Pengantar
Sebuah frasa, yang berbunyi: ’Tidak ada yang abadi kecuali perubahan
itu sendiri’, menggambarkan betapa dinamisnya perubahan pada segala aspek
kehidupan. Siapa sangka mahluk kecil bernama virus Corona melumpuhkan hampir semua
sektor kehidupan dan mendorong terjadinya perubahan. Hal ini terjadi karena
penyebaran virus Corona yang sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua
negara. Virus Corona dapat mengakibatkan infeksi atau penyakit yang disebut Corona
Virus Disease 2019 atau Covid-19. World Health Organisation (WHO)
pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah Covid-19 menjadi pandemi global.
Tak hanya perekonomian yang lesu, perpustakaan sebagai lembaga publik
penyedia jasa informasi pun turut terdampak akibat dibatasinya aktivitas sosial
masyarakat. Hampir sebagian besar perpustakaan menutup layanan fisiknya dan
menggantikannya dengan layanan berbasis daring. Selanjutnya,
perpustakaan memberlakukan sistem kerja Work From Home (WFH) yang
mendorong para pustakawan tetap produktif dan kreatif melayani pemustaka.
Perubahan bentuk layanan dan pola kerja merupakan wujud adaptasi perpustakaan
sebagai langkah mencegah penyebarluasan Covid-19.
Nama perpustakaan R.I Ardi Koesoema belum sepopuler perpustakaan khusus lainnya. Namun siapa sangka, perpustakaan
khusus dibidang kehutanan yang diresmikan pada tahun 2004 ini telah menerapkan
sistem pengelolaan perpustakaan hibrida sejak 2010. Sistem tersebut memberikan
keuntungan tersendiri ditengah terbatasnya aktivitas sosial sebagai dampak
penerapan social dan physical distancing. Walaupun perpustakaan
ini secara resmi menutup layanan fisiknya mulai awal April 2020, tidak serta merta layanan informasinya
terhenti. Beberapa layanan rutin perpustakaan seperti: jasa penelusuran
informasi, bimbingan pemustaka, pengajuan ISBN, dan promosi perpustakaan
berubah format dari interaksi fisik menjadi interaksi virtual sebagai
bentuk adaptasi terhadap penerapan pembatasan fisik. Artikel ini mengulas ragam
adaptasi layanan perpustakaan, kendala serta solusinya sebagai media berbagi
pengetahuan antar pustakawan maupun pengelola perpustakaan.
Jembatan informasi itu bernama Telon (Telusur Informasi Online)
Sejak pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di awal April lalu, praktis aktivitas dan layanan secara
fisik di Perpustakaan RI Ardi Koesoema dihentikan sampai batas waktu tidak
ditentukan. Beruntung fasilitas OPAC pada website www.library.forda-mof.org/katalog dan Fanpage media sosial
beralamat www.facebook.com/Fordalibrary justru ramai didatangi pemustaka
yang berasal dari luar lembaga Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana perpustakaan tersebut bernaung. Mereka berasal dari latar belakang pendidikan
dan sosial yang beragam, namun sebagian besar merupakan akademisi, mahasiswa
dan praktisi kehutanan yang memiliki rasa keingintahuan terhadap perkembangan
IPTEK kehutanan. Pembatasan sosial yang berdampak pada pembatasan akses
informasi secara fisik dirasa pas menjadi momentum bagi perpustakaan RI Ardi
Koesoema untuk mengadaptasi penelusuran informasi secara fisik ke dalam sebuah
layanan berbasis daring dengan memanfaatkan saluran media sosial.
Berbekal poster dengan memuat kalimat persuasif yang berbunyi: ”Butuh
litelatur ?”. Kamu di rumah saja dan kami bantu mencarikan”, sengaja disisipkan anjuran beraktivitas di rumah
sebagai bagian dari kontribusi perpustakaan RI Ardi Koesoema dalam pencegahan Covid-19. Telusur informasi Online (Telon) resmi diluncurkan pada
tanggal 6 April 2020 melalui Fanpage Facebook Forda
Library. Cukup mengejutkan, ternyata program tersebut mendapat respon
positif dari sejumlah pemustaka. Topik tentang tanaman sekupau menjadi
permintaan pertama TELON dan pustakawan Perpustakaan RI Ardi Koesoema dengan
sigap menelusur informasi tersebut. Tidak terlalu sulit menemukan informasi
dimaksud disebabkan hampir 96 persen dari 30 ribuan judul koleksi Perpustakaan RI
Ardi Koesoema merupakan topik kehutanan. Berdasarkan kata kunci pada OPAC,
informasi sekupau ditemukan pada buku berjudul Tanaman Berguna Indonesia karya
Karel Heyne, seorang peneliti berkebangsaaan Belanda yang telah belasan tahun
menghabiskan waktunya meneliti jenis tanaman di Indonesia. Walaupun koleksi
sejenis sudah langka dan sulit ditemukan di pasaran, namun Perpustakaan RI Ardi Koesoema masih merawat dan menyimpan
koleksi-koleksi antiquariat kehutanan. Setelah dialihmediakan, informasi
sekupau tersebut dikirim ke alamat email pemesan. Alangkah bahagianya, kami
mendengar apresiasi positif dari pemustaka tersebut merasa puas menggunakan
jasa Telon guna mencukupi kebutuhan informasinya. Sejauh ini, adaptasi layanan
penelusuran berbasis daring cukup efektif dalam menjembatani antara pemenuhan
kebutuhan pemustaka dengan optimalisasi pendayagunaan sumber informasi di perpustakaan.
Konsekuensinya, pustakawan perlu melek teknologi dan perlu meningkatkan
keterampilan dalam penelusuran informasi. Sejauh ini, Telon menjadi layanan
favorit bagi para pemustaka pada Perpustakaan RI Ardi Koesoema. Program tersebut
menjadi jembatan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka selama
masa pandemi.
Adaptasi bimbingan literasi melalui pemanfaatan Aplikasi Webinar Bimbingan
literasi melalui aplikasi rapat virtual merupakan bentuk lain dari adaptasi
layanan perpustakaan selama masa pandemi. Menimbang latar belakang pemustaka Perpustakaan
RI Ardi Koesoema merupakan peneliti, maka bimbingan literasi diarahkan pada
pengembangan keterampilan menulis ilmiah, pengenalan sumber informasi ilmiah
dan manajemen sitasi. Kemudian digagaslah forum mingguan berbagi pengetahuan
secara virtual bertajuk Forda Talks secara berseri. Kegiatan
ini telah terselenggara kurang lebih 4 kali Forda Talks selama kurun
waktu Mei s.d Juli 2020 dengan topik antara lain: Pendampingan penulisan naskah
jurnal internasional; Cerdik berliterasi informasi di era disrupsi informasi; Strategi
publikasi jurnal bereputasi global; Manajemen referensi dan penelusuran data
informasi secara daring. Kegiatan tersebut mendapat respon positif dari para peserta baik dari aspek pemilihan tema,
penyampaian materi, kompetensi narasumber dan penyelenggaraannya.
Metode interaksi secara virtual dianggap efisien dalam hal
penyelenggaraan. Mengingat perpustakaan selaku penyelenggara event tidak
terlalu dibebani dalam hal pendanaan, pertanggung jawaban administrasi dalam
pemesanan tempat, maupun konsumsi. Selanjutnya, bimbingan literasi virtual yang
telah terselenggara tersebut cukup efektif sebagai media promosi perpustakaan.
Pemanfaatan internet sebagai media penyebarluasan informasi kegiatan memiliki
jangkauan yang luas sehingga peserta tidak hanya berasal dari internal Badan
Litbang dan Inovasi namun dari luar instansi bahkan berasal dari beragam
wilayah di seluruh Indonesia. Dengan mengikuti Forda Talks tersebut, para peserta jadi menyadari bahwa
fungsi perpustakaan tidak sekedar tempat menyimpan buku namun berfungsi sebagai
media penambah pengetahuan dalam konteks berbagi pengetahuan.
Dibalik Layar Adaptasi
Layanan Perpustakaan
Dibalik cerita sukses senantiasa ada hambatan yang menghadang. Tak
terkecuali pada proses adaptasi layanan perpustakaan pada Perpustakaan RI Ardi
Koesoema selama pandemi menghadapi 2 hambatan, yakni: teknis
dan non teknis. Adaptasi layanan fisik menjadi layanan daring bergantung
erat kepada teknologi baik software maupun hardwarenya. Jaringan
internet yang kurang stabil dan lisensi software menjadi kendala
umum bagi perpustakaan RI Ardi Koesoema
selama menjalankan Telusur informasi online dan Forda Talks.
Perlu diketahui bahwa jaringan internet pada server perpustakaan tidak
ada masalah. Namun kendala muncul pada saat pustakawan yang bertindak
sebagai operator layanan melaksanakan tugasnya dari rumah (WFH) sehingga mereka
mengandalkan jaringan internet di rumah atau dengan metode tethering dari
telepon pintar. Letak lokasi rumah dan jenis paket data internet yang dilanggan
turut berpengaruh terhadap kestabilan jaringan internet. Selanjutnya pada saat
penyelenggaraan bimbingan literasi secara virtual, aplikasi rapat
virtual versi dasar yang digunakan memiliki batasan kuota peserta dan
durasi pertemuan. Akibatnya, pustakawan selaku host perlu selektif dalam
memilih calon peserta yang hendak mengikuti Forda Talks. Beruntung dalam
perjalanannya manajemen Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan akhirnya memberikan dukungan dengan berlangganan aplikasi rapat
virtual versi bisnis.
Selain kendala di atas, tak
kalah pentingnya adalah menumbuhkan
motivasi diantara para pustakawan untuk beradaptasi dengan teknologi. Kendala
non teknis tersebut cukup mengganggu jika pustakawan resisten
terhadap pemanfaatan teknologi. Apabila pustakawan tidak termotivasi untuk
belajar dan beradaptasi dengan teknologi maka pustakawan tersebut akan tertinggal
dalam menjalankan adaptasi layanan perpustakaan berbasis daring.
Akibatnya pelaksanaan layanan perpustakaan tersebut akan terhambat.
Beruntung pustakawan/ti pada perpustakaan RI Ardi Koesoema cepat
beradaptasi baik pada situasi dan teknologi selama masa pandemi. Kuncinya
terletak pada motivasi diri untuk
beradaptasi dan semangat untuk belajar.
Tak kalah pentingnya adalah dukungan dari pimpinan yang mendorong
pustakawan/ti untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan melalui
berbagai webinar terkait pengelolaan informasi dan perpustakaan. Terdapat dua
manfaat yang diperoleh oleh para pustakawan/ti mengikuti webinar yang
diselenggarakan oleh instansi lain. Pertama adalah bertambahnya pengetahuan.Kedua
adalah pustakawan/ti mampu mengadopsi konsep acara dan penyelenggaraan webinar.
Sebagai catatan akhir, merebaknya pandemi Covid-19 yang berujung
pada himbauan social dan physical distancing menjadi fase transisi pelayanan perpustakaan
secara fisik ke pelayanan secara daring. Perpustakaan R.I Ardi Koesoema
telah mengadaptasi layanan penelusuran informasi secara online untuk memenuhi kebutuhan informasi
pemustakanya. Program Telusur informasi online yang disebarluaskan melalui
media sosial mendapat respon positif dari pihak eksternal Badan Litbang dan
Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Efektivitas layanan temu
balik informasi online bergantung pada ketersediaan sarana OPAC dan
sumber infomasinya serta kesigapan pustakawan selaku operator layanan tersebut.
Tak kalah pentingnya adalah bimbingan literasi yang bertujuan menambah
pengetahuan dan mengasah keterampilan pemustaka dalam hal pemanfaatan sumber
informasi. Penyelenggaran Forda Talks oleh Perpustakaan RI Ardi Koesoema
dengan menggunakan aplikasi rapat virtual cukup efisien dalam menekan
biaya operasional dan mengefektifkan program bimbingan literasi. Pemilihan tema
yang relevan, narasumber yang berkompeten dan profesionalisme penyelenggara
merupakan kunci efektifitas penyelenggaraan bimbingan literasi online.
Sebagaimana perubahan adalah sebuah kepastian maka adaptasi adalah
sebuah keniscayaan. Motivasi kuat untuk belajar dan beradaptasi menjadi kunci
bagi para pustakawan/ti untuk tetap bertahan, berkreasi dan berinovasi dalam memberikan
layanan infomasi kepada para pemustakanya. Masa pandemi menjadi momentum
perubahan mendasar bagi pengelolaan perpustakaan tradisional menuju
perpustakaan digital. Sekian dan terima
kasih.
0 comments:
Post a Comment