Friday, 25 September 2020

Menakar Plus dan Minus Kampanye Virtual


Publik terhenyak manakala pemerintah memilih opsi melanjutkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak manakala pandemi Covid-19 belum teratasi 1. Namun bagaimanapun opsi tersebut dipilih, tentu pemerintah telah memiliki pertimbangan yang matang. Nah sembari menunggu kepastian tahapan Pilkada yang akan menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Tentu tidak ada salahnya bagi awam untuk beropini terkait metode Pilkada di era New Normal tersebut.

Menilik pelaksanaan pemilihan baik Pemilu dan Pilkada dimasa lampau. Titik kruasial pengumpulan massa partisan dalam jumlah besar terletak pada tahap kampanye. Pada tahapan tersebut, pasangan calon (Pilkada) akan memobilisasi massa untuk mendengarkan orasi yang diselingi oleh hiburan. Tentu hal tersebut menjadi daya tarik orang untuk berkumpul dan berkerumun. Karakteristik unik kerumunan adalah berkumpul tanpa memandang keragaman latar belakang sosial ekonomi  dan umumnya kerumunan sulit untuk dikontrol. Hal tersebut merupakan tantangan bagi Komisi Pemilihan Umum untuk menentukan protokol dan desain kampanye yang ideal dengan mengadopsi standar pencehahan Covid-19, seperti menerapkan jaga jarak, pemakaian masker dan mencuci tangan secara berkala.

Namun kampanye tidak melulu bersifat konvensional dengan pengerahan massa. Ditengah masa pandemi ini, Amerika Serikat tengah menerapkan kampanye virtual guna mencegah kemunculan kluster baru penderita Covid-19 2. Prakteknya, para peserta konvensi presiden mengemas pesan kampanya kedalam bentuk audio visual dan mendistribusikannya melalui beragam channel media sosial yang dimiliki baik: Twitter, Facebook dan Youtube. Diyakini, perang opini didunia maya diantara para kandidat presiden di Amerika akan semakin sengit di era kampanye virtual tersebut. Walapun praktek kampanye 'udara' melalui media sosial sudah tidak asing di Indonesia. Namun sejauh ini, kampanye virtual menggunakan platform 'konverensi video' masih belum diujicobakan. Tentu, hal tersebut perlu diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya sehingga beragam resiko dapat diminimalkan pada hari-H nanti.

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan media konverensi video sebaga media kampanye pada Pilkada serentak 2020. Berikut daftar kelebihan dan kekurangan tersebut.

Kelebihan

  1. Kampanye virtual memiliki jangkauan diseminasi informasi yang luas sehingga efektif dalam pembiayaan
  2. Kampanye virtual dapat bersifat interaktif dengan memaksimalkan fitur-fitur yang telah ada pada media konverensi video
  3. Kampanye virtual mengontrol interaksi fisik sehingga mengurasi resiko penyebaran Covid-19
Kelemahan
  1. Terbatasnya interaksi fisik kampanye virtual mengurangi ikatan emosional dengan calon kada
  2. Tidak semua lapisan masyarakat menguasai aplikasi media konverensi video. Bagi generasi X, Y tidak terkendala beradaptasi dengan mengoperasikan aplikasi tersebut. Namun belum tentu generasi tua dan masyarakat yang memiliki keterbatasan akses interet mampu mengikuti kampanye virtual dengan baik.
  3. Aspek ketersediaan jaringan internet dan keamanan IT perlu diperhatikan guna mengurangi gangguan teknis seperti: kerusakan jaringan internet dan penyusup (hakcer) pada saat kampanye virtual berlangsung


Ulasan diatas setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana proses kampanye virtual berlangsung nantinya. Diyakini, masa pandemi Covid-19 sebagai momentum guna modernisasi proses Pilkada melalui pemanfaatan IT sebagai sarana kampanye secara virtual. Efektivitas kampanye virtual tersebut akan ditentukan oleh seberapa ideal protokol penyelenggaraan tahapan PILKADA yang dibuat KPU mengadopsi standar kesehatan. Terpenting, kampanye virtual perlu tetap diiringi militansi tim sukses untuk menyebarluaskan pesan kampanye dari calon Kada guna merebut simpati pemilih pada hari-H pencoblosan. Wassallam 



0 comments: