Wednesday, 10 May 2017

Berbagi Pengalaman Berburu Beasiswa Ilmu Perpustakaan.

Creative commons

Pameo 'Tuntutlah ilmu sampai negeri seberang' mengilhami saya untuk senantiasa menuntut ilmu. Artikel ini menceritakan pengalaman pribadi saya dalam berburu beasiswa sejak jenjang D-III Teknisi Perpustakaan, Universitas Airlangga di Surabaya sampai jenjang Strata 2 Manajemen Informasi, Universitas Australia Selatan di Adelaide.
Saya termotivasi kuliah di D-III Teknisi Perpustakaan karena hobi membaca buku. Walaupun jurusan tersebut tidaklah sepopuler jurusan hukum, kedokteran, maupun akuntansi, namun hal tersebut tidak menyurutkan niatku belajar ilmu perpustakaan. Selain itu, perkembangan internet sangat masif pada tahun 2000 sehingga setiap orang dapat memproduksi informasi melalui internet. Konsekuensinya adalah ledakan informasi dan industri membutuhkan profesional yang mampu mengelola informasi. Lulusan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi akan banyak dibutuhkan karena mereka memiliki kompetensi di bidang pengelolaan informasi. Pada waktu itu, saya kebetulan membaca peluang tersebut sehingga saya memantapkan diri belajar ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi di Universitas Airlangga. Selama kuliah, saya mengasah soft skill dengan cara mengikuti berbagai diklat pengembangan diri dan bergabung dengan sejumlah organisasi ekstra kampus sehingga saya mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, menganalisis masalah, bekerja dalam tim dan memperluas jejaring pertemanan.  Berbagai kesibukan tersebut menyita waktu. Namun saya berkomitmen memprioritaskan kemajuan akademik sehingga saya senantiasa membaca ulang catatan perkuliahan di sela-sela waktu luang. Cara belajar tersebut cukup efektif sehingga saya memperoleh Indeks Prestasi diatas 3 dan mendapatkan beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA). Selain itu, saya berhasil menyelesaikan Diploma III tepat waktu.
Saya sempat gamang menekuni profesi pustakawan selepas D-III. Alhasil, saya sempat bergonta-ganti pekerjaan dari seorang sales buku sampai menjadi tenaga honorer pada sebuah instansi pemerintah. Namun saya memprioritaskan melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1.  Saya pun bekerja dipagi hari sedangkan saya berkuliah di sore harinya. Hal tersebut mengajarkan pentingnya manajemen waktu. Alhasil, saya menyelesaikan S1-Administrasi Negara di tahun 2005. Pada tahun yang sama, saya resmi menjadi sebagai pustakawan pada Balai Litbang Kehutanan Kupang. Berbagai keterbatasan memicu saya untuk berinovasi dengan mengaplikasikan perpustakaan hibrid berbasis open source sehingga pelayanan perpustakaan di Balitbanghut Kupang dapat ditingkatkan tanpa membebani anggaran perpustakaan. Hal tersebut membuahkan hasil Pustakawan Berprestasi Tingkat Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Prestasi tersebut memberikan peluang kepada saya untuk mengikuti seleksi Australian Awards Scholarship tahun 2013. Beasiswa tersebut memberikan kesempatan bagi PNS maupun Swasta guna melanjutkan S2 di Australia. Adapun informasi detailnya dapat diakses pada http://australiaawardsindonesia.org/. Pada tahap awalnya, para pelamar diwajibkan mengisi formulir aplikasi beasiswa dan menuliskan usulan topik yang hendak dipelajari di Australia. Saya mengusulkan sebuah konsep tentang berbagi pengetahuan (knowledge sharing) di perpustakaan khusus. Selanjutnya, saya mendapatkan undangan seleksi wawancara dari sponsor. Tujuannya adalah menggali lebih dalam tentang motivasi melamar beasiswa, apa kontribusi yang telah dilakukan bagi pengembangan keilmuan dan masyarakat, serta apa rencana kedepan selepas mendapatkan beasiswa. Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban-jawaban yang logis, faktual, dan realistis. Maksudnya, jawaban tersebut harus masuk akal, nyata dan dapat diaplikasikan. Inti dari wawancara adalah bagaimana kita meyakinkan sponsor bahwa kita merupakan calon yang berkualitas. Selanjutnya, kita akan mampu berbuat perubahan yang positif walaupun dalam skala kecil karena calon penerima beasiswa adalah calon agen perubahan. Tahap kedua ada tes International English Language Test System (IELTS) dan tes tersebut merupakan prasyarat memperoleh Letter of Acceptance (LOA)  dari Universitas yang dituju. Rata-rata Universitas di Australia mensyaratkan nilai IELTS overall 6.5 untuk program S2 dan overall 7 untuk program S3.  Komponen IELTS meliputi Reading, Listening, Writing, dan Speaking. Materi-materi tes tersebut yang dapat diperoleh pada website https://www.ielts.org/ dan http://www.ielts-exam.net/. Ketekunan belajar, motivasi tinggi dan tenang mengerjakan soal menjadi kunci keberhasilan memperoleh nilai IELTS sesuai target. Alhamdulillah, saya mampu melewati serangkaian tes tersebut sehingga saya layak melanjutkan studi pada Master Information Management, University of South Australia periode Januari 2015 sampai Desember 2016.
Intisari dari pengalaman diatas adalah setiap usaha membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Segala tantangan dapat ditahlukkan oleh pribadi-pribadi yang memiliki motivasi internal yang tinggi dan selalu berinovasi. Selain itu, jadilah mahasiswa plus, yakni mahasiswa yang matang secara intelektual dan emosional. Kematangan tersebut dapat diraih melalui komitmen yang kuat dalam belajar dan membina hubungan dengan sesama manusia. Semoga sekelumit kisah pribadi saya dapat menjadi motivasi bagi adik-adik yang saat ini menempuh pendidikan D-III Teknisi Perpustakaan, Universitas Airlangga. -Pinusa-

2 comments:

Ahmad said...

Duplicated content at harga samsung galaxy j

Administrator said...

Terima kasih sudah mampir ke personal site ku