Pencanangan Pengembangan Cendana Berbasis
Masyarakat yang diresmikan Menteri Kehutanan, MS Kaban pada hari Kamis, 12
Februari 2009 berjalan lancar. Walaupun lokasi pencanangan yang terletak di
desa Ponain Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang sempat diguyur hujan selama
beberapa hari dan mengakibatkan kondisi jalan menuju lokasi becek dan licin.
Namun kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme warga mengikuti kegiatan
ini. Desa Ponain yang terletak diketinggian 500 mdpl sengaja dipilih sebagai
lokasi pencanangan karena desa ini merupakan pilot project penelitian Balai
Penelitian Kehutanan Kupang (BPK Kupang) bekerjasama dengan Lemlit Universitas
Nusa Cendana. Penelitian Pengembangan Cendana berbasis Masyarakat telah
berjalan sejak tahun 2007 sampai 2008. Dalam kurun waktu tersebut, telah
terbina 10 kelompok tani binaan di desa Ponain dan 7 kelompok tani di desa
Nesbatan. Rombongan Menhut didampingi
Gubernur NTT beserta jajarannya tiba dilokasi pada pukul 11.00 WITA. Rombongan
disambut tarian Gong diiringi pengalungan selendang oleh tetua adat. Selain
Menhut dan Gubernur, tampak hadir pada acara ini para pejabat eselon I dan II
dari Departemen Kehutanan dan Pemerintah Propinsi NTT, Ketua Komisi I DPR RI,
Deputi Kementrian Negara Daerah Tertinggal, Deputi Bappenas, Rektor Undana, para
Bupati se-daratan Timor, Peneliti, Akademisi, LSM serta masyarakat sekitar.
Kepala
Badan Litbang Kehutanan, Dr.Ir. Fathoni, M.Sc membuka rangkaian acara. Dalam
sambutannya, Ka. Badan Litbang Kehutanan menyampaikan maksud dan tujuan
penyelenggaraan acara ini. Populasi cendana (Santalum album linn.) semakin langka akibat eksploitasi sejak
1980-1990 serta kebijakan masa lalu yang merugikan masyarakat. Sehingga
masyarakat enggan menanam cendana di lahan miliknya. Kondisi tersebut sempat
disampaikan pada saat kunjungan kerja Menhut tahun 2006. Dan Menhut merepon
positif dengan memprakarsai pelestarian cendana. Kegiatan ini merupakan tindak
lanjut prakarsa Menteri Kehutanan tersebut. Pengembangan Cendana Berbasis
Masyarakat bertujuan menggelorakan kembali semangat menanam cendana dan
mendorong para Bupati se-daratan Timor untuk membuat kebijakan yang kondusif.
Sehingga cendana dapat lestari, ekonomi masyarakat terangkat serta Pendapatan
Asli Daerah (PAD) meningkat. Badan Litbang Kehutanan siap menyediakan bibit
cendana yang perolehannya berasal dari tehnik vegetatif dan generatif. Badan
Litbang Kehutanan terus berusaha mencari metode perbanyakan bibit, salah
satunya perbanyakan melalui tehnik kultur jaringan serta pembangunan kebun
bibit ex-situ di Gunung Kidul pada tahun 2003. Dan hasilnya cukup
menggembirakan. Pada akhir sambutannya, Ka. Badan melaporkan kepada Menhut
bahwa telah dilaksanakan pra-kegiatan berupa: Sosialisasi pencanangan pada
tanggal 11 Februari 2009 bertempat di Hotel Sasando yang dipandu oleh Kepala Pusat
Informasi Kehutanan. Pada malam harinya digelar Talkshow dengan pembicara
Ka.Badan Litbanghut di TVRI Kupang. Dari acara tersebut berhasil
mengidentifikasi 3 (tiga) kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan cendana,
yakni: 1.) Ketersediaan bibit, 2.) Adanya pendampingan dan 3.) Tersedianya regulasi
yang kondusif agar masyarakat dapat memanen cendana tanpa kesukaran.
Selanjutnya,
Drs. Frans Lebu Raya selaku Gubernur NTT memaparkan kondisi perkembangan
cendana di NTT. Pohon cendana merupakan tanaman lokal endemik yang sebarannya
meliputi: P.Alor, P.Timor, Flores Timur dan P.Sumba. Eksploitasi cendana sudah
berlangsung sejak abad Ke-15 dan diperdagangkan antar pulau. Cendana, sebagai
komoditas perdagangan, mempunyai nilai ekonomis tinggi. Karena tanaman ini menghasilkan
minyak santol yang beraroma wangi. Namun ekspolitasi pada kurun waktu
1980-1990-an mengakibatkan populasi cendana merosot drastis. Data inventarisir
Dinas Kehutanan propinsi NTT tahun 1987 menunjukkan populasi cendana sebanyak
544.952 pohon dan tahun 1997 sejumlah 290.004 pohon yang tersisa. Padahal
cendana memberikan kontribusi PAD NTT sebesar 27, 6 % dan devisa negara senilai
$ 734.239 pada tahun 1996.
Berdasar kondisi tersebut maka pemerintah propinsi NTT di bawah kepemimpinan
Gubernur Frans Lebu Raya bertekad mengembalikan wangi cendana ke NTT. Tindakan
yang telah dilakukan antara lain mencabut Perda Propinsi tahun 1996 dan
menggalakaan program: Tanam..Tanam...Sekali lagi Tanam..dan Rawatlah. Diharapkan lima belas tahun kedepan,
cendana kembali menjadi ikon NTT.
Sebelum meresmikan pencanangan secara
simbolis, Menhut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengembangkan
cendana. Sehingga NTT dapat sejahtera dan makmur dengan cendana. Pada
sambutannya, Menhut meyakinkan masyarakat NTT pada umumnya dan Ponain pada
khususnya untuk menghilangkan trauman menanam cendana. Menhut menegaskan bahwa: ”Semua pohon cendana yang ditanam pada
hari ini akan menjadi milik masyarakat”. Pernyataan Menhut tersebut disamput
antusiame warga yang hadir pada saat itu. Pada kesempatan yang sama, Menhut
turut mensosialisasikan program : Kecil Menanam Dewasa Memanen, Dewasa Menanam
Tua Memanen, Tua Menanam Cucu Memanen. Menhut mengingatkan bahwa pencanangan
ini harus diiringi semangat dan optimisme. Karena kondisi geografis NTT yang
gersang hanya bisa ditahlukkan dengan semangat baja. Dan cendana merupakan
tanaman yang sesuai dengan kondisi NTT. Menhut turut menghimbau para Bupati
se-daratan Timor untuk tidak menyalahgunakan wewenang pengelolaan kawasan
hutan. ”Kawasan hutan tidak dapat dimiliki namun bisa dimanfaatkan khususnya
untuk pembangunan Hutan Tanaman Rakyat” ucap Menhut. Diakhir sambutannya,
Menhut menyampaikan bahwa Departemen Kehutanan mengganggarkan 1,4 Trilyun untuk
pengembangan Hutan Tanaman Rakyat dan Kebutuhan dunia akan minyak cendana mencapai 200 ton/tahun.
Diharapkan lima belas tahun kedepan, 50 % kebutuhan dunia akan terpenuhi dari
NTT.
Puncak kegiatan ditandai dengan
penanaman anakan cendana sebanyak 112 buah secara simbolis. Menhut mengawali
penanaman dan berturut-turut diikuti Gubernur NTT, para pejabat eselon I dan II
dan para undangan lainnya. Anakan cendana tersebut ditanam pada lubang tanam
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Disekitar lubang-lubang tersebut ditanami
anakan turi dan tomat. Tanaman turi berguna sebagai inang bagi anakan cendana.
Karena cendana menyerap sari makanan dari akar tumbuhan inangnya pada fase awal
pertumbuhannya. Sedangkan tomat merupakan komoditi pertanian unggulan desa
Ponain. Rata-rata penduduk Ponain berprofesi sebagai petani sayur yang memasok kebutuhan sayur mayur Kota
Kupang dan sekitarnya. Selanjutnya Menhut beserta rombongan meninjau stan
pameran. Pada stan pameran menampilan hasil-hasil penelitian pengembangan
cendana, leaflet, poster serta bermacam hasil kerajinan cendana berupa: kipas,
tasbih, pulpen, dupa dan akar cendana
yang berusia 35 tahun serta minyak cendana. Acara tersebut sekaligus mengakhiri
rangkaian kegiatan Pencanangan Pengembangan Cendana Berbasis Masyarakat di NTT.
Dan Menhut beserta rombongan meninggalkan lokasi pada pukul 14.00 WITA.
0 comments:
Post a Comment