar membuat catatan kaki yang akan membantu
kita dalam memperdalam isi bacaan. Kecepatan membaca pada tingkat ini bergantung pada kebutuhan serta bahan bacaan
yang dihadapi. Sebagai ilustrasi, kecepatan membaca inspeksional berkisar pada
1000 kpm. Kecepatan tersebut menyesuaikan dengan tujuan membaca, yaitu:
mengenal bahan yang akan dibaca, mencari jawaban atas pertanyaan tertentu dan
mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari
bacaan. Strategi yang lazim digunakan pada tipe ini adalah melalui tehnik
skimming dan scanning. Maksudnya, kita tidak perlu membaca keseluruhan bahan
bacaan untuk mengetahui isi bacaan tersebut. Namun kita dapat mengidentifikasi
isi bacaan dengan melihat bagian bagian seperti: daftar isi, prakata, kata-kata
kunci serta daftar pustaka.
3. Membaca analitis merupakan kemampuan mencerna
bacaan sehingga mampu menyarikan serta memaparkan kembali maupun mengkritisi
bacaan. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan memahami isi bacaan,
menguji sumber penulisan serta berusaha berinteraksi (secara imajiner) dengan
penulis. Selanjutnya kita dapat memutuskan apakah kita menerima ataupun
sebaliknya menolak ide penulis dalam bahan bacaan tersebut. Kemampuan membaca
analisis sudah sepantasnya dimiliki oleh mahasiswa. Karena sistem pendidikan
tinggi menuntut para mahasiswa berpikir kritis. Dengan cara mencurahkan pikiran
serta mengambil sikap terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.
SMART ( Specific,
Measurable, Achieveable, Relibale, Timely) Membaca
SMART merupakan konsep manajemen yang diadopsi dan diadaptasikan menyesuaikan
dengan kebutuhan membaca. Konsep ini terdiri atas 5 buah langkah yang saling
memiliki keterkaitan. Konsep SMART tersebut disesuaikan menjadi kiat-kiat
membaca secara efektif dan efisien. Penjabarannya sebagai berikut:
1. Spesific dengan
cara memfokuskan tujuan.
Langkah pertama adalah
memfokuskan tujuan membaca. Kita telah mengenal berbagai jenis tipologi
membaca. Kesemuanya mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kita
tinggal menyesuaikan kebutuhan kita dengan tipe membaca yang sesuai dengan
tujuan yang telah kita tetapkan di awal. Asumsikan diri kita adalah seorang mahasiswa yang dituntut berpikiran
kritis. Namun kita menyadari bahwa kita lemah dalam hal kemampuan berpikir
analitis. Kita pun berkeinginan merubah hal tersebut. Berdasarkan identifikasi
kebutuhan tersebut maka kelemahan itu dapat diatasi dengan berlatih membaca
analisa. Selama proses up grading tersebut kita harus konsisten dengan
tujuan awal tersebut. Fokus pada tujuan merupakan salah satu kunci keberhasilan.
2. Measurable dengan cara
menetapkan target.
Berikutnya, kita menetapkan target. Sebuah program up grading
membaca harus mempunyai target yang terukur. Hal ini bertujuan mengukur
kemampuan kita untuk membaca dalam jangka waktu tertentu. Target harus terukur
baik dari jumlah buku yang akan dibaca maupun alokasi waktu. Target tersebut
seyogyanya tidak memberatkan kita. Mulailah dari yang terkecil dan termudah. Selanjutnya
disiplinkan diri untuk berusaha mencapai target tersebut.
3. Achieveable dengan cara
membuat catatan harian.
Selama kita proses up grading membaca, bisa saja aktivitas tersebut
terbentur dengan aktivitas lain sehingga menganggu kelancaran proses membaca.
Seringkali kejadian yang muncul secara tiba-tiba dapat membuyarkan konsentrasi
kita. Mengakibatkan kita lupa terhadap apa yang telah kita kerjakan. Memori
manusia dapat diantisipasi dengan
membuat catatan-catatan kecil. Catatan tersebut memuat informasi tentang judul,
pengarang dan nomor halaman dari buku yang telah dibaca hari itu. Dan catatan
tersebut dapat diletakkan/ ditempel pada tempat yang mudah terjangkau.
4. Reliable
dengan
cara membuat daftar buku bacaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
dinamis menuntut mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan akademiknya dengan menambah
referensi. Walaupun mahasiswa telah mendapat silabus dalam mencari referensi
tambahan. Namun mereka kesulitan dalam menemukan bahan bacaan yang relevan
dengan bidang keilmuannya. Mahasiswa perlu menginventarisir kebutuhan mereka
dan selanjutnya membuat daftar buku yang hendak dibaca. Materi dari daftar tersebut dapat bersumber dari dosen, teman kuliah maupun
resensi pada surat kabar. Daftar ini memudahkan mahasiswa menelusur buku yang topiknya sedang trend
sekaligus membangkitkan antusiasme membaca.
5. Timely dengan cara membuat jadwal rutin
untuk membaca.
Dalam sehari kita memiliki waktu 24
jam. Namun kegiatan porsi waktu terbesar dihabiskan untuk istirahat dan
kegiatan tidak produktif lainnya. Sebaiknya kita menyusun jadwal yang
mengakomodasi kebutuhan secara proporsional. Dan membaca kita masukkan sebagai
kebutuhan. Kalaupun kita mengalami kesulitan mengatur jadwal membaca maka kita
dapat membaca buku disela-sela kesibukan. Beberapa buku bacaan dapat diselipkan
kedalam tas kuliah. Sehingga waktu yang kurang produktif, semisal: menunggu bis
atau dalam perjalanan menuju tempat kuliah, dapat kita gunakan untuk membaca
buku. Patut disadari bahwa meluangkan waktu untuk membaca akan sulit terlaksana
jika kita tidak berkomitmen untuk rutin membaca pada setiap kesempatan
Metode membaca SMART harus tetap dijaga kontinuitasnya dengan cara membuat
kelompok diskusi. Hal tersebut dilakukan agar tercipta sebuah interaksi yang
menyenangkan. Kondisi tersebut mutlak tercipta karena membaca merupakan bentuk
komunikasi searah antara buku dengan pembaca. Sifat monoton dapat menyebabkan
kebosanan bagi pembaca untuk membaca. Kelompok tersebut dibentuk berdasarkan
kesamaan jurusan ataupun mata kuliah
yang tengah ditempuh. Diskusi merupakan media interaktif bertukar informasi untuk pengkayaan materi sekaligus penyegar
ingatan kita. Agar kelompok diskusi dapat berjalan efektif maka perlu
kesepakatan bersama tentang waktu, tempat, kajian terhadap topik tertentu pada
tiap pertemuan serta penugasan kepada anggota untuk membuat resume dari buku
yang tengah dikaji sebagai bahan diskusi. Dengan kelompok diskusi yang terpola maka
membaca menjadi sebuah aktivitas yang menarik.
Selain itu, kunjungan
secara rutin ke perpustakaan perlu dilakukan guna menjaga stamina baca
ditunjang ketersediaan bacaan yang memadai. Sebab faktor pendorong bagi setiap
orang untuk membaca adalah keingintahuan. Dan JK rowling dengan buku Harry Potter-nya berhasil
merangsang rasa keingintahuan pembacanya. Keberhasilan tersebut tak lepas dari
alur cerita yang kuat, strategi promosi yang jitu serta kejelian pemilihan tema
cerita. Kesemuanya diramu secara tepat
sehingga mejadi daya tarik yang mampu membangkitkan keingintahuan pembacanya.
Namun faktor tersebut akan tidak berarti apa-apa jika tidak ditunjang ketersediaan
buku. Perpustakaan dengan koleksi ribuan buku laksana lautan ilmu akan
memanjakan ‘rasa keingintahuan’ para pengunjungnya dalam menelusur informasi.
Hal tersebut tak lepas dari fungsi perpustakaan sebagai lembaga dokumentasi dan
informasi yang bertugas menyimpan, mengolah dan menyebarkan informasi.
Penutup
Kemampuan
membaca masyarakat di Indonesia rendah. Padahal membaca merupakan ukuran
bagi indeks pembangunan manusia pada
suatu negara. Laporan UNDP tahun 2003
dalam “Human Development Report 2003” menyebutkan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development
Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa “pembangunan
manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia
yang dievaluasi. Rendahnya minat baca tersebut disebabkan beberapa faktor
antara lain : tekanan ekonomi yang menyebabkan terbatasnya akses terhadap
ketersediaan bahan bacaan; mengakarnya budaya tutur serta rendahnya
‘sensivitas’ terhadap hal-hal yang baru. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut
maka akan berdampak pada rendahnya daya saing sumberdaya manusia Indonesia
dibandingkan negara lain pasca pemberlakuan AFTA.
Guna
membentuk manusia unggul dan berdaya saing tinggi, maka kita harus mengadakan
perubahan sikap dan perilaku budaya dari tidak suka membaca menjadi masyarakat
membaca (reading society). Menurut
Gleen Doman (1991 : 19) dalam Athaillah Baderi (2005) menyatakan
bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup.
Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Mahasiswa sebagai agen
perubahan dituntut mempelopori usaha ini. Namun kecenderungan yang terjadi
dikalangan mahasiswa adalah mereka tergerak membaca jika ada motif tertentu. Hal tersebut
dikuatkan teori Dawson dan Bamman (1960: 133-147). Perlu sebuah terobosan
dalam melatih dan membangkitkan minat baca para mahasiswa. Konsep SMART (Specific,
Measurable, Achieveable, Reliable dan Timely) merupakan strategi jitu
membangkitkan minat baca mahasiswa. Kelima aspek tersebut cukup mengakomodir
kebutuhan mereka serta menjadikannya sarana berlatih guna membiasakan diri
membaca secara efektif. Sekian.
Daftar Pustaka
Baderi, Athaillah. Orasi ilmiah dan pengukuhan pustakawan utama :
Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Suatu Kelembagaan Nasional Wacana Ke Arah Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional
Pembudayaan Masyarakat Membaca. Jakarta. Perpustakaan Nasional. 2005
Dawson, Mildred A. dan Henry A.Bamman.
1960. Fundamentals of Basic Reading Instruction. New York: Longmans, Green and
Co.
http.// EzineArticles.com/?xpert=Kevin_Eikenberry ; tanggal 30
November 2007.
htttp.//jammie Little field pada charity
guide.org. ; tanggal 3 Januari 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki; tanggal 6
F
0 comments:
Post a Comment