Sunday, 13 November 2016

KILAS PERISTIWA : GAHARU UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Hutan menyediakan segala kebutuhan manusia. Termasuk didalamnya, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti: madu, rotan, sumber mata air dan gaharu. Pesan tersebut coba disampaikan Kemententerian Kehutanan melalui acara Gelar Teknologi yang bertema: ”Iptek Kehutanan untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Acara yang berlangsung selama 2 (dua) hari tanggal 30 November sampai tanggal 1 Desember 2011 bertempat di aula Bupati Sumba Barat, Jalan Waigero. Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan (Puskonser), Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPKK) dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat. Dan salah satu rangkaian acara tersebut yang berhasil menarik animo peserta adalah Praktek Lapang Inokulasi Gaharu.
Praktek lapang tersebut berlangsung selama 1 (satu) hari (1/12/2011) bertempat di kediaman Bapak Domingus HR Dima Km.3 Sobawai Kelurahan Diratema Kecamatan Loli Sumba Barat. Sebanyak 125 peserta yang berasal dari unsur komisi B DPRD Kabupaten Sumba Barat, muspika, penyuluh kehutanan, kepala desa, tokoh masyarakat dan petani turut berpartisipasi pada kegiatan tersebut. Peserta terlihat antusias menyimak penjelasan Ir. Erdy Santoso, MSc, pakar gaharu dari Puskonser, tentang cara mengidentifikasi tanaman inang gaharu dan cara penularan jamur ke inang gaharu. Menurut Ir. Erdy Santoso, salah ciri mengidentifikasi tanaman inang gaharu dengan melihat tekstur daun. Apabila daun tanaman inang gaharu disobek maka pada penampang daun tersebut akan terlihat serat daun. Ciri tersebut tidak dimiliki oleh tanaman selain inang gaharu. Adapun jenis tanaman inang gaharu yang banyak ditemui di Sumba Barat bernama latin Gyrinops. Dan jenis tanaman yang dijadikan praktek termasuk jenis Gyrinops. Kebanyakan peserta terlihat tersadar bahwa selama ini banyak tanaman inang gaharu yang berada disekelilingnya. Namun selama ini mereka tidak menyadari keberadaannya.
Selanjutnya pakar gaharu tersebut menjelaskan bagaimana cara mempersiapkan bahan penularan gaharu ke tanaman inang. Adapun bahan yang dipersiapkan adalah jamur yang dibawa khusus dari Bogor, Blender dan Mesin bor kayu. Ir. Erdy, M.Sc menjelaskan bahwa jamur perlu diblender terlebih dahulu guna menghancurkan benang jamurnya. Sehingga benang jamur tersebut tidak menyumbat pipet suntik pada saat pengambilan inokulan gaharu. Selanjutnya pada penyiapan lubang inokulan gaharu perlu diperhatikan bahwa kadalaman maksimal lubang 1/3 dari diameter pohon. Dan jarak antar lubang berkisar antara 20 cm untuk tingginya dan 5 cm antar sisi lubang. Setiap lubang disuntikan 1 cc jamur inokulan gaharu. Setidaknya diperlukan waktu sekitar 8 bulan guna memastikan bahwa jamur inokulan gaharu berhasil bersenyawa dengan tanaman inang menghasilkan gaharu. Adapun ciri inokulan gaharu berhasil adalah perubahan warna kecoklatan dan bau harum yang keluar dari lubang-lubang tersebut. Setelah itu, setiap peserta praktek lapang diberikan kesempatan mempraktekkan cara menularkan jamur ke tanaman inang gaharu.
Jika ditilik dari aspek ekonomisnya maka komodiri gaharu memiliki prospek yang bagus. Mengingat saat ini kelas Super King gaharu dihargai 30 juta per-kg untuk pasaran internasional (data Puskonser). Merujuk hal tersebut, Ir. Pella Tode selaku Ka. Dishut Kab. Sumba  Barat disela-sela penutupan kegiatan berhadap peserta guna mensosialisasikan ilmu dan pengalaman yang didapat kepada masyarakat dilingkungan sekitarnya. Dengan pengetahuan yang dimiliki serta potensi HHBK yang terdapat di Sumba Barat, bukan tidak mungkin jika dimasa mendatang daerah ini menjadi daerah penghasil komoditas gaharu diwilayah Nusa Tenggara Timur.

0 comments: