Budaya lihat dan dengar yang mengakar pada masyarakat
merupakan dampak lemahnya pembinaan minat baca sejak usia dini. Maraknya
tayangan TV yang memuat adegan kekerasan menjadi "suguhan" tidak sehat bagi anak-anak Tayangan kartun, Tom &
Jerry, maupun tayangan action, Smack
Down, dapat berpengaruh pada perkembangan
mental dan emosi anak. Sikap anak yang mulai suka melakukan tindakan kekerasan
disebabkan anak melihat dan menirukan adegan kekerasan pada tayangan TV.
Perkembangan kognitif anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa ukuran kapasitas
dan fungsi khusus otak anak tumbuh, kemampuannya untuk mengingat banyak hal
dengan lebih detail untuk waktu yang lebih lama.
Tanggungjawab orang tua adalah melindungi putera-puterinya
dari segala hal yang berpotensi mengganggu perkembangan fisik dan psikisnya.
Orang tua dapat mengurangi ketergantungan anak terhadap TV dengan meluangkan
waktu beraktifitas bersama anak. Kegiatan olah raga, menggambar rekreasi atau
membaca bersama dapat menjadi alternatif pilihan aktivitas anak. Orang tua
hendaknya mengenalkan kegiatan membaca dalam kontek "mengenalkan huruf"
kepada putra-putrinya. Sebab Islam mengajarkan bahwa kunci ilmu pengetahuan
adalah membaca. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS.Al'Alaq ayat 1 yakni pada
lafadz Iqro atau " Bacalah ". Allah
Swt mengajarkan pengetahuan kepada manusia melalui Kalam. Esensi kegiatan
membaca adalah menyerap manfaat dari materi yang dibaca. Membaca dan menulis
merupakan salah satu bentuk interaksi pada proses belajar.
Kegiatan membaca mempunyai beragam manfaat. Orang yang terbiasa
membaca buku dapat terhindar dari kerusakan otak dimasa tua. Selain itu,
kegiatan membaca mampu merangsang pertumbuhan sel-sel baru jaringan otak pada
masa pertumbuhan. Hal ini berdasar riset terakhir tentang otak. Membaca dapat
menambah kata-kata dan pengetahuan akan ragam ungkapan kreatif, membaca dapat
pula memicu imajinasi dan kreatifitas anak.
Sering kali orang tua kebingungan menemukan cara untuk
menumbuhkan minat baca pada anak. Sebab orang tua belum sepenuhnya memahami
fase-fase perkembangan anak-anak sehingga usaha mereka menumbuhkan minat baca
tidak berjalan secara efektif. Dan makalah ini membahas tentang aspek
psikologis anak kaitannya dengan menumbuhkan minat baca.
Mengenal
ciri-ciri perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun.
Papalia dan Odd ( 1987 ) membagi masa kanak-kanak dalam lima
tahap:
1. Masa Prenatal, yaitu : diawali dari masa konsepsi sampai masa
lahir.
2. Masa Bayi dan Tatih, yaitu : saat usia 18 bulan pertama
kehidupan merupakan masa bayi. Dan selepas 18 bulan, bayi mulai belajar
berjalan dan dinamakan sebagai masa tatih.
3. Masa kanak-kanak pertama, yaitu : rentang usia 3-6 tahun,
masa ini dikenal dengan masa pra-sekolah.
4. Masa kanak-kanak kedua, yaitu : rentang usia 6-12 tahun yang
dikenal sebagai masa sekolah.
5. Masa Remaja, yaitu : rentang usia 12- 18 tahun. Saat anak
mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman
sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua-nya.
Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun
memegang peran penting diantara lima tahap tersebut diatas. Masa tersebut
disebut juga masa pertumbuhan dan masa pembelajaran. Sebab pada usia tersebut,
anak-anak mengalami perkembangan kemampuan fisik, mental dan intelektual yang
signifikan. Sehingga masa tersebut merupakan waktu yang baik untuk menanamkan
nilai-nilai ataupun pengetahuan. Namun metode yang digunakan hendaknya
menggunakan pendekatan yang non-formal ( tidak mengacu pada kurikulum) karena
rentang usia tersebut anak-anak masih menikmati masa bermain. Idealnya, pendekatan dilakukan melalui pengenalan obyek
tiga dimensi, semisal : puzzle. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian Sue
Moskowitz dalam Reni Akbar-Hawadi ( 2001) terhadap sejumlah anak yang diajar
membaca pada waktu dini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut tidak mampu
mempertahankan kelebihan-kelebihan yang mereka peroleh dari teman sekelasnya
yang tidak dapat membaca sebelum cukup umur.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 3-6 tahun.
Ada tiga ciri yang menandai perkembangan anak-anak pada usia
3-6 tahun. Ketiganya meliputi :
1. Perkembangan Fisik: Pada rentang ini, anak-anak mengalami
perkembangan yang meliputi : tinggi dan berat badan yang bertambah, otot-otot
yang semakin kuat, tanggalnya gigi susu dan berganti dengan gigi tetap. Serta
kapasitas otak yang berkembang menjadi 75 % berat orang dewasa.
2. Perkembangan motorik :
Keterampilan motorik, semisal : berjalan, berlari maupun aktivitas koordinasi
antar organ tubuh mengalami perkembangan pesat pada rentang usia ini. Kemampuan
keseimbangan anak untuk mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan turut
mengalami perkembangan. Sehingga mereka dapat memanipulasi objek-objek kecil.
3. Perkembangan intelektual : Rasa ingin tahu yang besar terlihat pada usia 3-6 tahun.
Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal yang baru. Oleh
sebab itu maka dikenal istilah Questioning Age. Sebab pada usia 3 tahun, anak
mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia 6 tahun.
Memupuk
minat baca pada anak.
Perkembangan motorik yang pesat pada usia 3-6 tahun
merupakan faktor yang signifikan untuk anak belajar membaca, mengenal macam-macam bentuk dan
huruf. Pada fase ini dikenal istilah Semiotics
Function yakni: kemampuan anak usia 2-4 tahun dalam membuat dan mengenali
simbol atau objek yang ada. Disarankan pada anak usia 3 tahun, dilakukan usaha
pemenuhan rasa keingintahuan dan memenuhi hasrat penjelajahannya akan
lingkungan sekitarnya dengan memberikan rangsangan. Bentuk rangsangan berupa
ketersediaan alat bantu pembelajaran dan mentoring. Alat bantu pembelajaran
dapat dibuat sendiri dari benda-benda disekeliling kita. Kita dapat menggunting
gambar-gambar yang menarik pada majalah bekas lalu menempelkannya pada kertas
kosong serta memberikan nama pada gambar tersebut. Sedangkan mentoring
berlangsung dengan memberikan instruksi atau informasi awal tentang makna
gambar tersebut dan memandu anak agar dapat memahami benda yang dimaksud. Mentoring
dilakukan berulang-ulang untuk melatih fungsi memori pada anak.
Namun proses diatas
merupakan salah satu aspek saja dari kegiatan membaca. Seyogyanya, kegiatan
membaca diajarkan secara komprehensif agar mendapatkan hasil yang maksimal. Secara teoritis, kegiatan membaca
menurut Budiharti (1983) mengutip pendapat Gray (dalam Dalman, 1974)
menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu:
1. Pengenalan kata-kata :
kegiatan ini menekankan pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan
apa yang ditulis sebagai simbol, istilahnya decoding.
2. Pengertian:
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
3. Reaksi :
Diharapkan ada reaksi terhadap yang
dibaca.
4. Penggabungan :
Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman si pembaca
dimasa lalu.
Perlu diperhatikan pula bahwa untuk menarik perhatian anak
agar menaruh perhatian dan penghargaan
terhadap buku maka pada masa kanak-kanak awal
ini, anak dilatih tentang bagaimana cara memegang buku, membuka halaman,
mengenal gambar dan mengembalikan buku pada tempatnya. ( Pakasi, 1990 dalam
Budiharti, 1983).
Tetapi penerapan
teori tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Sebab anak-anak cenderung
melakukan penolakan terhadap hal-hal yang bersifat baku dan intruksional. Untuk
mengatasinya maka para orang tua hendaknya merujuk pada metode Hooper. Mengutip
Hooper " Pekerjaan anak-anak adalah
bermain. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan ”. Apa
pun yang ingin kita berikan dan menurut kita penting untuk dipelajari oleh
anak-anak kita termasuk usaha kita untuk mengenalkan buku dan cara membacanya
harus disampaikan dalam konteks bermain. Ada enam langkah untuk menumbuhkan
minat baca pada anak yang patut disimak:
1. Pertama :
Pilihlah bahan bacaan yang menarik bagi anak anda dan
bacakanlah cerita tiap hari mengenai apa yang ingin disampaikan buku tersebut.
Orang tua dapat memilihkan buku cerita bergambar yang bercerita tentang
kisah-kisah religi, fabel ataupun pengetahuan. Sehingga sejak kecil secara
tidak langsung mereka mengenal lingkungan sekitarnya.
2.Kedua :
Mencoba menghubungkan indra dengan aktivitas membaca. Jika
bayi anda bisa melihat menyentuh, merasakan serta mendengarkan dan melihat kata
maka dia pun sudah bisa melakukan aktivitas membaca. Misalnya: berikanlah
sebuah jeruk pada anak anda. Mintalah dia untuk menyentuh, merasakan, membaui
dan memakannya. Lalu, namai sesuatu yang baru dimakannya dengan mengeja
J-E-R-U-K dan ajak putera anda untuk melakukannya berulang-ulang. Maka anak anda
akan merekam semua itu. Dan dia telah
melakukan aktivitas membaca.
3.Ketiga :
Membantu anak anda menamai benda yang bisa dia lihat.
Sesekali ajak anak anda melakukan tadabbur alam ke kebun binatang. Biarkan anak
anda mengenali benda sekeliling yang dianggap menarik baginya.Apabila dia telah
terfokus pada suatu benda dan dia kesulitan mengidentifikasinya, Bantulah dia
menemukan padanan nama yang sesuai terhadap benda tersebut.
4. Keempat :
Memberikan nama
kepada apa saja yang dapat dilakukan oleh anak. Semisal: Jika anak anda sedang
menggambar namun dia tidak mengetahui nama aktivitas yang dia lakukan, Maka
ambillah selembar kertas, gambar posisi dia sedang menggambar dan tulislah aktivitas
yang sedang dia lakukan.Beritahu dia tentang aktivitasnya berdasarkan gambar
tersebut dan biarkan dia untuk menyimpan informasi tersebut.
5.Kelima :
Mengenalkan kegiatan membaca dengan permainan
fonetik.Buatlah kotak yang berisi nama benda dan padanan kata pada beberapa
bahasa.Namun hendaknya struktur nama benda
tersebut sederhana dan dengan kombinasi huruf vokal yang pendek. Ajaklah putera
anda untuk bermain tebakan dengan kotak yang telah anda buat tadi.
6. Keenam :
Mengajak anak anda bermain menggunakan kata kunci. Permainan
ini menggunakan 450 kata yang sering digunakan dan 3 set kartu yang berisi
unsur kata tersebut. Orang tua
menunjukkan satu yang tebal dan anak-anak mencoba menemukan pasangan kata
diantara kartu mereka. Anak yang dapat menyelesaikan permainan tersebut maka
dialah pemenangnya.
PENUTUP
Menumbuhkan minat baca pada anak merupakan pekerjaan menantang.
Kita dituntut memahami fase perkembangan anak untuk menentukan metode apa yang
cocok bagi mereka untuk menyukai aktivitas baca. Dan fase yang paling optimal
ialah pada rentang usia 3-6 tahun karena aktivitas motorik dan intelejensia
anak mengalami perkembangan yang signifikan. Metode bermain merupakan
pendekatan ideal bagi rentang usia tersebut.
Selain itu, kegiatan membaca dapat dikenalkan melalui mendongeng
sebab merupakan cara yang efektif untuk
menumbuhkan minat baca pada anak. Selain itu, mendongeng dapat membentuk
kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Anak merasa dicintai karena orang tua mau
meluangkan waktu untuk menemani dan berbagi cerita dengan mereka. Dengan
tumbuhnya minat baca sejak usia dini diharapkan akan muncul generasi penerus
yang berkualitas, berwawasan luas dan berakhlul karimah. Setelah membaca
artikel ini tergerakkah anda sebagai orang tua untuk membentuk generasi yang
berkualitas? Tunggu apa lagi, Pergilah perpustakaan, pinjam setumpuk buku dan
mulailah membaca bersama anak anda. Sekian.
Daftar
Pustaka.
Akbar-Hawadi, Reni. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Gramedia, 2001.
0 comments:
Post a Comment