Sunday, 13 November 2016

Kilas Peristiwa: PENCANANGAN PENGEMBANGAN CENDANA BERBASIS MASYARAKAT DI NUSA TENGGARA TIMUR

(KUPANG, 12/02/09 -- Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya selesai menanam anakan cendana dalam rangka Pencanangan Pengembangan Cendana Berbasis Masyarakat di Desa Ponaian Kec. Amarasi Kab.Kupang-istimewa)
Pencanangan Pengembangan Cendana Berbasis Masyarakat yang diresmikan Menteri Kehutanan, MS Kaban pada hari Kamis, 12 Februari 2009 berjalan lancar. Walaupun lokasi pencanangan yang terletak di desa Ponain Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang sempat diguyur hujan selama beberapa hari dan mengakibatkan kondisi jalan menuju lokasi becek dan licin. Namun kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme warga mengikuti kegiatan ini. Desa Ponain yang terletak diketinggian 500 mdpl sengaja dipilih sebagai lokasi pencanangan karena desa ini merupakan pilot project penelitian Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK Kupang) bekerjasama dengan Lemlit Universitas Nusa Cendana. Penelitian Pengembangan Cendana berbasis Masyarakat telah berjalan sejak tahun 2007 sampai 2008. Dalam kurun waktu tersebut, telah terbina 10 kelompok tani binaan di desa Ponain dan 7 kelompok tani di desa Nesbatan. Rombongan Menhut  didampingi Gubernur NTT beserta jajarannya tiba dilokasi pada pukul 11.00 WITA. Rombongan disambut tarian Gong diiringi pengalungan selendang oleh tetua adat. Selain Menhut dan Gubernur, tampak hadir pada acara ini para pejabat eselon I dan II dari Departemen Kehutanan dan Pemerintah Propinsi NTT, Ketua Komisi I DPR RI, Deputi Kementrian Negara Daerah Tertinggal, Deputi Bappenas, Rektor Undana, para Bupati se-daratan Timor, Peneliti, Akademisi, LSM serta masyarakat sekitar.
            Kepala Badan Litbang Kehutanan, Dr.Ir. Fathoni, M.Sc membuka rangkaian acara. Dalam sambutannya, Ka. Badan Litbang Kehutanan menyampaikan maksud dan tujuan penyelenggaraan acara ini. Populasi cendana (Santalum album linn.) semakin langka akibat eksploitasi sejak 1980-1990 serta kebijakan masa lalu yang merugikan masyarakat. Sehingga masyarakat enggan menanam cendana di lahan miliknya. Kondisi tersebut sempat disampaikan pada saat kunjungan kerja Menhut tahun 2006. Dan Menhut merepon positif dengan memprakarsai pelestarian cendana. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut prakarsa Menteri Kehutanan tersebut. Pengembangan Cendana Berbasis Masyarakat bertujuan menggelorakan kembali semangat menanam cendana dan mendorong para Bupati se-daratan Timor untuk membuat kebijakan yang kondusif. Sehingga cendana dapat lestari, ekonomi masyarakat terangkat serta Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Badan Litbang Kehutanan siap menyediakan bibit cendana yang perolehannya berasal dari tehnik vegetatif dan generatif. Badan Litbang Kehutanan terus berusaha mencari metode perbanyakan bibit, salah satunya perbanyakan melalui tehnik kultur jaringan serta pembangunan kebun bibit ex-situ di Gunung Kidul pada tahun 2003. Dan hasilnya cukup menggembirakan. Pada akhir sambutannya, Ka. Badan melaporkan kepada Menhut bahwa telah dilaksanakan pra-kegiatan berupa: Sosialisasi pencanangan pada tanggal 11 Februari 2009 bertempat di Hotel Sasando yang dipandu oleh Kepala Pusat Informasi Kehutanan. Pada malam harinya digelar Talkshow dengan pembicara Ka.Badan Litbanghut di TVRI Kupang. Dari acara tersebut berhasil mengidentifikasi 3 (tiga) kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan cendana, yakni: 1.) Ketersediaan bibit, 2.) Adanya pendampingan dan 3.) Tersedianya regulasi yang kondusif agar masyarakat dapat memanen cendana tanpa kesukaran.
            Selanjutnya, Drs. Frans Lebu Raya selaku Gubernur NTT memaparkan kondisi perkembangan cendana di NTT. Pohon cendana merupakan tanaman lokal endemik yang sebarannya meliputi: P.Alor, P.Timor, Flores Timur dan P.Sumba. Eksploitasi cendana sudah berlangsung sejak abad Ke-15 dan diperdagangkan antar pulau. Cendana, sebagai komoditas perdagangan, mempunyai nilai ekonomis tinggi. Karena tanaman ini  menghasilkan  minyak santol yang beraroma wangi. Namun ekspolitasi pada kurun waktu 1980-1990-an mengakibatkan populasi cendana merosot drastis. Data inventarisir Dinas Kehutanan propinsi NTT tahun 1987 menunjukkan populasi cendana sebanyak 544.952 pohon dan tahun 1997 sejumlah 290.004 pohon yang tersisa. Padahal cendana memberikan kontribusi PAD NTT sebesar 27, 6 % dan devisa negara senilai          $ 734.239 pada tahun 1996. Berdasar kondisi tersebut maka pemerintah propinsi NTT di bawah kepemimpinan Gubernur Frans Lebu Raya bertekad mengembalikan wangi cendana ke NTT. Tindakan yang telah dilakukan antara lain mencabut Perda Propinsi tahun 1996 dan menggalakaan program: Tanam..Tanam...Sekali lagi Tanam..dan Rawatlah. Diharapkan lima belas tahun kedepan, cendana kembali menjadi ikon NTT.
            Sebelum meresmikan pencanangan secara simbolis, Menhut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengembangkan cendana. Sehingga NTT dapat sejahtera dan makmur dengan cendana. Pada sambutannya, Menhut meyakinkan masyarakat NTT pada umumnya dan Ponain pada khususnya untuk menghilangkan trauman menanam cendana.  Menhut menegaskan bahwa:     ”Semua pohon cendana yang ditanam pada hari ini akan menjadi milik masyarakat”. Pernyataan Menhut tersebut disamput antusiame warga yang hadir pada saat itu. Pada kesempatan yang sama, Menhut turut mensosialisasikan program : Kecil Menanam Dewasa Memanen, Dewasa Menanam Tua Memanen, Tua Menanam Cucu Memanen. Menhut mengingatkan bahwa pencanangan ini harus diiringi semangat dan optimisme. Karena kondisi geografis NTT yang gersang hanya bisa ditahlukkan dengan semangat baja. Dan cendana merupakan tanaman yang sesuai dengan kondisi NTT. Menhut turut menghimbau para Bupati se-daratan Timor untuk tidak menyalahgunakan wewenang pengelolaan kawasan hutan. ”Kawasan hutan tidak dapat dimiliki namun bisa dimanfaatkan khususnya untuk pembangunan Hutan Tanaman Rakyat” ucap Menhut. Diakhir sambutannya, Menhut menyampaikan bahwa Departemen Kehutanan mengganggarkan 1,4 Trilyun untuk pengembangan Hutan Tanaman Rakyat dan Kebutuhan dunia akan  minyak cendana mencapai 200 ton/tahun. Diharapkan lima belas tahun kedepan, 50 % kebutuhan dunia akan terpenuhi dari NTT.

Puncak kegiatan ditandai dengan penanaman anakan cendana sebanyak 112 buah secara simbolis. Menhut mengawali penanaman dan berturut-turut diikuti Gubernur NTT, para pejabat eselon I dan II dan para undangan lainnya. Anakan cendana tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya. Disekitar lubang-lubang tersebut ditanami anakan turi dan tomat. Tanaman turi berguna sebagai inang bagi anakan cendana. Karena cendana menyerap sari makanan dari akar tumbuhan inangnya pada fase awal pertumbuhannya. Sedangkan tomat merupakan komoditi pertanian unggulan desa Ponain. Rata-rata penduduk Ponain berprofesi sebagai petani  sayur yang memasok kebutuhan sayur mayur Kota Kupang dan sekitarnya. Selanjutnya Menhut beserta rombongan meninjau stan pameran. Pada stan pameran menampilan hasil-hasil penelitian pengembangan cendana, leaflet, poster serta bermacam hasil kerajinan cendana berupa: kipas, tasbih, pulpen, dupa  dan akar cendana yang berusia 35 tahun serta minyak cendana. Acara tersebut sekaligus mengakhiri rangkaian kegiatan Pencanangan Pengembangan Cendana Berbasis Masyarakat di NTT. Dan Menhut beserta rombongan meninggalkan lokasi pada pukul 14.00 WITA.

0 comments: