Tanggungjawab orang tua adalah
melindungi putera-puterinya dari segala hal yang berpotensi mengganggu
perkembangan fisik dan psikisnya. Orang tua dapat mengurangi ketergantungan
anak terhadap TV dengan meluangkan waktu beraktifitas bersama anak. Kegiatan olah
raga, menggambar rekreasi atau membaca bersama dapat menjadi alternatif pilihan
aktivitas anak. Orang tua hendaknya mengenalkan kegiatan membaca dalam kontek
"mengenalkan huruf" kepada putra-putrinya. Sebab Islam mengajarkan
bahwa kunci ilmu pengetahuan adalah membaca. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
QS.Al'Alaq ayat 1 yakni pada lafadz Iqro atau
" Bacalah ". Allah Swt mengajarkan pengetahuan kepada
manusia melalui Kalam. Esensi kegiatan membaca adalah menyerap manfaat dari
materi yang dibaca. Membaca dan menulis merupakan salah satu bentuk interaksi
pada proses belajar.
Kegiatan membaca mempunyai beragam
manfaat. Orang yang terbiasa membaca buku dapat terhindar dari kerusakan otak
dimasa tua. Selain itu, kegiatan membaca mampu merangsang pertumbuhan sel-sel
baru jaringan otak pada masa pertumbuhan. Hal ini berdasar riset terakhir
tentang otak. Membaca dapat menambah kata-kata dan pengetahuan akan ragam
ungkapan kreatif, membaca dapat pula memicu imajinasi dan kreatifitas anak.
Sering kali orang tua kebingungan
menemukan cara untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Sebab orang tua belum
sepenuhnya memahami fase-fase perkembangan anak-anak sehingga usaha mereka
menumbuhkan minat baca tidak berjalan secara efektif. Dan makalah ini membahas
tentang aspek psikologis anak kaitannya dengan menumbuhkan minat baca.
A. Mengenal ciri-ciri
perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun.
Papalia dan Odd ( 1987 ) membagi
masa kanak-kanak dalam lima tahap:
1.
Masa Prenatal, yaitu :
diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2.
Masa Bayi dan Tatih,
yaitu : saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi. Dan selepas
18 bulan, bayi mulai belajar berjalan dan dinamakan sebagai masa tatih.
3.
Masa kanak-kanak pertama,
yaitu : rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal dengan masa pra-sekolah.
4.
Masa kanak-kanak kedua,
yaitu : rentang usia 6-12 tahun yang dikenal sebagai masa sekolah.
5.
Masa Remaja, yaitu :
rentang usia 12- 18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak
menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari
kungkungan orang tua-nya.
Masa kanak-kanak pertama, yaitu
rentang usia 3-6 tahun memegang peran penting diantara lima tahap tersebut
diatas. Masa tersebut disebut juga masa pertumbuhan dan masa pembelajaran.
Sebab pada usia tersebut, anak-anak mengalami perkembangan kemampuan fisik,
mental dan intelektual yang signifikan. Sehingga masa tersebut merupakan waktu
yang baik untuk menanamkan nilai-nilai ataupun pengetahuan. Namun metode yang
digunakan hendaknya menggunakan pendekatan yang non-formal ( tidak mengacu pada
kurikulum) karena rentang usia tersebut anak-anak masih menikmati masa bermain.
Idealnya, pendekatan dilakukan melalui
pengenalan obyek tiga dimensi, semisal : puzzle. Hal tersebut mengacu pada
hasil penelitian Sue Moskowitz dalam Reni Akbar-Hawadi ( 2001) terhadap
sejumlah anak yang diajar membaca pada waktu dini menunjukkan bahwa anak-anak
tersebut tidak mampu mempertahankan kelebihan-kelebihan yang mereka peroleh
dari teman sekelasnya yang tidak dapat membaca sebelum cukup umur.
B. Ciri-ciri perkembangan
anak usia 3-6 tahun.
Ada tiga ciri yang menandai
perkembangan anak-anak pada usia 3-6 tahun. Ketiganya meliputi :
1.
Perkembangan Fisik :
Pada rentang ini, anak-anak mengalami perkembangan yang meliputi : tinggi dan berat
badan yang bertambah, otot-otot yang semakin kuat, tanggalnya gigi susu dan
berganti dengan gigi tetap. Serta kapasitas otak yang berkembang menjadi 75 %
berat orang dewasa.
2.
Perkembangan motorik : Keterampilan motorik, semisal :
berjalan, berlari maupun aktivitas koordinasi antar organ tubuh mengalami
perkembangan pesat pada rentang usia ini. Kemampuan keseimbangan anak untuk
mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan turut mengalami perkembangan.
Sehingga mereka dapat memanipulasi objek-objek kecil.
3.
Perkembangan intelektual : Rasa ingin tahu yang besar terlihat
pada usia 3-6 tahun. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar
hal-hal yang baru. Oleh sebab itu maka dikenal istilah Questioning Age. Sebab
pada usia 3 tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia
6 tahun.
C. Memupuk minat baca
pada anak.
Perkembangan motorik yang pesat pada
usia 3-6 tahun merupakan faktor yang signifikan untuk anak belajar membaca, mengenal macam-macam bentuk dan
huruf. Pada fase ini dikenal istilah Semiotics
Function yakni: kemampuan anak usia 2-4 tahun dalam membuat dan mengenali
simbol atau objek yang ada. Disarankan pada anak usia 3 tahun, dilakukan usaha
pemenuhan rasa keingintahuan dan memenuhi hasrat penjelajahannya akan
lingkungan sekitarnya dengan memberikan rangsangan. Bentuk rangsangan berupa
ketersediaan alat bantu pembelajaran dan mentoring. Alat bantu pembelajaran
dapat dibuat sendiri dari benda-benda disekeliling kita. Kita dapat menggunting
gambar-gambar yang menarik pada majalah bekas lalu menempelkannya pada kertas
kosong serta memberikan nama pada gambar tersebut. Sedangkan mentoring
berlangsung dengan memberikan instruksi atau informasi awal tentang makna
gambar tersebut dan memandu anak agar dapat memahami benda yang dimaksud. Mentoring
dilakukan berulang-ulang untuk melatih fungsi memori pada anak.
Namun
proses diatas merupakan salah satu aspek saja dari kegiatan membaca.
Seyogyanya, kegiatan membaca diajarkan secara komprehensif agar mendapatkan
hasil yang maksimal. Secara teoritis,
kegiatan membaca menurut Budiharti (1983) mengutip pendapat Gray (dalam Dalman,
1974) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu:
1.
Pengenalan kata-kata : kegiatan ini menekankan pada
pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai
simbol, istilahnya decoding.
2.
Pengertian : Selain mengenali
simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
3.
Reaksi :
Diharapkan ada reaksi terhadap yang
dibaca.
4.
Penggabungan : Asimilasi ide-ide yang
dihadapkan dari mereka dengan pengalaman si pembaca dimasa lalu.
Perlu
diperhatikan pula bahwa untuk menarik perhatian anak agar menaruh
perhatian dan penghargaan terhadap buku
maka pada masa kanak-kanak awal ini,
anak dilatih tentang bagaimana cara memegang buku, membuka halaman, mengenal
gambar dan mengembalikan buku pada tempatnya. ( Pakasi, 1990 dalam Budiharti,
1983).
Tetapi penerapan teori tersebut tidaklah
semudah membalikkan tangan. Sebab anak-anak cenderung melakukan penolakan terhadap
hal-hal yang bersifat baku dan intruksional. Untuk mengatasinya maka para orang
tua hendaknya merujuk pada metode Hooper. Mengutip Hooper " Pekerjaan anak-anak adalah bermain. Anak-anak
belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan ”. Apa pun yang ingin kita
berikan dan menurut kita penting untuk dipelajari oleh anak-anak kita termasuk
usaha kita untuk mengenalkan buku dan cara membacanya harus disampaikan dalam
konteks bermain. Ada enam langkah untuk menumbuhkan minat baca pada anak yang
patut disimak:
1.
Pertama :
Pilihlah
bahan bacaan yang menarik bagi anak anda dan bacakanlah cerita tiap hari
mengenai apa yang ingin disampaikan buku tersebut. Orang tua dapat memilihkan
buku cerita bergambar yang bercerita tentang kisah-kisah religi, fabel ataupun
pengetahuan. Sehingga sejak kecil secara tidak langsung mereka mengenal
lingkungan sekitarnya.
2.Kedua :
Mencoba
menghubungkan indra dengan aktivitas membaca. Jika bayi anda bisa melihat menyentuh,
merasakan serta mendengarkan dan melihat kata maka dia pun sudah bisa melakukan
aktivitas membaca. Misalnya: berikanlah sebuah jeruk pada anak anda. Mintalah
dia untuk menyentuh, merasakan, membaui dan memakannya. Lalu, namai sesuatu
yang baru dimakannya dengan mengeja J-E-R-U-K dan ajak putera anda untuk melakukannya
berulang-ulang. Maka anak anda akan merekam semua itu. Dan dia telah melakukan aktivitas membaca.
3.Ketiga :
Membantu
anak anda menamai benda yang bisa dia lihat. Sesekali ajak anak anda melakukan
tadabbur alam ke kebun binatang. Biarkan anak anda mengenali benda sekeliling
yang dianggap menarik baginya.Apabila dia telah terfokus pada suatu benda dan
dia kesulitan mengidentifikasinya, Bantulah dia menemukan padanan nama yang
sesuai terhadap benda tersebut.
4. Keempat :
Memberikan
nama kepada apa saja yang dapat dilakukan oleh anak. Semisal: Jika anak anda sedang
menggambar namun dia tidak mengetahui nama aktivitas yang dia lakukan, Maka
ambillah selembar kertas, gambar posisi dia sedang menggambar dan tulislah aktivitas
yang sedang dia lakukan.Beritahu dia tentang aktivitasnya berdasarkan gambar
tersebut dan biarkan dia untuk menyimpan informasi tersebut.
5.Kelima :
Mengenalkan
kegiatan membaca dengan permainan fonetik.Buatlah kotak yang berisi nama benda
dan padanan kata pada beberapa bahasa.Namun hendaknya struktur nama benda tersebut sederhana dan dengan
kombinasi huruf vokal yang pendek. Ajaklah putera anda untuk bermain tebakan
dengan kotak yang telah anda buat tadi.
6. Keenam :
Mengajak
anak anda bermain menggunakan kata kunci. Permainan ini menggunakan 450 kata yang
sering digunakan dan 3 set kartu yang berisi unsur kata tersebut. Orang tua menunjukkan satu yang tebal dan
anak-anak mencoba menemukan pasangan kata diantara kartu mereka. Anak yang
dapat menyelesaikan permainan tersebut maka dialah pemenangnya.
Menumbuhkan
minat baca pada anak merupakan pekerjaan menantang. Kita dituntut memahami fase
perkembangan anak untuk menentukan metode apa yang cocok bagi mereka untuk
menyukai aktivitas baca. Dan fase yang paling optimal ialah pada rentang usia
3-6 tahun karena aktivitas motorik dan intelejensia anak mengalami perkembangan
yang signifikan. Metode bermain merupakan pendekatan ideal bagi rentang usia
tersebut.
Selain
itu, kegiatan membaca dapat dikenalkan melalui mendongeng sebab merupakan cara yang efektif untuk
menumbuhkan minat baca pada anak. Selain itu, mendongeng dapat membentuk
kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Anak merasa dicintai karena orang tua mau
meluangkan waktu untuk menemani dan berbagi cerita dengan mereka. Dengan
tumbuhnya minat baca sejak usia dini diharapkan akan muncul generasi penerus
yang berkualitas, berwawasan luas dan berakhlul karimah. Setelah membaca
artikel ini tergerakkah anda sebagai orang tua untuk membentuk generasi yang
berkualitas? Tunggu apa lagi, Pergilah perpustakaan, pinjam setumpuk buku dan
mulailah membaca bersama anak anda. Sekian.
Daftar Pustaka.
Akbar-Hawadi, Reni.
Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia, 2001.
0 comments:
Post a Comment