Saturday, 11 April 2020

MENUMBUHKAN MINAT BACA PELAJAR


Tolak ukur keberhasilan Indek Pembangunan Manusia (IPM) merujuk pada tingkat ketrampilan membaca. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Hasil tes yang dilakukan oleh Trends in International Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50 negara di dunia terhadap para siswa kelas II SLTP, menunjukkan prestasi siswa-siswa Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan bidang matematika dengan nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467. Sedangkan hasil tes bidang ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat ke 36 dengan nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasional 474.  Rendahnya minat baca disebabkan pola kebiasaan yang telah menjadi budaya. Selain itu, kemajuan teknologi pun dinilai menghambat minat baca dikalangan pelajar. Perang tarif layanan bicara antar operator seluler semakin menyuburkan budaya tutur dikalangan pelajar. Menghadapi masalah rendahnya minat baca tersebut maka  H.A.R Tilaar (1999 : 381) dalam Athailah Baderi (2005) menyatakan bahwa : ” Untuk mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota masyarakat kita” .
Mengatasi permasalahan tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Patut disadari bahwa membaca mempunyai keterkaitan erat dengan pendidikan. Sepantasnya usaha mengikis rendahnya minat baca dimulai dari lingkup sekolah. Karena sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai. Hal tersebut sejalan dengan  manifesto IFLA yaitu : “The School Library in teaching and learning for all”. Selanjutnya manifesto ini menyatakan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas pendidikan, dan diwajibkan untuk mengembangkan strategi, kebijakan dan rencana yang sejalan dengan dasar-dasar manifesto. Diharapkan manifesto ini menjadi pijakan bagi sekolah untuk berimprovisasi dalam pola pembelajaran yang mampu merangsang pelajar untuk gemar membaca.

PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MEMBACA
Membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Proses ini akan menemui hambatan jika guru dan murid sama-sama melalaikan aktivitas baca. Sebab membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Selain itu, membaca merupakan bagian dari bahasa sedangkan bahasa adalah ketrampilan. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti melatih ketrampilan berpikir” (Tarigan, 1980: 1, 1981: 2, Dawson (et.all), 1963: 27).
Langkah-langkah Literasi informasi di sekolah.
Identifikasi          : menentukan topic/subyek; mengidentifikasi kata kunci; merencanakan penelusuran.
Eksplorasi            : menemukan informasi yang tepat guna.
Seleksi                  : memilih informasi yang relevan memutuskan mana informasi biasa, sulit, mudah.
Organisasi           : menyortir informasi; membedakan antara fakta, opini dan fiksi.
Penciptaan         : menuliskan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Presentasi           : Latihan mempresentasikan hasil penemuan.
Penilaian              : menerima masukan dari orang lain.
Penerapan          : menggunakan pengetahuan baru dalam berbagai situasi.
Sumber : Seminar APISI. Jawa Pos. Minggu 15 April 2007

MODEL PENGEMBANGAN MINAT BACA
Rendahnya motivasi baca pelajar dan strategi pembelajaran yang tidak tepat menjadi hambatan proses pengajaran. Hal pertama muncul akibat persepsi yang salah tentang membaca. Membaca identik dengan aktivitas individu yang membosankan. Menilik kondisi tersebut maka guru bidang studi Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah menengah dapat memanfaatkan KBK untuk merangsang dan meningkatkan ketrampilan membaca para pelajar. Strategi pembelajaran yang sesuai untuk memotivasi pelajar untuk gemar membaca adalah pendekatan pembelajaran kelompok.
Ide pembentukan kelompok belajar (KEJAR) ini berdasar atas sifat manusia yang mahluk sosial. Manusia saling membutuhkan satu dengan lainnya untuk mencukupi kebutuhannya. Demikian pula dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru akan menghadapi berbagai jenis sifat, karakter, kemampuan serta minat siswa-siswi yang berbeda. KBM menjadi semakin tidak ideal jika melihat rasio antara guru dan siwa-siswi yang tidak berimbang. Kelompok belajar merupakan strategi guru untuk mengelola KBM secara efektif. Pengelompokkan anggota Kelompok Belajar berdasar atas kesamaan minat dan kemampuan. Setelah kelompok belajar terbentuk maka guru menerapkan pembelajaran tematik dengan memberikan serangkaian tugas secara kontinyu, terarah dan terukur. Tugas tersebut dapat berupa permasalahan lintas bidang studi yang tengah terjadi dilingkungan sekitar siswa. Hal tersebut dimaksudkan memotivasi kelompok belajar untuk menemukan akar permasalahan dan solusinya melalui penelusuran pada sumber-sumber informasi dan diskusi. Diharapkan dalam proses tersebut terjadi dinamika kelompok yang merangsang anggota-anggotanya untuk berpikir kritis dan melahirkan ide-ide inovatif. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: A.Surjadi: 1989)

Peran pemimpin ( guru ) dalam proses tersebut sebagai berikut :
1.       Membagi kelompok kedalam sub-sub kelompok dan mengarahkan mereka kepada sumber-sumber material.
2.       Membantu menentukan bidang-bidang perhatian yang berhubungan dengan masalah atau isyu itu yang dapat menolong kelompok untuk memahami masalah itu lebih baik atau untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengannya.
3.       Menjelaskan kepada sub-sub kelompok tentang penyelesaian tugas-tugas mereka.
4.       Mempersilahkan sub-sub kelompok untuk melaporkan tahap penyelesaian tugas mereka.
5.       Menyarankan tindak lanjut, penelitian lebih lanjut atau cara untuk memanfaatkan pengalaman sebagai dasar kegiatan dimasa depan.
6.       Mengevaluasi kelompok belajar.
Peran anggota kelompok belajar sebagai berikut :
1.       Mendengarkan baik-baik penjelasan tentang proyek penugasan yang akan dikerjakan secara berkelompok
2.       Ikut secara aktif mengerjakan tugas yang dipercayakan atau yang mereka pilih itu dengan mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
3.       Melaporkan penemuan-penemuan daripada tugas-tugas yang telah diselesaikan.
4.       Ikut menanggapi penemuan-penemuan kelompok lain.
Bentuk umpan balik dari penugasan tersebut adalah presentasi dari masing-masing kelompok kedalam forum kelas sehingga terjadi interaksi antara kelompok belajar satu dengan lainnya dan kelompok belajar dengan guru.  Dari hasil umpan balik tersebut maka guru dapat memberikan penilaian seberapa jauh efektivitas penyampaian sebuah materi masing-masing kelompok.  Hasil yang ingin di capai dari pembentukan kelompok belajar adalah terjadinya sebuah iklim kompetisi yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi.

SIMPULAN
Rendahnya minat baca telah menjadi budaya dikalangan pelajar. Padahal membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Untuk mengubahnya maka perlu sebuah terobosan. Adapun pola pembelajaran yang relevan permasalahan ini adalah pembentukan Kelompok Belajar. Tujuannya adalah membentuk sebuah iklim kompetisi yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi. Namun pola pembelajaran tersebut kurang efektif tanpa adanya sumber bahan ajar. Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berperan mendukung efektivitas KBM sebagaimana isi manifesto IFLA. Peran perpustakaan sekolah merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, diarahkan pada membimbing siswa dalam mencari informasi yang dibutuhkan agar siswa tidak terjebak dalam hutan literasi informasi perlu mulai diterapkan di perpustakaan sekolah di Indonesia karena kemampuan anak dalam mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari, menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya kepada orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan seumur hidup. Kemampuan tersebut akan mempermudah para pelajar meningkatkan pengetahuannya baik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun pada saat ia bekerja. Dengan terintegrasinya pendidik, peserta didik dan sumber belajar dalam proses pembelajaran yang interaktif maka diharapkan minat dan motivasi pelajar untuk belajar akan bertambah. Dan pada akhirnya  bermuara pada kebiasaaan gemar membaca.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka cipta.
Sutirjo; Mamik, Sri Istuti. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004. Malang. Bayu media.
Surjadi, a.(1989) Membuat Siswa Aktif Belajar: 65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok.Bandung. Penerbit mandar maju.
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Menulis: Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung. Angksa.

 

0 comments: