Tolak
ukur keberhasilan Indek Pembangunan Manusia (IPM) merujuk pada tingkat ketrampilan
membaca. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 menunjukkan bahwa “pembangunan
manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia
yang dievaluasi. Hasil tes yang dilakukan oleh Trends in International
Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50 negara di dunia
terhadap para siswa kelas II SLTP, menunjukkan prestasi siswa-siswa Indonesia
hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan bidang matematika dengan
nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467. Sedangkan hasil tes
bidang ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat ke 36 dengan
nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasional 474. Rendahnya minat baca disebabkan pola kebiasaan
yang telah menjadi budaya. Selain
itu, kemajuan teknologi pun dinilai menghambat minat baca dikalangan pelajar. Perang tarif layanan bicara antar operator seluler semakin
menyuburkan budaya tutur dikalangan pelajar. Menghadapi masalah rendahnya minat
baca tersebut maka H.A.R Tilaar (1999 :
381) dalam Athailah Baderi (2005) menyatakan bahwa : ” Untuk mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan suatu
perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota masyarakat kita”
.
Mengatasi permasalahan tersebut tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Patut disadari bahwa membaca mempunyai keterkaitan
erat dengan pendidikan. Sepantasnya usaha mengikis rendahnya minat baca dimulai
dari lingkup sekolah. Karena sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai. Hal
tersebut sejalan dengan manifesto IFLA
yaitu : “The School Library in teaching
and learning for all”. Selanjutnya manifesto ini menyatakan bahwa
pemerintah bertanggungjawab atas pendidikan, dan diwajibkan untuk mengembangkan
strategi, kebijakan dan rencana yang sejalan dengan dasar-dasar manifesto. Diharapkan
manifesto ini menjadi pijakan bagi sekolah untuk berimprovisasi dalam pola
pembelajaran yang mampu merangsang pelajar untuk gemar membaca.
PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MEMBACA
Membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Proses ini akan menemui hambatan jika guru dan murid sama-sama
melalaikan aktivitas baca. Sebab membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi,
menimbulkan ide serta membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Selain
itu, membaca merupakan bagian dari bahasa sedangkan bahasa adalah ketrampilan. “Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin
jelas jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan
jalan praktek dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti melatih
ketrampilan berpikir”
(Tarigan, 1980: 1, 1981: 2, Dawson (et.all), 1963: 27).
Langkah-langkah
Literasi informasi di sekolah.
Identifikasi : menentukan topic/subyek;
mengidentifikasi kata kunci; merencanakan penelusuran.
Eksplorasi : menemukan informasi yang tepat
guna.
Seleksi :
memilih informasi yang relevan memutuskan mana informasi biasa, sulit, mudah.
Organisasi : menyortir informasi; membedakan
antara fakta, opini dan fiksi.
Penciptaan : menuliskan informasi dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Presentasi : Latihan mempresentasikan hasil
penemuan.
Penilaian : menerima masukan dari orang lain.
Penerapan : menggunakan pengetahuan baru dalam
berbagai situasi.
Sumber
: Seminar APISI. Jawa Pos. Minggu 15 April 2007
MODEL PENGEMBANGAN MINAT BACA
Rendahnya motivasi baca pelajar dan strategi pembelajaran
yang tidak tepat menjadi hambatan proses pengajaran. Hal pertama muncul akibat
persepsi yang salah tentang membaca. Membaca identik dengan aktivitas individu
yang membosankan. Menilik kondisi tersebut maka guru bidang studi Bahasa
Indonesia pada jenjang sekolah menengah dapat memanfaatkan KBK untuk merangsang
dan meningkatkan ketrampilan membaca para pelajar. Strategi pembelajaran yang
sesuai untuk memotivasi pelajar untuk gemar membaca adalah pendekatan
pembelajaran kelompok.
Ide pembentukan kelompok belajar (KEJAR) ini berdasar
atas sifat manusia yang mahluk sosial. Manusia saling membutuhkan satu dengan
lainnya untuk mencukupi kebutuhannya. Demikian pula dalam proses kegiatan
belajar mengajar (KBM), guru akan menghadapi berbagai jenis sifat, karakter,
kemampuan serta minat siswa-siswi yang berbeda. KBM menjadi semakin tidak ideal
jika melihat rasio antara guru dan siwa-siswi yang tidak berimbang. Kelompok
belajar merupakan strategi guru untuk mengelola KBM secara efektif. Pengelompokkan
anggota Kelompok Belajar berdasar atas kesamaan minat dan kemampuan. Setelah kelompok
belajar terbentuk maka guru menerapkan pembelajaran tematik dengan memberikan
serangkaian tugas secara kontinyu, terarah dan terukur. Tugas tersebut dapat
berupa permasalahan lintas bidang studi yang tengah terjadi dilingkungan sekitar
siswa. Hal tersebut dimaksudkan memotivasi kelompok belajar untuk menemukan
akar permasalahan dan solusinya melalui penelusuran pada sumber-sumber
informasi dan diskusi. Diharapkan dalam proses tersebut terjadi dinamika kelompok
yang merangsang anggota-anggotanya untuk berpikir kritis dan melahirkan ide-ide
inovatif. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sumber:
A.Surjadi: 1989)
Peran pemimpin ( guru ) dalam proses tersebut sebagai
berikut :
1.
Membagi
kelompok kedalam sub-sub kelompok dan mengarahkan mereka kepada sumber-sumber
material.
2.
Membantu
menentukan bidang-bidang perhatian yang berhubungan dengan masalah atau isyu
itu yang dapat menolong kelompok untuk memahami masalah itu lebih baik atau
untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengannya.
3.
Menjelaskan
kepada sub-sub kelompok tentang penyelesaian tugas-tugas mereka.
4.
Mempersilahkan
sub-sub kelompok untuk melaporkan tahap penyelesaian tugas mereka.
5. Menyarankan
tindak lanjut, penelitian lebih lanjut atau cara untuk memanfaatkan pengalaman
sebagai dasar kegiatan dimasa depan.
6. Mengevaluasi
kelompok belajar.
Peran anggota kelompok
belajar sebagai berikut :
1.
Mendengarkan
baik-baik penjelasan tentang proyek penugasan yang akan dikerjakan secara
berkelompok
2.
Ikut
secara aktif mengerjakan tugas yang dipercayakan atau yang mereka pilih itu
dengan mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
3.
Melaporkan
penemuan-penemuan daripada tugas-tugas yang telah diselesaikan.
4.
Ikut
menanggapi penemuan-penemuan kelompok lain.
Bentuk
umpan balik dari penugasan tersebut adalah presentasi dari masing-masing
kelompok kedalam forum kelas sehingga terjadi interaksi antara kelompok belajar
satu dengan lainnya dan kelompok belajar dengan guru. Dari hasil umpan balik tersebut maka guru
dapat memberikan penilaian seberapa jauh efektivitas penyampaian sebuah materi
masing-masing kelompok. Hasil yang ingin
di capai dari pembentukan kelompok belajar adalah terjadinya sebuah iklim
kompetisi yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan
yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi.
SIMPULAN
Rendahnya minat baca telah menjadi budaya dikalangan
pelajar. Padahal membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta
membentuk suatu pola pikir terhadap sesuatu hal. Untuk mengubahnya maka perlu
sebuah terobosan. Adapun pola pembelajaran yang relevan permasalahan ini adalah
pembentukan Kelompok Belajar. Tujuannya adalah membentuk sebuah iklim kompetisi
yang memotivasi setiap pelajar untuk memperluas wawasannya. Rasa keingintahuan
yang besar akan mendorong mereka untuk gemar membaca berbagai sumber informasi.
Namun pola pembelajaran tersebut kurang efektif tanpa adanya sumber bahan ajar.
Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berperan mendukung efektivitas KBM sebagaimana
isi manifesto IFLA. Peran perpustakaan sekolah merujuk pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, diarahkan pada membimbing siswa dalam
mencari informasi yang dibutuhkan agar siswa tidak terjebak dalam hutan
literasi informasi perlu mulai diterapkan di perpustakaan sekolah di Indonesia
karena kemampuan anak dalam mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari, menseleksi,
mengevaluasi dan menyampaikannya kepada orang lain merupakan kemampuan yang
dibutuhkan seumur hidup. Kemampuan tersebut akan mempermudah para pelajar
meningkatkan pengetahuannya baik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
maupun pada saat ia bekerja. Dengan terintegrasinya pendidik, peserta didik dan
sumber belajar dalam proses pembelajaran yang interaktif maka diharapkan minat
dan motivasi pelajar untuk belajar akan bertambah. Dan pada akhirnya bermuara pada kebiasaaan gemar membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan
Zain (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka
cipta.
Sutirjo;
Mamik, Sri Istuti. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004. Malang.
Bayu media.
Surjadi, a.(1989) Membuat Siswa
Aktif Belajar: 65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok.Bandung. Penerbit mandar
maju.
Tarigan, Henry Guntur. (1986).
Menulis: Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung. Angksa.
0 comments:
Post a Comment