Nama lokal/ Indonesia :
saninten, berangan
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Fagales
Famili :
Fagaceae
Genus :
Castanopsis
Spesies :
Castanopsis argentea (Blume) A.DC.
Deskripsi
Morfologi :
Pohon tingginya mencapai 35 m dengan diameter 80-100 cm. Batang bercabang cabang tanpa banir. Daun tunggal tersebar spiral, helai daun hijau mengkilat dengan permukaan bawah hijau keperakan. Helai daun lanset melonjong, berukuran 35-50 mm x 14-19 mm, bagian pangkal tumpul atau membundar, ujung tumpul atau melancip pendek, pertulangan daun berjumlah 23-27 pasang. Daun penumpu bentuk jarum, berukuran 10-15 mm x 2-3 mm. Bunga majemuk dengan anak bunga benbentuk lonceng. Buah kapsul dengan diameter 3-4 cm, berambut dan berduri. Biji berukuran 2-2,5 cm x 1-1,5 cm.
Daerah
Penyebaran : Sumatera dan
Jawa.
Habitat : Tumbuh di hutan primer dan sekunder pada ketinggian 200-1.600 m dpl.
Cara
Perbanyakan :
Generatif melalui biji. Musim berbunga bulan Agustus-Oktober dan berbuah pada
bulan November-Februari.
Manfaat : Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan, lantai rumah, jembatan dan atap serta bahan arang. Pepagan mengandung
tanin sebagai pewarna hitam pada rotan. Bijinya dapat dikonsumsi dengan direbus
atau dibakar. Jenis tumbuhan ini juga merupakan habitat burung dan mamalia untuk
mencari pakan, beristirahat dan bersarang (hendra et.all, 2019, hal 66)
Saninten merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pohon ini permudaan
alamnya sulit ditemukan karena populasinya sangat sedikit, sementara itu
buahnya disukai satwa liar dan masyarakat lokal untuk dikonsumsi (Martawijaya
1989). Menurut Heyne (1987), penyebaran saninten meliputi Jawa, Sumatera,
Papua, Myanmar, dan Malaysia. Di Eropa terdapat buah dari famili Fagaceae yang
dinamakan buah kastanjes (Castanopsis sativa Bl.). Martawijaya (1989)
melaporkan bahwa saninten tumbuh di Myanmar, Malaysia, Perancis, Jerman,
Italia, Belanda, Swedia, Ukraina, dan Amerika Serikat.
Daun pohon saninten berbentuk lancip memanjang (lanset)
dengan ukuran panjang 7-12 cm, lebar 2-3,5 cm, permukaan daun licin berlilin,
dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan ditutupi bulu-bulu menyerupai
bintang atau sisik yang lebat. Tumbuhan ini berdaun tunggal dengan kedudukan
berseling dan tersusun seperti spiral dan daun penumpu mudah luruh (Rugayah
1992, Holtum 1964). Ahli botani Van Steenis (1972) menyatakan bahwa daun
penumpu (stipula) ditutupi bulu yang lebat, panjang daun berkisar antara 10-15
mm dan lebar 2-3 cm. Salah satu ciri khas organ vegetatifnya, yaitu bila daun
dilipat maka akan terlihat garis lilin berwarna putih memanjang pada bagian
daun di sebelah atas (Prawira 1990). Pohon saninten berbunga pada
AgustusOktober dan berbuah pada November-Februari (Van Steenis 1972,
Martawijaya 1989). Bunga jantan tersusun dalam untaian berbentuk bulir
sepanjang 15-25 cm, bunga betina tumbuh menyendiri dengan panjang 5-15 cm,
diameter 2-4 mm, dan bunga berwarna kuning keputihan. Buahnya bertangkai
seperti buah rambutan, berkelompok di mana kulit buah ditutupi oleh duri yang
tumbuh berkelompok, ramping, tajam, dan berkayu. Buah berbentuk bulat telur
dengan duri mencuat pada empat sisi yang berisi tiga biji berbentuk tipis dan
cekung. Biji biasanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara direbus
atau dibakar (Van Steenis 1972). Dalam satu kilogram terdapat 250 butir buah
atau dalam satu liter terdapat 159 butir buah. Buah tidak dapat disimpan lama
karena daya berkecambahnya cepat menurun, buah segar memiliki daya berkecambah
sekitar 75% (Martawijaya 1989). Kulit batang pohon berwarna hitam, kasar, dan
pecah-pecah dengan permukaan batang tidak rata, terdapat alur-alur memanjang
pada batang yang tak lain adalah garis empulur yang menonjol keluar. Hal ini
merupakan salah satu ciri khas organ vegetatif famili Fagaceae. Kayu terasnya
berwarna coklat kelabu sampai merah muda, kayu gubal/ bagian tengah berwarna
putih, kuning muda, dan kadang-kadang kemerah-merahan dengan ketebalan 5-6 cm
(Prawira 1990). Saninten (Castanopsis argentea) sebagai salah satu indigenous
species berperan penting dalam ekosistem pegunungan dengan tajuk yang lebar.
Pohon ini merupakan tempat bagi satwa liar, terutama burung dan mamalia, untuk
mencari pakan, beristirahat, dan bersarang. Di Parnon, Jerman, salah satu
spesies saninten (C. sativa) telah ditanam di perkebunan seluas 450 ha dengan
populasi 35.000 pohon untuk diambil buahnya sebagai sumber bahan makanan baru
(Moussouris dan Regato 2002). Sebagai sumber bahan makanan, pohon ini perlu
dibudidayakan, sedangkan penelitian mengenai ekologi dan populasi saninten di
alam belum banyak dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap
penyebaran anakan saninten, kondisi lingkungan dan keragaman jenis lain yang
berasosiasi dengan tumbuhan ini
(N.M. Heriyanto , Reny Sawitri , dan Didi Subandinata,
2007, Hal. 34-35)
Status IUCN : Statusnya belum dinilai IUCN, ukurannya sedang dengan tinggi mencapai 30 m dan diameter 60 cm. Jenis ini tumbuh alami dalam hutan perbukitan hingga pegunungan bawah pada ketinggian 150-1750 m di Sumatera dan Jawa. Saninten selaian dimanfaatkan kayu dan buahnya oleh manusia, juga menjadi pakan alami bagi beragam satwa hutan terutama primata. Saninten memiliki peran dan banyak manfaat dalam ekosistem hutan (Pramono, sn).
Gambar 1 Castanopsis argentea. Foto:
Sulistyono/FPLI
Hendra Gunawan , Sugiarti, Marfuah Wardani,Nina
Mindawati, 2019 100 Spesies Pohon Nusantara TARGET KONSERVASI EX SITU TAMAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI , Bogor, IPB Press,http://library.forda-mof.org/katalog/repository/100_Spesies_Pohon_Nusantara_Target_Konse-1.pdf
N.M. Heriyanto , Reny Sawitri , dan Didi Subandinata,
2007, Buletin Plasma Nutfah Vol.13 No.1 Th.2007 Hal. 34-35 < https://media.neliti.com/media/publications/54520-ID-kajian-ekologi-permudaan-saninten-castan.pdf>
Pramono, sn Pohon langka di Indonesia: Bagaimana nasibnya
<
http://www.biologi.lipi.go.id/index.php/9-yt-sample-data/category1/622-pohon-pohon-langka-indonesia-bagaimana-nasibnya>
0 comments:
Post a Comment