Friday, 10 December 2021

Mengenal Kilemo (Litsea Cubeba)

 

Kingdom         :  Plantae

Clade               :  Angiosperms

Clade               :  Magnoliids

Order               :  Laurales

Family             :  Lauraceae

Genus              :  Litsea

Species            :  Litsea cubeba

Nama daerah : Kilemo (L.cubeba L. Person) merupakan tanaman pegunungan dari marga Lauraceae yang dikenal dengan sebutan “Mountain pepper” atau “Lada Gunung”. Ada beberapa nama daerah dari jenis ini yaitu kilemo (Sunda), krangean (Jawa), antarasa (Batak Toba), Apokayan (Malinau, Kalimantan Timur) (Heyne, 1987; Prosea, 1999; http://www. fao. org/ docrep/ v5350e.htm).

Sebaran          : Jenis tanaman ini tersebar secara alami mulai dari Himalaya timur sampai Asia bagian tenggara, Cina bagian selatan dan Taiwan (Prosea, 1999). Di Indonesia, tanaman kilemo tumbuh liar di daerah pegunungan di Jawa dan Sumatera pada ketinggian 700 hingga 2300 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987) selain itu terdapat juga di Kalimantan Timur pada ketinggian 400-600 m dpl (Prosea, 1999). Pohon kilemo umumnya hidup di tempat-tempat terbuka (Gardner et al., 2000). Hasil survey di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa jenis ini dijumpai di 4 hutan sekunder di tempat terbuka atau di ladang-ladang masyarakat di pinggir hutan. Selain itu ditemukan juga walaupun sangat jarang pada hutan primer di bagian pinggir atau bagian atas hutan yang agak terbuka pada ketinggian 1.000-1.300 m dpl (Ali, 2008).

Habitat                       : Tumbuhan kilemo berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi 5-12 m dan diameter antara 6-20 cm. Batang tegak berkayu, bulat, dengan percabangan simpodial (http://www. fao. org/ docrep/ v5350e.htm). Ngernyuang et al. (2007) melaporkan bahwa tinggi pohon kilemo di Northern Thailand berkisar 15 – 20 m, sedangkan tinggi pohon kilemo yang berada di kawasan hutan lindung Dusun Sibodiala, Desa Silalahi Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) sebesar 14,6 m ± 3,1 dengan diameter batang sebesar 11,23 cm ± 3,4 dan lebar tajuk sebesar 6,4 m ± 1,9 (Putri et al., 2010). Rata-rata tinggi pohon kilemo di Aek Na Uli adalah 15,4 ± 4,6 m dengan diameter pohon mencapai 19 ± 9,4 cm (Putri et al., 2011).

Musim berbunga: Kilemo merupakan jenis tanaman yang berbunga sepanjang tahun (Prosea, 1999), namun mempunyai masa berbuah terbanyak pada bulan Juli hingga akhir Agustus. Musim berbuah biasanya berbeda untuk di beberapa lokasi seperti di wilayah Ciwidey - Jawa Barat yang diketahui bahwa musim berbuah terjadi pada bulan Januari – Februari.

Buah               : Buah kilemo berbentuk bulat berwarna hijau berukuran kecil berbentuk berry, bijinya menyerupai biji merica dengan ciri masak fisiologis buah berwarna hitam. Untuk mendapatkan benih, buah diekstraksi dengan cara menggosok buah dengan pasir secara perlahan sampai daging buahnya terlepas, kemudian dicuci bersih. Satu kg benih terdiri dari 76.161 butir. Pohon kilemo menghasilkan buah yang tergolong tipe buah berdaging. Untuk mendapatkan benih/biji kilemo, maka dilakukan proses perendaman buah selama 24 jam kemudian menggosok-gosokkan buah pada permukaan yang agak kasar hingga kulit buah terpisah dari biji. Ukuran diameter dan panjang buah L. cubeba adalah 6,7 ± 0,22 mm dan 7,7 ± 0,32 mm dengan berat buah 0,194 gram (Ngernyuang).

Produksi Buah Umumnya produksi buah akan mencapai puncaknya setelah pohon mencapai umur kira-kira setengah daur hidupnya. Untuk jenis kilemo belum diketahui umur pohon yang mampu menghasilkan buah terbaik dari segi potensi buahnya maupun kualitas minyak yang dihasilkannya. Ali (2008) melaporkan bahwa potensi produksi buah kilemo dari pohon berdiameter 8 cm sekitar 2,1 kg/pohon dengan jumlah buah per-kg mencapai 10.000-12.000 buah. Sedangkan di kawasan hutan alam Aek Na Uli, rata-rata produksi buah kilemo yang dihasilkan dari pohon berdiameter 15 – 25 cm mencapai 3,08 ± 2,89 kg dan dari pohon berdiameter 35 – 45 cm sebanyak 13,98 ± 8,74 kg (Putri et al., 2011)

Manfaat          : Minyak Atsiri Sebagian besar komponen dari pohon lemo dapat menghasilkan minyak atsiri, tetapi yang paling banyak kandungannya pada bagian daun dan kulit pohon. Jenis ini merupakan sumber sitral yang berkualitas dan merupakan pesaing utama minyak lemongrass. Untuk mendapatkan minyak atsiri dari litsea cubeba dapat melalui penyulingan dengan cara rebus, kukus dan cara uap langsung (steam), dimana hasil kualitas minyak atsirinya sangat dipengaruhi oleh iklim, tipe tanah, penanganan bahan, cara penyulingan dan penyimpanan, juga dipengaruhi oleh jenis dan varietas tumbuhan.

Mutu dan minyak atsiri biasanya ditetapkan dalam bentuk dan sifat fisikokimia dan organoleptik dengan parameternya : bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, bilangan asam dan bilangan ester. Potensi Minyak Atsiri Sebagian besar komponen dari pohon lemo dapat menghasilkan minyak atsiri, tetapi yang paling banyak kandungannya pada bagian daun dan kulit pohon. Jenis ini merupakan sumber sitral yang berkualitas dan merupakan pesaing utama minyak lemongrass. Untuk mendapatkan minyak atsiri dari litsea cubeba dapat melalui penyulingan dengan cara rebus, kukus dan cara uap langsung (steam), dimana hasil kualitas minyak atsirinya sangat dipengaruhi oleh iklim, tipe tanah, penanganan bahan, cara penyulingan dan penyimpanan, juga dipengaruhi oleh jenis dan varietas tumbuhan. Mutu dan minyak atsiri biasanya ditetapkan dalam bentuk dan sifat fisikokimia dan organoleptik dengan parameternya : bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, bilangan asam dan bilangan ester.

Tata Niaga Produk Kulit Kayu Kilemo         :  Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa tanaman langka ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat terutama di Jawa Barat, dengan mengambil bagian kulit batang dan mengeringkannya untuk digunakan sebagai aroma/pengharum untuk campuran jamu tradisional. Dengan demikian penurunan potensi tegakan alam kilemo saat ini dapat juga menggambarkan/indikasi permintaan akan bahan baku kulit kilemo yang cukup tinggi. Artinya informasi pasar dan kemungkinan peluang pasar yang positif dapat ditingkatkan namun dengan adanya pengendalikan pemanfaatan tegakan kilemo oleh masyarakat melalui rantai tata niaga yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian Sylviani dan Sundari (2010) diperoleh hasil bahwa banyak saluran distribusi yang digunakan petani dan lembaga pemasaran dalam tataniaga tumbuhan kilemo (kulit). Distribusi kulit batang kilemo dari hulu/masyarakat hingga ke hilir/konsumen akhir ada yang dilakukan langsung/pendek hanya melalui satu pedagang pengumpul, tapi ada pemasaran kulit kilemo melalui beberapa pedagang pengumpul/panjang (Tati et.all, 2012)

Sumber bacaan          :

Muryanto Paiman, 2021, Kilemo (Litsea Cubeba) As  Snake Repellent Plant, One of Native Edible Plant From Indonesia, < https://legionbotanica.com/snake-repellent-plant/.html>

Tati Rostiwati  dan Kurniawati Purwaka Putri, 2012, Review  Status Litbang Tanaman Kilemo (litsea cubeba l. person) di Indonesia, Seminar Nasional POKJANAS TOI XLII: “Penggalian, Pelestarian, Pemanfaatan   dan   Pengembangan   Tumbuhan   Obat   Indonesia   untuk   Peningkatan  Kesejahteraan Masyarakat” tanggal 15-16 Mei 2012 di Cimahi, Bandung

0 comments: