Saturday, 11 April 2020

Penangkaran Kupu-kupu Taman Nasional Bantimurung dalam Ingatanku

Rehat sejenak dari kegiatan workshop pengelolaan jurnal elektronik yang diselenggarakan oleh salah satu instansi di Ujung pandang, kuputuskan untuk menerima ajakan teman berkunjung ke Taman Nasional Bantimurung. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan tersebut menuju lokasi TN Bantimurung.  Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan hijaunya persawahan yang memukau dengan latar berlakang deretan pegungung karst yang mmbentang di wilayah Sulawesi Selatan tersebut.
Salah satu ikon TN tersebut adalah kupu-kupu. Tentu kita mahfum dengan mahluk satu ini, hewan cantik tersebut merupakan hasil metamorfosis dari ulat.Sesampainya di pintu masuk kawasan TN Bantimurung, kami disambut oleh patung jagung raksasa dan kepala monyet yang berada tepat diatas pintu masuk. Sempat terbetik pertanyaan dalam batinku, kenapa bukan patung kupu-kupu saja ya. Bukankah TN Bantimurung identik dengan satwa kupu-kupunya ya. Oiya, letak penangkaran insitu kupu-kupu tidak berada jauh dari gerbang pintu masuk dengan ikon kepala monyet tersebut. Penangkaran tersebut mudah dikenali dengan kubah jaring-jaring dan beberapa pentunjuk jalan yang mudah ditemui. Setelah melapor kepada petugas kami pun diperkenankan memasuki penangkaran kupu-kupu tersebut.
Perasaaan takjub menyelimuti batin kami sesaat memasuki penaangkatan tersebut. Beragam warna kupu-kupu beterbangan seolah tanpa takut akan kehadiran kami. Ada pula kupu-kupu yang hinggap di daun pepohonan. Kosntruksi penangkaran kupu tersebut terlihat kokoh dan tinggi serta dikelilingi oleh jaring sehingga terlihat sebagai kandang besar. Konstruksi tersebut melindungi kupu-kupu dari gangguan satwa atau predatornya. Dalam penangkaran tersebut tersedia juga jalan setapak yang saling terhubung. Papan informasi pada pintu masuknya pun cukup informatif. Tak lupa, dalam kandang penangaran tersebut terdapat jembatan gantung dengan nama 'Helena Bridge'. Penulis mencoba adrenalin dengan menaiki tower jembatan setinggi puluhan meter tersebut. Sebelum melintasi jembatan gantung tersebut, petugas memakainan peralatan keamatan berupa harnes dan menyarankan mengikatkan ujung harnes ke tali baja. Selayang pandang, jembatan tersebut cukup aman sebab dibawahnya terdapat jaring pengamannya. Menurut petugas, jembatan tersebut berkapasitas 25 orang. Pertama melangkahkan kaki, hati sempet dibikin ciut nyali karena goyangannya yang keras. Penulis pun coba menjaga keseimbangan. Pelan tapi pasti, kaki ini pun melangkah dan tak terasa sampailah sampai ujung jembatan Helena. Sembari duduk beristirahat, ternyata pemandangan dari jembatan Helena ini cukup mengesankan. Sejauh mata memandang yang tampak hanyalah keasrian dan keindahan alam TN Bantimurung dengan hewan cantiknya, yakni: kupu-kupu. Puas menikmati pemandangan selanjutnya, penulis turun dan menyempatkan memasuki museum kupu-kupu. Koleksi kupu-kupu cantik yang telah diawetkan tertata rapi dengan deskripsi jenisnya yang informatif. Setidaknya, penulis jadi mengetahui jenis-jenis spesies kupu, jenis makananya dan proses metamorfosenya. Hari pun beranjak petang dan penulis pun bergegas meninggalkan TN Bantimurung dengan berjuta  kenangan. (RAH)

0 comments: