Tanggal 14 September senantiasa diperingati sebagai hari Kunjung Perpustakaan. Kenapa kunjungan ke perpustakaan perlu di peringati? Hal tersebut tidak lepas dari pentingnya perpustakaan. Saking pentingnya, beberapa label pun disematkan kepada perpustakaan yang diantaranya: jantungnya universitas (heart of university), pusat pengetahuan (centre of knowledge), pendidikan sepanjang hayat (lifetime education). Tidak berlebihan embel-ember tersebut tersemat pada perpustakaan. Konon katanya, perpustakaan berperan dalam membentuk peradaban pada pada jaman dahulu kala. Sebut saja perpustakaan Alexadria di Mesir, Bait al Hikmah di negara 1001 malam dan perpustakaan Biara St Catherine yang berdiri tahun 556 Masehi.Pada masa itu, perpustakaan menyimpang pengetahuan dalam bentuk tercetak dan bagi para pencari ilmu wajib mengunjungi perpustakaan untuk mendapatkan pengetahuan. Dapat dibayangkan bahwa perpustakaan kala itu penuh sesak oleh para pengunjung yang hendak mencari informasi dan pengetahuan.
'Tidak ada yang pasti didunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Sebuah frasa yang mencerminkan dinamika dalam kehidupan manusia. Secara bertahap, peradaban manusia berubah seiring perkembangan IPTEK. Penemuan mesin uap menandai perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Dilanjutkan pengembangan internet yang mendorong perubahan sosial dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Tentunya, masyarakat informasi dicirikan oleh masyarakat yang penuh keingintahuan dan haus informasi. Hal tersebut didukung oleh keberadaan internet yang telah mengikis batas-batas wilayah, ruang dan waktu sehingga distribusi informasi berlangsung dengan cepat. Dapat dibayangkan bahwa informasi datang silih berganti dan masyarakat informasi senantiasa memperbarui pengetahuannya melalui gadgetnya maupun mendatangi pusat-pusat informasi, seperti perpustakaan.
Tak disangka dan tak dinyana, wabah penyakit pun turut berpengaruh terhadap eksistensi perpustakaan. Adalah Corona Virus Disease-19 (Covid-19) yang mendorong pembatasan sosial guna mencegah persebaran penyakit tersebut. Alhasil, fasilitas publik termasuk perpustakaan ditutup tanpa ada batas waktu guna mencegah penyebarluasan perpustakaan. Dapat dibayangkan bahwa perpustakaan mulai terlihat sepi dari kunjungan fisik guna menghindari penyebarluasan Covid-19.
Kemajuan teknologi dan pandemi merupakan berkah dan musibah bagi eksistensi perpustakaan. Kemajuan teknologi memudahkan akses informasi. Sedangkan pandemi membatasi aktivitas fisik manusia yang salah satunya mengakses informasi. Dalam konteks penyebarluasan informasi, muncul pertanyaan : apakah perpustakaan akan ditinggalkan ditengah kemajuan teknologi dan pandemi seperti saat ini? Mungkin setiap orang punya argumentasi yang berbeda-beda. Namun diyakini bahwa "Perpustakaan tidak akan ditinggalkan". Terdapat beberapa prasyarat yakni: Perpustakaan perlu adaptif dan inovatif dengan kondisi kekinian. Adaptif terhadap perubahan merupakan prasyarat mutlak karena perubahan adalah kepastian. Dalam hal perkembangan teknologi, perpustakaan perlu adaptif dengan memanfaatkan teknologi dalam hal pengelolaan koleksi, penelusuran informasi maupun berkomunikasi dengan pemustakanya. Selanjutnya inovatif, pengelola perpustakaan perlu berpikir kreatif dalam mengubah kondisi yang sulit menjadi sebuah peluang baru. Penutupan perpustakaan akibat pandemi tidak serta merta menghentikan layanan perpustakaan. Inovasi melalui pemanfaatan teknologi yang memungkinkan komunikasi tidak langsung guna menghindari interaksi fisik perlu terus dikembangkan. Bahkan teknologi dan pandemi merupakan sebuah pelecut bagi perpustakaan untuk mengubah strateginya menjadi jemput bola dengan mengedepankan layanan virtual agar perpustaaan tetap eksis melayani informasi masyarakat informasi.
0 comments:
Post a Comment