Monday, 6 April 2020

INISIATIF DALAM PENGEMBANGAN WISATA ILMIAH KAYU FOSIL DI GORONTALO


Museum Fosil Kayu mungkin masih terdengar asing ditelinga kita, namun siapa sangka bahwa nun jauh di Gorontalo terdapat sebuah museum fosil kayu yang menyimpan hampir 5,000 buah fosil kayu dengan berbagai ukuran. Yang mengagumkan lagi, museum tersebut berdiri atas inisiatif tokoh masyarakat desa Bobohu-Gorontalo bernama (Alm) Yosep Tajudin. Walaupun berumur relatif sangat muda, museum yang berdiri pada tahun 2015 tersebut  namun  batu Palapa, sebutan masyarakat lokal Gorontalo menyimpan sejarah panjang proses pembentukan fosil kayu asal Gorontalo. Beruntung penulis bertemu dengan Bapak Hasan, pengelola museum tersebut dan kami berkesempatan menggali informasi secara mendalam tentangr sejarah pendirian museum tersebut serta beragam hal koleksi kayu fosil tersebut.
Mengawali penuturannya, sebagian besar koleksi fosil kayu Gorontalo berasal dari sepanjang aliran sungai Tohupo, Kecamatan Bogumene, Kabupaten Gorontalo. Diantara koleksi kayu  fosil juga berasal dari ladang penduduk disekitar wilayah tersebut. Inisiatif awal pengumpulan koleksi didasari atas keingintahuan dan ketertarikan akan kekhasan corak batu yang setelah ditelusuri dan diteliti merupakan fosil kayu. Awalnya terkumpul 11 keping pecahan fosil kayu pada  rentang tahun 2013-2014 dan kepingan tersebut ditunjukkan kepada Bapak Yosep Tajudin selaku pengasuh pondok pesantren alam di desa Bobuho. Tak disangka sang pengasuh pesantren tersebut mendukung penuh usahanya tersebut.
Melanjutkan penuturannya, ternyata fosil kayu menyibak informasi terpendam seputar sejarah geofisik wilayah Gorontalo. Pada proses eskavasinya, beberapa fosil kayu masih berselimutkan  debu halus vulkanis (istilah: terva). Diperkirakan bahwa asal debu tersebut berasal dari gunung api purba yang ketika meletus kubahnya saat ini menjadi Danau Limboto. Setelah sekian juta tahun terpendam dalam lapisan vulkanis tersebut, batang pepohonan purba tersebut berubah teksturnya mengeras layaknya bebatuan. Proses penemuan fosil kayu di aliran sungai Tohupo berawal dari maraknya penambangan galian C didaerah tersebut. Setelah dilakukan penyaringan, fosil kayu tersebut dianggap tidak berguna dan teronggok begitu saja sampai diketemukan dan dikumpulkan oleh Bapak Hasan.
Jerih payah dan kerja kerasnya pun berbuah manis. Sampai saat ini, setidaknya sebanyak 3,000 orang berkunjung ke museum fosil kayu asal Gorontalo guna menambah pengetahuan maupun sekedar berwisata. Tak hanya wisatawan domestic, museum tersebut turut dikunjungi oleh wisatawan asing yang berasal dari Italia, Amerika, Perancis dan terbanyak berasal dari Belanda. Walaupun pengelola museum tidak mengenakan tiket masuk, namun pengunjung secara sukarela membantu biaya perawatannya. Uniknya pengunjung wajib memasukkan kelereng ke tempat tersedia sebagai penanda kunjungan. Saat ini museum tersebut dikelola oleh  keluarga besar Bapak Yoseph Tajudin. Harapannya kedepan, pihak pengelola ingin bersinergi dengan berbagai pihak guna mengenalkan museum tersebut go internasional melalui pengembangan wisata iilmiah fosil kayu region wallacea  (RAH)


0 comments: